Pengamat pendidikan Bukik Setiawan beri pendapat tentang permintaan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi agar siswa sekolah di Jabar masuk pukul 06.00 pagi. Menurutnya hal ini belum tepat, baik dari sisi pedagogis maupun perkembangan anak.
"Saya melihat usulan masuk sekolah pukul 06.00 pagi, belum tentu, baik dari sisi pedagogis maupun sisi perkembangan anak," katanya kepada detikEdu, Selasa (3/6/2025).
Bukik mengapresiasi niat pemerintah Jabar untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Kendati demikian, ada baiknya kebijakan dibuat tanpa mengabaikan kebutuhan siswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Niat untuk meningkatkan kedisiplinan tentu patut diapresiasi, tapi jika kebijakan itu mengabaikan kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial anak, maka justru akan mengganggu kualitas belajar dan kesejahteraan mereka," sambungnya.
Dampak Berangkat Sekolah Terlalu Pagi bagi Siswa
Lebih lanjut, Bukik menyebutkan remaja membutuhkan waktu tidur yang cukup dan memiliki ritme sirkadian yang berbeda dari orang dewasa. Ritme sirkadian adalah jam biologis internal tubuh yang mengatur siklus bangun-tidur dan fungsi tubuh lain selama 24 jam.
"Memajukan jam masuk sekolah bisa menyebabkan kelelahan, kurang fokus, dan menurunkan daya serap saat pembelajaran berlangsung," jelas sosok di balik Yayasan Guru Belajar itu.
Menurutnya, dampak memajukan jam masuk sekolah untuk siswa sangat luas. Ia membaginya dalam tiga sisi, yaitu:
1. Fisik
Anak harus bangun lebih pagi bahkan sebelum subuh untuk ke sekolah, hal ini bisa berdampak pada kesehatan dan kebugaran.
2. Psikologis
Rasa lelah dan tekanan yang timbul bisa menurunkan motivasi belajar dan berujung memicu stres. Akibatnya kesejahteraan mereka bisa terganggu.
3. Sosial
Kebijakan juga harus memperhatikan anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah atau tidak punya akses transportasi yang aman. Hal ini menjadi rentan untuk keselamatan siswa.
"Alih-alih memperbaiki hasil belajar, kebijakan ini justru bisa memperlebar ketimpangan antarsiswa," tandasnya.
Sebagai informasi, anjuran siswa masuk sekolah jam 6 pagi disampaikan oleh Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi. Kebijakan ini menyasar siswa tingkat dasar hingga menengah.
Ia bahkan mengajak pemerintah daerah di wilayahnya untuk menerapkan kebijakan ini.
"Saya mengajak kepada Bupati dan Wali Kota (para pelajar) hari belajarnya sampai hari Jumat, Sabtu-Minggu libur," kata sosok yang akrab dipanggil Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu dikutip dari detikJabar, Selasa (3/6/2025).
Kebijakan hari dan belajar untuk siswa sekolah ini menurutnya tidak tercetus tanpa sebab. Menurut KDM, hal ini sudah ia terapkan saat menjadi Bupati Purwakarta. Aktivitas belajar yang lebih pagi ini membuat siswa punya tambahan satu hari libur saat akhir pekan.
Mengetahui adanya perbedaan hari belajar jenjang SMP dan SMA, KDM meminta sekolah di Jabar diseragamkan.
"Sekarang SMA sampai hari Jumat, SMP sampai hari Sabtu, harusnya menurut saya di Jawa Barat diseragamkan semua proses belajar mengajar sampai hari Jumat," ungkap dia lagi.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Purwanto memberikan konfirmasi, ucapan Gubernur Dedi akan ditanggapi serius. Pihaknya kini tengah menggodok aturan terkait sistem baru tersebut.
(det/nah)