Krisis iklim saat ini telah mengakibatkan perubahan dramatis dalam cuaca di seluruh dunia. Dari kekeringan hingga banjir, peristiwa cuaca ekstrem semakin sering terjadi dan semakin intensif, menghantam banyak negara dan wilayah.
Dampak perubahan iklim ini telah mengakibatkan krisis kelaparan dan kemiskinan yang semakin memburuk. Peningkatan suhu global dan perubahan pola cuaca menyebabkan gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, banjir, badai, dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya yang lebih sering dan intensif.
Lantas, negara dan wilayah mana saja yang paling terdampak akibat perubahan iklim ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip laman Program Pangan Dunia AS atau WFP (World Food Program) USA, setidaknya ada 8 wilayah yang paling terdampak perubahan iklim menurut data April 2023.
1. Sudan Selatan - Banjir dan Kekeringan
Sudan Selatan adalah salah satu negara yang paling terpapar perubahan iklim. Suhu di negara yang baru memisahkan diri dari Sudan ini meningkat dua setengah kali lipat dari rata-rata global telah menyebabkan banjir berturut-turut selama empat tahun.
Banjir ini menghancurkan lahan pertanian dan memaksa banyak keluarga bergantung pada makanan liar. Bagi beberapa orang, banjir telah mengakibatkan kelangkaan makanan yang ekstrem dan memaksa beberapa keluarga bergantung pada makanan liar seperti bunga teratai air untuk bertahan hidup.
Sebanyak 64% dari populasi Sudan Selatan atau sekitar 7,7 juta orang dari total 12 juta mengalami kelaparan parah.
2. Madagaskar - Siklon, Kekeringan, dan Banjir
Madagaskar adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana dan pangan di Afrika. Hingga pada februari 2022 Madagaskar telah dilanda oleh sejumlah siklon tropis yang merusak infrastruktur dan tanaman padi, yakni Emnati, Dumako, Batsirai dan Ana.
Kekeringan yang berkepanjangan telah membuat sebagian besar penduduk harus mencari makanan alternatif seperti belalang dan daun liar. Hampir 2 juta orang di Madagaskar mengalami kelaparan parah dan memerlukan bantuan kemanusiaan.
3. Pakistan - Banjir
Pakistan mengalami musim hujan yang ekstrem pada tahun 2022, yang menyebabkan banjir dan kerusakan lahan pertanian yang luas. Harga makanan melonjak, dan jumlah orang yang kelaparan meningkat menjadi 14,6 juta.
Tingkat kekurangan gizi di Pakistan sangat tinggi. Lebih dari setengah anak di bawah 5 tahun mengalami kekurangan vitamin A, 40% mengalami kekurangan seng dan Vitamin D, dan 62% menderita anemia.
4. Somalia - Kekeringan
Somalia telah mengalami lima musim hujan yang gagal, menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan yang parah. Setiap musim hujan yang gagal menjadikan pemulihan dari krisis semakin sulit bagi keluarga.
Setiap musim hujan yang gagal membuat pemulihan dari krisis semakin sulit bagi keluarga-keluarga. Sebanyak 5 juta orang di Somalia menghadapi krisis kelaparan, termasuk 200.000 orang yang mengalami kelaparan terburuk.
5. Sudan - Kekeringan dan Banjir
Sudan menderita dekade kekeringan, perubahan pola hujan, dan banjir berkepanjangan. Sekitar 15 juta orang mengalami kelaparan parah di negara ini, dengan anak-anak dan ibu hamil paling terpapar.
Pada tahun 2022, banjir yang terus berlanjut mengganggu musim tanam sementara konflik mencegah keluarga-keluarga mengakses tanah pertanian. Diperkirakan 15 juta orang mengalami kelaparan yang parah.
6. Chad - Kekeringan dan Banjir
Chad menghadapi banjir terburuk dalam tiga puluh tahun, yang merusak lahan pertanian dan mengganggu mata pencaharian penduduk. Negara ini juga mengalami penurunan keanekaragaman hayati di lahan keringnya akibat penggurunan, lambat dalam memperkenalkan masakan bersih.
Hujan deras dan banjir datang pada waktu yang sangat sulit bagi Chad. Hanya beberapa bulan sebelumnya, pemerintah telah menyatakan darurat pangan dan gizi nasional. Banyak orang di negara ini bergantung pada pertanian dan peternakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
7. Sahel - Kekeringan, Kebakaran Hutan, dan Banjir
Wilayah Sahel di Afrika menghadapi kekeringan yang semakin parah akibat perubahan iklim. Dimana wilayah ini mengalami peningkatan suhu dan pola hujan yang tidak dapat diprediksi yang mengakibatkan kekeringan yang lebih sering dan parah.
Saat itu, hampir 13 juta orang di wilayah ini mengalami kelaparan yang parah.
8. Dry Corridor di Amerika Tengah - Kekeringan, Badai, dan Banjir
Dry Corridor di Amerika Tengah menghadapi kekeringan, gelombang panas, dan pola hujan yang tidak dapat diprediksi. Situasi ini sangat buruk bagi petani skala kecil dan penduduk asli, karena mereka lebih banyak terkena dampak oleh dampak krisis iklim.
Karena curah hujan yang panjang dan hujan berlebih, petani di negara-negara seperti El Salvador, Honduras, dan Guatemala tidak dapat menghasilkan cukup makanan.
Bencana akibat perubahan iklim ini menjadi hantaman keras bagi negara yang terdampak, namun pada setiap kejadian ini WFP turut berkontribusi dan membantu masyarakat yang dilanda bencana di setiap 8 negara. mulai dari pasokan makanan dan vitamin, program penciptaan aset, perbaikan infrastruktur, bantuan penanaman pohon hingga pemulihan dalam mengatasi kekeringan pada negara yang terdampak.
(pal/pal)