Rasisme merupakan fenomena sosial yang telah merajalela sepanjang sejarah manusia. Rasisme menjadi konsep kotor yang memandang bahwa satu ras tertentu lebih rendah atau lebih unggul daripada ras lainnya.
Dalam kehidupan sosial, rasisme dapat terjadi dari berbagai level masyarakat, mulai dari individu baik berupa sikap dan tindakan hingga struktur sosial yang sistemik dan memengaruhi banyak aspek kehidupan.
Sejarah Rasisme di Dunia
Keberadaan rasisme telah ada sepanjang sejarah manusia. Bahkan di beberapa catatan, rasisme dapat menyebabkan perang, perbudakan, pembentukan kode hukum, kemunculan dan keruntuhan bangsa-bangsa, serta dampak-dampak lain yang terasa di kehidupan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada abad ke-20, rasisme telah ditunjukkan oleh kekuatan bangsa Barat kepada kelompok masyarakat non-Barat. Hal ini tentu memengaruhi sejarah peradaban manusia, khususnya sejarah perbudakan yang terjadi kepada orang Afrika.
Di Amerika Serikat, perbudakan menjadi penyebab utama perang saudara. Kini, rasisme terus berdampak pada kehidupan Amerika modern seperti pertumbuhan gerakan Black Lives Matter dan protes tahun yang terjadi pada 2021 atas terbunuhnya George Floyd dan Breonna Taylor.
Cara Mengukur Rasisme di Berbagai Negara
Dalam mengukur tingkat toleransi suatu negara sulit dilakukan dengan akurat. Mengingat, rasisme tidak bisa diukur secara sederhana melalui angka seperti tingkat populasi atau pendapatan per-kapita.
Rasisme memiliki beragam bentuk dan ukuran. Bisa saja bagi seseorang, kelompok sosial, budaya, atau negara untuk hidup berdampingan dengan ras lain dalam satu situasi. Akan tetapi, tidak sepenuhnya toleran terhadap ras lain itu.
Selain itu, verifikasi kebenaran hasil survei responden tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini karena, umumnya kejujuran pada survei terkait rasisme tidak begitu dikhawatirkan.
Akibatnya, peneliti hanya mengandalkan survei untuk mengumpulkan informasi tentang kesadaran publik. Kemudian, para peneliti tersebut menggabungkan beberapa pertanyaan, survei, atau penelitian lain untuk menentukan tingkat toleransi rasial suatu negara.
Menurut The World Values Survey, timnya mengajukan puluhan pertanyaan kepada responden yang berasal lebih dari 80 negara. Pertanyaan survei meliputi permintaan identifikasi jenis orang yang tidak ingin responden jadikan sebagai tetangga.
Semakin banyak orang dari suatu negara yang menjawab bahwa mereka senang memiliki tetangga dari ras yang berbeda, maka negara responden akan dianggap lebih toleran rasial.
Laporan Tahunan Best Countries merupakan sebuah usaha penelitian bersama antara U.S. News and World Report, BAV Group, dan Wharton School di University of Pennsylvania.
Penelitian tersebut menambahkan pertanyaan-pertanyaan khusus tentang toleransi rasial untuk laporan tahun 2021 yang diteliti melalui lebih dari 17.000 orang dari 78 negara.
Hasilnya, negara-negara paling toleran dalam kedua studi tersebut adalah negara-negara Eropa, negara Skandinavia, dan Britania Raya beserta koloninya (Australia, Kanada, dan Selandia Baru).
Sebaliknya, negara-negara yang paling tidak toleran secara rasial meliputi Qatar, Serbia, Arab Saudi, Sri Lanka) dan cenderung berlokasi di Afrika dan Asia.
10 Negara yang Paling Tidak Rasis
Dikutip dari laman World Population Review, berikut 10 negara paling tidak rasis di dunia berdasarkan laporan tahun 2021:
1. Belanda
2. Kanada
3. Selandia Baru
4. Swedia
5. Denmark
6. Finlandia
7. Swiss
8. Norwegia
9. Belgia
10. Austria
(faz/faz)