Sejarah mencatat perang di dunia telah berakhir setelah perang dingin usai. Kala itu, perang dingin menghasilkan kemenangan demokrasi kapitalis dan liberal Barat atas ideologi-ideologi yang bersaing.
Tapi, Francis Fukuyama seorang ahli teori politik terkemuka mencatat, perang kembali terjadi pada abad 21 dan bahkan terjadi meski tak secara terbuka antara negara-negara. Umumnya, perang ini berkaitan dengan terorisme, konflik etnis, perang saudara, serta perang hibrida dan operasi khusus.
Sama halnya dengan perang di masa lalu, perang pada abad ke-21 juga telah mengakibatkan sejumlah korban. Berikut ini, beberapa perang paling mematikan yang tercatat pada abad ke-21 dikutip dari Ensiklopedia Britannica.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5 Perang Paling Mematikan pada Abad 21:
1. Perang Kongo (1998-2003)
Perang ini terjadi karena beberapa faktor yakni genosida di Rwanda, penggulingan dan kematian Presiden Zaire Mobutu Sese Seko, dan perselisihan etnis antara masyarakat Hutu dan Tutsi.
Kala itu, sepertiga wilayah di bagian timur Kongo menjadi medan perang yang menimbulkan banyak korban. Tentara berbagi misi dan menghancurkan pedesaan. Pemerkosaan massal juga dilaporkan terjadi di wilayah konflik dan negara itu kehilangan sumber daya sehingga menimbulkan perampokan dan penjarahan.
Diperkirakan tiga juta orang tewas dalam pertempuran tersebut atau meninggal karena penyakit atau kekurangan gizi akibat konflik. Perang ini juga disebut sebagai Perang Besar Afrika atau Perang Dunia Pertama di Afrika karena cakupannya.
2. Perang Saudara Suriah
Konflik di Suriah dimulai dari pemberontakan rakyat yang menggulingkan rezim otoriter di Tunisia, Libya, Mesir dan Nyaman. Konflik tersebut berubah menjadi perang saudara yang menyebarkan kekerasan ke negara-negara tetangga seperti di Irak.
Perang ini bak menjadi kesempatan bagi kelompok pemberontak militan seperti ISIS di Irak untuk mengambil sebagian besar wilayah Suriah. Selain itu, perang juga mulai mengikutsertakan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Rusia. Pada tahun 2015, Rusia menjadi pendukung Suriah dan memulai kampanye tentang pengeboman.
Pada tahun 2016 diperkirakan 1 dari 10 warga Suriah terbunuh karena pertempuran tersebut. Sekitar 4 juta orang meninggalkan negara itu dan jutaan lainnya menjadi pengungsi internal. Sementara pada tahun 2022, PBB memperkirakan pertempuran tersebut telah memakan korban jiwa hingga 300.000 warga sipil.
3. Perang Irak
Sebelum peristiwa 11 September 2001, pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden George W Bush telah berusaha menggulingkan rezim Presiden Irak yakni Saddam Hussein. Namun, akhirnya serangan teroris paling mematikan dalam sejarah AS terjadi.
Perang ini kemudian melibatkan Amerika yang membentuk koalisi untuk melancarkan serangan ke Irak pada tanggal 20 Maret 2003. Akhirnya perang tak terelakkan dalam dua fase yang berbeda.
Perang pertama terjadi secara sepihak dan singkat namun membuat 200 korban jiwa dalam waktu satu bulan operasi tempur yang besar. Perang kedua terjadi selama bertahun-tahun dan merenggut puluhan ribu nyawa.
Pada bulan Agustus 2010, pasukan tempur Amerika ditarik mundur karena lebih dari 4,700 tentara dinyatakan terbunuh dan 85.000 warga sipil Irak meninggal dunia. Tetapi beberapa perkiraan menyatakan mungkin jumlah total jiwa yang meninggal lebih tinggi dari itu.
4. Perang Afghanistan
Setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, negeri Paman Sam itu mulai melancarkan serangan udara terhadap rezim Taliban di Afghanistan. Taliban adalah sebuah faksi Islam ultrakonservatif yang merebut kekosongan kekuasaan setelah Soviet pergi dari Afghanistan. Pemimpinya diketahui adalah Osama bin Laden.
Perang di Afghanistan menjadi perwujudan yang paling jelas dari "perang melawan terorisme" yang dipimpin Amerika. Pada bulan 2001, Taliban digulingkan dari kekuasaannya tapi berhasil bangkit.
Taliban mulai menggunakan alat peledak pada sasaran militer dan sipil dan menimbulkan dampak yang sangat besar. Mereka juga meningkatkan penanaman opium di berbagai wilayah kekuasaannya.
Antara tahun 2001 hingga 2016 diperkirakan 30 ribu tentara dan polisi Afghanistan serta 31 ribu warga sipil tewas. Tak hanya itu, 3.500 tentara dari koalisi pimpinan NATO juga diperkirakan tewas yang berasal dari 29 negara.
5. Perang Rusia-Ukraina
Presiden Ukraina Viktor Yanukovych digulingkan dari kekuasaannya pada bulan Februari 2014, setelah berbulan-bulan terjadi demonstrasi rakyat. Setelah itu, ia melarikan diri ke Rusia.
Namun, baru beberapa hari kabur, pasukan Rusia yang menyamar menyerbu republik otonom Ukraina di Krimea. Mengetahui hal itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan serangan tersebut ilegal, namun malah menimbulkan penyerbuan lain di Ukraina.
Pada Februari 2015, perjanjian gencatan senjata ditandatangani namun tidak menghentingkan pertumpahan darah. Di tahun 2021 diperkirakan 14 ribu orang tewas dalam pertempuran di Ukraina timur.
Meski sudah menandatangani gencatan senjata, pada tanggal 24 Februari 2022 Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Invasi itu ditandai dengan pengeboman artileri tanpa pandang bulu yang menyebabkan 40 ribu warga sipil Ukraina tewas.
Rusia juga telah menyebabkan 1,6 juta warga Ukraina dipindahkan secara paksa ke wilayah Rusia. Atas serangan itu, 200 ribu tentara Rusia terbunuh dan kemampuan militernya terdegradasi secara signifikan.
(faz/faz)