Studi: Sungai Memanas dan Kehilangan Oksigen, Kehidupan Akuatik Terancam

ADVERTISEMENT

Studi: Sungai Memanas dan Kehilangan Oksigen, Kehidupan Akuatik Terancam

Noor Faaizah - detikEdu
Selasa, 19 Sep 2023 10:30 WIB
Kayaks are seen on the shore of Lake Powell, where water levels have declined dramatically to lows not seen since it was filled in the 1960s as growing demand for water and climate change shrink the Colorado River and create challenges for business owners and recreation in Page, Arizona, U.S., April 19, 2022. REUTERS/Caitlin Ochs
Ilustrasi sungai di Amerika Serikat Foto: REUTERS/CAITLIN OCHS
Jakarta -

Penelitian yang dipimpin The Pennsylvania State University, Amerika Serikat menghasilkan temuan yang sangat mengkhawatirkan. Lebih dari separuh sungai yang jadi objek penelitian menghangat dan mengalami penurunan kadar oksigen. Kondisi tersebut lebih cepat dari yang dialami lautan.

Riset ini melibatkan ahli-ahli Teknik Sipil dan Lingkungan seperti Wei Zhi, Li Li, The, Jiangtao Liu, dan Christoph Klingler dari University of Natural Resources and Life Sciences di Wina, Austria.

Menurut penelitian yang terbit di Jurnal Nature Climate Change pada 14 September 2023 kemarin, sebanyak 87% sungai mengalami pemanasan dan 70% sungai kehilangan oksigen atau mengalami deoksigenasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari temuan tersebut, peneliti memprediksikan bahwa dalam 70 tahun ke depan sistem sungai di Amerika Serikat akan mengalami periode tingkat oksigen yang rendah dan menyebabkan kematian akut pada spesies ikan tertentu. Hal ini berdampak serius pada ekosistem akuatik karena mengancam keanekaragaman fauna perairan.

"Kami tahu bahwa pemanasan iklim telah menyebabkan pemanasan dan hilangnya oksigen di lautan, namun kami tidak menyangka hal ini akan terjadi di sungai-sungai yang mengalir dan dangkal. Ini adalah studi pertama yang mengamati secara komprehensif perubahan suhu dan laju deoksigenasi sungai. Dan temuan kami memiliki implikasi signifikan terhadap kualitas air serta kesehatan ekosistem perairan di seluruh dunia," kata Li Li.

ADVERTISEMENT

Studi Dilakukan Pada Hampir 800 Sungai

Dilansir dari laman Pennsylvania State University, tim peneliti internasional menggunakan kecerdasan buatan dan pendekatan pembelajaran mendalam untuk merekonstruksi data kualitas air dalam kategori jarang.

Observasi dilakukan pada hampir 800 sungai dengan perincian 580 sungai di Amerika Serikat dan 216 sungai di Eropa Tengah. Model penelitian ini menemukan bahwa sebanyak 87% sungai menjadi lebih hangat atau mengalami pemanasan dalam empat dekade terakhir dan 70% sungai mengalami deoksigenasi atau kehilangan oksigen.

Temuan tersebut dapat berdampak serius terhadap kehidupan akuatik bahkan kehidupan manusia. The National Oceanic and Atmospheric Administration, memperkirakan dampak tersebut dapat berimplikasi pada sebagian besar orang Amerika yang tinggal dalam jarak satu mil dari sungai.

"Suhu air sungai dan kadar oksigen terlarut merupakan ukuran penting dari kualitas air dan kesehatan ekosistem. Namun hal ini kurang dipahami karena sulit diukur. Kurangnya data yang konsisten di berbagai sungai dan banyaknya variabel yang terlibat dapat mengubah kadar oksigen di setiap daerah aliran sungai," ujar Wei Zhi.

Para peneliti juga mengembangkan pendekatan pembelajaran mendalam untuk merekonstruksi data yang konsisten sehingga memungkinkan perbandingan sistematis dari sungai di berbagai negara.

Bahayakan Kehidupan Akuatik Di Masa Mendatang

Kehidupan dalam ekosistem akuatik bergantung pada suhu dan oksigen yang terlarut di dalamnya. Mengingat, kedua variabel tersebut merupakan jalur kehidupan bagi organisme akuatik.

"Kita tahu bahwa wilayah pesisir, seperti Teluk Meksiko, sering kali mempunyai zona mati di musim panas. Studi ini menunjukkan bahwa hal ini juga bisa terjadi di sungai, karena beberapa sungai tidak lagi dapat menopang kehidupan seperti sebelumnya," kata Li Li.

Dia menambahkan bahwa penurunan oksigen di sungai, atau deoksigenasi, juga mendorong emisi gas rumah kaca dan menyebabkan pelepasan logam beracun.

Untuk melakukan analisis tersebut, para peneliti melatih model komputer pada sejumlah data mulai dari tingkat curah hujan tahunan, jenis tanah, hingga sinar matahari.

Studi mengungkap bahwa sungai-sungai di perkotaan menunjukkan pemanasan paling cepat daripada sungai-sungai pertanian. Namun, sungai pertanian mengalami deoksigenasi paling cepat.

Mereka juga menggunakan model tersebut untuk memperkirakan laju deoksigenasi di masa depan. Dari model analisis tersebut, mereka menemukan bahwa laju deoksigenasi di masa depan 1,6 dan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan laju deoksigenasi historis.

"Hilangnya oksigen di sungai ini tidak terduga, karena kita biasanya berasumsi bahwa sungai tidak kehilangan oksigen sebanyak di perairan besar seperti danau dan lautan. Namun, kami menemukan bahwa sungai kehilangan oksigen dengan cepat. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena jika kadar oksigen cukup rendah, hal ini akan membahayakan kehidupan akuatik," tutur Li Li.

Model tersebut memperkirakan bahwa, dalam 70 tahun ke depan, spesies ikan tertentu akan punah sepenuhnya karena rendahnya tingkat oksigen dalam jangka waktu yang lama.

"Sungai sangat penting bagi kelangsungan hidup banyak spesies, termasuk spesies kita, namun secara historis sungai telah diabaikan sebagai mekanisme untuk memahami perubahan iklim. Ini adalah pandangan nyata pertama kami tentang kondisi sungai di seluruh dunia. Dan ini meresahkan," tambah Li Li.

Para peneliti menyatakan bahwa kondisi ini dapat mengancam keanekaragaman perairan secara luas di masa mendatang.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads