Ada anggapan bahwa kebiasaan dapat dibentuk dalam jangka waktu tertentu. Maka, sebuah studi telah menguji kebenaran dari hal tersebut.
Apakah benar kita membutuhkan jangka waktu tertentu untuk membentuk sebuah kebiasaan baru?
Jangka Waktu untuk Bentuk Kebiasaan
Para peneliti dari California Institute of Technology membuktikan berapa lama seseorang bisa membentuk sebuah kebiasaan. Mereka menguji hal ini melalui seberapa lama seseorang terbiasa pergi ke gym dan para tenaga kesehatan terbiasa mencuci tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu peneliti di dalamnya, Colin Camerer mengatakan, biasanya orang menyebut 21 hari dibutuhkan untuk membentuk suatu kebiasaan. Padahal, klaim tersebut menurutnya tidak memiliki dasar ilmiah.
"Penelitian kami mendukung gagasan bahwa seberapa cepat terbentuknya kebiasaan, bergantung pada perilaku yang bersangkutan dan berbagai faktor lain," kata dia, dikutip dari laman California Institute of Technology.
"Tidak ada angka ajaib (jangka waktu tertentu) untuk membentuk sebuah kebiasaan," kata peneliti lain, Anastasia Buyalskaya.
Studi mereka merupakan penelitian pertama yang menggunakan machine learning untuk mempelajari pembentukan kebiasaan. Para peneliti menganalisis data puluhan ribu orang yang pergi ke gym dan para nakes yang mencuci tangan saat bekerja.
Terdapat 30 ribu orang pelanggan gym yang diteliti selama 4 tahun dan lebih dari 3 ribu pekerja rumah sakit dengan hampir 100 shift yang diteliti.
"Dengan machine learning, kami bisa mengobservasi ratusan variabel konteks yang bisa memprediksi perilaku seseorang," kata Buyalskaya.
"Kita tidak perlu memulai dengan sebuah hipotesis tentang suatu variabel spesifik karena machine learning yang akan menemukan yang paling relevan," imbuhnya.
Alat machine learning juga membuat para peneliti mempelajari orang-orang dari waktu ke waktu secara natural. Sebagian besar penelitian sebelumnya terbatas hanya peserta yang mengisi survei.
Penelitian ini lantas menemukan variabel-variabel tertentu tidak ada efeknya terhadap pembentukan kebiasaan pergi ke gym. Sementara, faktor lain seperti perilaku seseorang di masa lalu, memiliki pengaruh atas kebiasaan ini.
Misalnya, pada 76 persen pelanggan gym, berapa lama sejak kunjungan gym sebelumnya, adalah prediktor penting apakan orang-orang ini akan ke gym lagi. Dengan kata lain, semakin lama sejak seseorang terakhir pergi ke gym, maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk membiasakannya.
Sementara, 69 persen pengunjung gym cenderung pergi ke gym pada hari yang sama dalam seminggu. Senin dan Selasa adalah hari dengan pengunjung paling banyak.
Kemudian, untuk para nakes, ada kemungkinan bahwa sebagian di antaranya sudah punya kebiasaan mencuci tangan, tetapi penggunaan teknologi radio frequency identification (RFID) yang berfungsi memonitor, memberi alarm untuk para tenakes membangun kembali kebiasaan ini.
(nah/nwy)