Sebuah penelitian dalam jurnal Climate of the Past baru-baru ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Atlantik Utara sumbangkan gas rumah kaca. Namun, hal ini terjadi puluhan juta tahun lalu.
Sejatinya, aktivitas vulkanik itu terjadi pada 63-54 juta tahun silam, tetapi puncak vulkanismenya terjadi pada 56-54 juta tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas seperti apa terjadinya perubahan iklim klala itu? Simak ulasannya berdasarkan laman Phys.org, European Geosciences Union, dan Scientific American.
Periode pemanasan global pada 56 juta tahun lalu disebut sebagai Maksimum Termal Paleosen-Eosen (PETM). Suatu peristiwa yang dicirikan oleh lonjakan suhu global yang signifikan sebesar 5 derajat celsius.
Peningkatan emisi karbon itu sejalan dengan lonjakan tajam karbon ringan yang terdalam dalam fosil cangkang mikroorganisme yang hidup di lautan pada saat itu, yaitu foraminifera. Hal ini kemudian meningkatkan efek rumah kaca melalui pemerangkapan dan penyerapan panas yang terpancar dari permukaan bumi.
Aktivitas vulkanisme tersebut membentang luas di North Atlantic Igneous Province atau NAIP yang berlokasi di antara Greenland dan barat dan Norwegia. Volume magma yang tertampung diperkirakan adalah 1 juta kilometer kubik. Jumlah ini setara dengan cadangan karbon 35 ribu gigaton.
Aktivitas vulkanik di North Atlantic Igneous Province (NAIP) dicurigai menjadi pemicu utama PETM. Dengan melepaskan gas seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) dari aktivitas vulkanisme, maka tercipta efek rumah kaca yang kuat. Letusan eksplosif dan efusif menghasilkan partikel-partikel vulkanik dan abu, meningkatkan pelapukan benua dan erosi, serta mengakibatkan penguburan karbon organik dan pembentukan karbonat.
Tidak hanya berdampak langsung, aktivitas vulkanik NAIP juga mempengaruhi iklim secara tidak langsung. Di mana pengangkatan wilayah di sekitar Laut Utara mempengaruhi sirkulasi atmosfer dan lautan, serta konektivitas jalur laut global. Hal ini pun memicu pelapukan benua dan penguburan karbon organik laut, memengaruhi kadar karbon di atmosfer.
Wawasan yang Didapat dari Studi
Dengan memanfaatkan data proksi dari sekitar Laut Utara, penelitian ini membantu memahami dampak aktivitas vulkanik di Atlantik Utara terhadap perubahan iklim 56 juta tahun yang lalu.
Vulkanisme NAIP memainkan peran penting dalam perubahan suhu global dan konsentrasi karbon di atmosfer dan lautan. Temuan ini memberikan wawasan penting tentang hubungan yang kompleks antara aktivitas geologis dan perubahan iklim dalam skala geologi yang begitu panjang.
Studi ini juga menggali pengaruh aktivitas vulkanik di Atlantik Utara terhadap perubahan iklim 56 juta tahun yang lalu dengan menganalisis parameter dalam catatan sedimen Paleogen di utara Denmark.
Data mineralogi tanah liat memberikan gambaran perubahan di lingkungan endapan, sementara analisis isotop renium dan osmium mengungkap hubungan sumber-sumber osmium dengan pelapukan dan perubahan lingkungan.
Lapisan abu vulkanik di Atlantik Utara, terutama di Formasi Tanah Liat dan Bulu Stolleklint, mencatat periode vulkanisme eksplosif pada permulaan PETM di wilayah Denmark.
Selain itu, juga terdapat kandungan merkuri dalam sedimen bervariasi dari 2 hingga 303 ppb, menunjukkan peningkatan pada permulaan PETM, sejalan dengan kenaikan kandungan karbon organik. Isotop litium (Ξ΄7Li) dan isotop renium dan osmium juga mengungkapkan variasi yang signifikan terkait perubahan lingkungan dan pelapukan.
Studi ini memberikan wawasan penting tentang peran erupsi gunung berapi skala besar dalam perubahan iklim dan lingkungan pada skala geologi.
Selain itu, penelitian terbaru ini telah menggunakan biomarker lipid dalam inti Lomonosov Arctic Coring Expedition (ACEX) dan data dari lokasi lain untuk lebih dalam memahami dampak perubahan suhu dan lingkungan pada periode Paleosen dan Eosen.
Adaptasi mikroorganisme laut terhadap perubahan suhu dan kondisi lingkungan dikaji melalui biomarker lipid seperti GDGTs 1-3. Respons yang serupa terhadap perubahan iklim juga teramati di Laut Siberia Barat. Namun, perubahan suhu pada interval tertentu tampak dipengaruhi oleh faktor geografis.
Selama periode Paleosen dan Eosen, terjadi perubahan intensitas pelapukan dan siklus hidrologi. Isotop Li dalam sedimen Formasi Tanah Liat dan Bulu Stolleklint menunjukkan variasi signifikan terkait Peristiwa Pemanasan Global Paleosen-Eosen (PETM).
Sementara isotop osmium (187Os188Os) dan analisis catatan detrital Ξ΄7Li memberikan pandangan tentang aktivitas vulkanik dan pelapukan yang mempengaruhi perubahan lingkungan.
Dengan demikian, studi ini mengungkapkan kompleksitas interaksi antara aktivitas vulkanik dan lingkungan, memberikan wawasan yang bernilai tentang bagaimana erupsi gunung berapi skala besar dapat memainkan peran kunci dalam perubahan iklim dan lingkungan pada skala geologi.
Dalam konteks perubahan iklim global saat ini, pemahaman tentang interaksi ini menjadi semakin penting.
(nah/nah)