Studi: Kualitas Udara Buruk Pengaruhi Kemampuan Belajar Siswa, Jadi Sulit Konsen!

ADVERTISEMENT

Studi: Kualitas Udara Buruk Pengaruhi Kemampuan Belajar Siswa, Jadi Sulit Konsen!

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 18 Agu 2023 17:30 WIB
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah siswa SD dimulai hari ini. Kegiatan ini diisi dengan belajar dan bermain.
Kualitas Udara Pengaruhi Kemampuan Belajar Siswa. (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan kualitas udara Jakarta yang mencapai indeks 'tidak sehat'. Tapi tahukah kamu, kualitas udara berpengaruh pada kemampuan belajar siswa.

Berdasarkan IQAir, perusahaan kualitas udara asal Swiss, mengatakan kualitas udara sehat berada di angka 0-50. Sementara menurut pantauan detikEdu, Jumat (18/8) Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 151, kualitas udara yang tidak sehat.

Dalam sumber yang sama, dijelaskan jika kualitas udara tempat siswa tinggal akan mempengaruhi kualitas belajarnya. Udara yang siswa hirup, bisa meningkatkan konsentrasi belajar atau malah menyebabkan gangguan fisik dan mental.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana penjelasannya? simak berikut ini.

6 Dampak Kualitas Udara pada Kemampuan Belajar Siswa

1. Menurunnya Motivasi Belajar

Studi Basch tahun 2011 berjudul Healthier students are better learners: a missing link in school reforms to close the achievement gap menunjukkan terdapat hubungan antara kesehatan dan prestasi siswa. Kesehatan yang buruk akibat kualitas udara, menjadi penyebab utama kegagalan akademik.

ADVERTISEMENT

2. Masalah Pernapasan

Yayasan Asma dan Alergi Amerika atau The Asthma and Allergy Foundation of America melaporkan bahwa lebih dari 14 juta hari sekolah terlewatkan karena asma yang dialami siswa. Risiko tertular asma juga lebih besar akibat polusi udara.

Siswa yang mengalami asma akibat polusi memiliki skor matematika lebih rendah. Tak hanya itu, skor membaca siswa juga akan lebih rendah saat polusi udara meningkat.

3. Reaksi Alergi

Reaksi alergi dari kontaminasi udara juga dapat memengaruhi kinerja akademik. Alergen umum yang ditemukan di dalam sekolah termasuk jamur yang disebabkan oleh kelembaban atau debu.

Selain memicu serangan asma atau reaksi alergi akut, alergen dapat menurunkan fungsi kognitif normal di sekolah. Salah satu studi dari Simon SΓΈbstad Bensnes tahun 2016 berjudul "You sneeze, you lose: The impact of pollen exposure on cognitive performance during high-stakes high school exams", menunjukkan peningkatan dalam jumlah serbuk sari dapat mengurangi nilai tes siswa SMA secara signifikan.

4. Penurunan Kondisi Mental

Paparan polusi udara juga berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, mulai dari mudah tersinggung hingga depresi, dan bahkan skizofrenia. Sebuah studi tahun 2019 oleh Brokamp C, dll, mengungkapkan bahwa bahkan paparan polusi udara jangka pendek meningkatkan risiko anak-anak hingga usia 18 tahun dirawat di rumah sakit karena masalah psikologis seperti stres, kesedihan, atau kecemasan yang intens.

Lebih lanjut, paparan polusi udara menyebabkan peningkatan depresi sebesar 6%, mendekati peningkatan 17% pada kasus gangguan bipolar, dan peningkatan hingga 20% pada temuan gangguan kepribadian.

5. Mengurangi Konsentrasi

Kualitas udara dalam ruangan yang buruk telah dikaitkan dengan berkurangnya kemampuan konsentrasi. Berkebalikan dengan hal itu, ventilasi ruang kelas yang memadai terbukti meningkatkan kinerja akademik.

Studi Haverinen-Shaughnessy pada tahun 2011 menunjukkan banyaknya ventilasi berpengaruh pada jumlah siswa yang lulus dan mendapat skor tinggi.

6. Penurunan Kemampuan Kognitif

Sejak masih dalam kandungan, polusi udara juga berpengaruh pada bayi, tepatnya pada fungsi kognitif.

Di samping itu, kualitas udara yang buruk di ruang kelas menyebabkan kemampuan menghafal dan menghitung siswa berkurang secara real-time.

Hal-hal di atas merupakan dampak dari kualitas udara buruk pada kemampuan belajar siswa. Bagaimana kualitas udara di daerahmu, detikers?




(nir/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads