NASA pernah memiliki proyek khusus menabrakkan pesawat ke asteroid yang mendekati orbit Matahari pada tahun 2022 lalu. Pada proyek tersebut, pesawat dengan nama Double Asteroid Redirection Test (DART) menghantam asteroid Dimorphos dengan kecepatan 22.530 km per jam.
Dimorphos ini mengorbit asteroid lain yang disebut Didymos. Kedua asteroid ini tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, tapi NASA ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka dapat mendorong asteroid dan mengubah lintasannya.
Hal ini dilakukan sebagai sebuah tindakan yang mungkin berguna jika skenario pertahanan planet diperlukan dalam keadaan darurat di masa depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek ini menyimpulkan, bahwa pesawat DART yang kecil ini memperpendek periode orbit Dimorphos, atau waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi Didymos, sekitar 33 menit.
Namun, belum lama ini, kesimpulan NASA dikatakan belum lengkap, menurut temuan dalam penelitian baru yang dilakukan oleh seorang guru dan siswa SMA di California. Sejak September 2022, mereka telah mengamati asteroid tersebut melalui observatorium sekolah mereka.
Orbit Dimorphos Berkurang Satu Menit Dibandingkan Angka Laporan NASA
Jonathan O'Callaghan dari New Scientist, melaporkan bahwa setelah pesawat DART menabrak asteroid tersebut, hasil observasi guru dan siswa menunjukkan bahwa orbit Dimorphos berkurang satu menit dibandingkan dengan angka yang dimiliki NASA.
Temuan ini menyimpulkan jika periode orbit asteroid menjadi lebih lama, yaitu 34 menit.
"Kami mencoba yang terbaik untuk menemukan celah dalam apa yang telah kami lakukan, tetapi kami tidak dapat menemukan apa pun," ujar Jonathan Swift, seorang guru matematika dan sains di Sekolah Thacher yang ikut serta dalam penelitian ini, dikutip dari Smithsonian Magazine.
Menurut para peneliti, temuan yang tidak terduga ini perlu dikhawatirkan. Sebab, sebelum DART, tidak ada misi lain yang mencoba uji ketahanan benda-benda luar angkasa.
Di sisi lain, peneliti juga percaya bahwa semua misi luar angkasa selalu memiliki ketidakpastian.
"Jika sebuah asteroid dibangun sebagai batuan monolitik, serupa dengan batuan yang kita temukan di bumi, pembelokan dan perhitungannya akan mudah dilakukan," Peter Veres, astronom di Pusat Astrofisika, Harvard & Smithsonian.
Menurut Vares, jika kita menabrak asteroid akan terasa seperti menabrak spons karena asteroid-asteroid tersebut seringkali berupa tumpukan bola-bola besar dan kecil dari debu dan terkadang es, dengan banyak ruang kosong.
Pengamatan Terhadap Asteroid Dimorphos dan Didymos
Teleskop luar angkasa Hubble telah melakukan 18 pengamatan terhadap Dimorphos dan Didymos. Observasi teleskop tersebut, menunjukkan bahwa bagian pertama ekor dari benturan DART dengan Dimorphos tertangkap fotografer di Bumi dan terlihat jejak puing yang membentang sejauh 6.000 mil.
Hubble mengungkapkan ekor kedua yang lebih utara terbentuk antara tanggal 2 dan 8 Oktober 2022, atau satu hingga dua minggu setelah tumbukan.
Para astronom tidak yakin mengapa ekor ganda ini tercipta, meskipun sifat ini umum terjadi pada asteroid dan komet aktif.
Hal serupa juga disebut dalam makalah yang terbit di The Astrophysical Journal Letters pada Juli 2023, yang menyatakan bahwa Dimorphos dikelilingi oleh 'gerombolan batu' yang pecah saat pesawat DART menabraknya.
Puing-puing tersebut terdiri dari 37 batu besar dengan ukuran mulai dari 3 kaki hingga 22 kaki. Menurut NASA sejumlah material diperkirakan muncul akibat kecelakaan tersebut dan tabrakan DART tahun lalu itu tidak dimaksudkan untuk membuat Dimorphos hancur berkeping-keping.
Jika benar terjadi ancaman asteroid, ledakan pecahan batu tersebut berpotensi menuju Bumi dan dapat meningkatkan bahaya bagi Bumi.
Namun dalam kasus Dimorphos, tidak satu pun dari batuan baru ini yang dapat merusak planet dengan catatan jaraknya yang terhitung jauh. Saat ini kecepatan mereka bergerak adalah setengah mil per jam, atau setara dengan kecepatan kura-kura raksasa berjalan.
Konsekuensi Misi DART Terus Dipelajari
Sampat saat ini, NASA terus mempelajari Dimorphos untuk mengamati konsekuensi dari misi DART sebelumnya. Badan Antariksa Eropa juga berencana meluncurkan pesawat ruang angkasa Hera pada Oktober 2024.
Diperkirakan, pesawat Hera akan bertemu Dimorphos pada Desember 2026 agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang terjadi setelah kecelakaan tersebut.
Sementara itu, tim DART menemukan pengamatan sendiri terhadap asteroid tersebut selama setahun terakhir. Menurut data mereka, diperkirakan periode orbit Dimorphos terus menurun meski hanya sekitar 15 detik.
"Sistem Didymos-Dimorphos tidak dilupakan, dan kita akan mempelajari banyak hasil dan teori baru dalam beberapa minggu mendatang. Semua temuan tak terduga dari misi DART akan membantu kita memahami bagaimana dampak tersebut berfungsi dan mempersiapkan misi dampak kinetik yang efektif jika diperlukan untuk mengalihkan objek yang berpotensi bertabrakan langsung dengan Bumi," kata Veres.
(faz/faz)