Mirip Manusia, Gajah Juga Pilih-pilih Menu Makan Malam

ADVERTISEMENT

Mirip Manusia, Gajah Juga Pilih-pilih Menu Makan Malam

Zefanya Septiani - detikEdu
Kamis, 13 Jul 2023 14:30 WIB
Gajah Afrika, makhluk hidup terbesar bumi
Ilustrasi gajah Afrika Foto: CNN
Jakarta -

Gajah sebagai hewan mamalia terbesar yang hidup di darat ternyata punya kebiasaan unik soal makan. Tingkahnya ternyata mirip kebiasaan makan manusia. Sangat menarik bukan?

Studi terbaru yang dilakukan oleh ahli biologi konservasi, Brown University, Amerika Serikat mengungkap hewan herbivora ini "tukang" pilih-pilih menu makanan terutama saat makan malam. Gajah akan memilih jenis tumbuhan yang berbeda untuk disantap.

Analisis kebiasaan makan dilakukan kepada dua kelompok gajah di Kenya untuk meninjau jenis tumbuhan yang dimakan oleh mamalia besar ini. Temuan ini membantu kita mengetahui perilaku mencari makan gajah sehingga dapat memudahkan ahli biologi untuk memahami pendekatan konservasi yang paling baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagi para konservasionis, penting untuk diingat bahwa ketika hewan tidak mendapatkan cukup makanan yang mereka butuhkan, mereka mungkin bisa bertahan hidup, tetapi mereka mungkin tidak berkembang," ungkap penulis studi Tyler Kartzinel, seorang profesor muda studi lingkungan dan biologi ekologi, evolusi, dan organisme di Brown University.

"Dengan memahami dengan lebih baik apa yang dimakan oleh setiap individu, kita dapat mengelola spesies ikonik seperti gajah, badak, dan bison dengan lebih baik untuk memastikan populasi mereka dapat tumbuh secara berkelanjutan," tambahnya.

ADVERTISEMENT


Analisis Menggunakan DNA Metabarcoding

Dikutip dari laman Science Daily, penelitian ini memanfaatkan DNA metabarcoding, teknik genetika canggih yang memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi komposisi sampel biologis dengan mencocokkan fragmen DNA yang diekstraksi untuk mewakili makanan gajah dengan perpustakaan kode batang DNA tumbuhan.

Brown University telah mengembangkan aplikasi untuk teknologi ini dan menggabungkan peneliti dari bidang biologi molekuler dan komputasi untuk memecahkan masalah yang diasapi oleh para konservasionis di lapangan.

Penelitian ini menjadi penggunaan pertama dari DNA metabarcoding untuk menjawab pertanyaan jangka panjang terkait ekologi pencarian makan sosial, yaitu bagaimana anggota kelompok sosial, seperti keluarga, memutuskan makanan apa yang akan mereka santap.

Teknologi ini digunakan untuk memantau kebiasaan makan gajah karena hampir mustahil bagi para peneliti untuk melakukan identifikasi dengan mata telanjang, meskipun bagi ahli botani, ungkap Kartzinel.

"Ketika saya berbicara dengan non-ekolog, mereka terkejut mendengar bahwa sebenarnya kita tidak pernah memiliki gambaran yang jelas tentang tumbuhan apa yang sebenarnya dimakan oleh mamalia besar yang karismatik ini di alam," jelas Kartzinel.

"Alasannya adalah hewan-hewan ini sulit dan berbahaya untuk diamati dari dekat, mereka bergerak jarak jauh, mereka makan pada malam hari dan di semak-semak yang lebat, dan banyak tumbuhan yang mereka makan sangat kecil," tambahnya.


Turut Menggunakan Rambut dan Kotoran Gajah dalam Penelitian

Selanjutnya, tim peneliti membandingkan teknik genetik baru tersebut dengan metode yang disebut analisis isotop stabil. Metode ini akan memanfaatkan analisis kimia pada rambut hewan yang diteliti.

Sebelumnya, dua penulis studi, yaitu George Wittemyer dari Colorado State University dan Thure Cerling dari University of Utah, telah menunjukkan gajah beralih dari memakan rumput segar saat hujan menjadi memakan pohon selama musim kemarau yang panjang.

Studi tersebut telah menambahkan pengetahuan para peneliti terkait pola makan gajah yang lebih luas. Sayangnya, mereka masih tidak dapat membedakan jenis tumbuhan yang berbeda dalam diet gajah.

Selain itu, tim peneliti juga telah menyimpan sampel kotoran yang dikumpulkan dalam kerjasama dengan organisasi nirlaba Save the Elephants ketika Wittemyer dan Cerling melakukan analisis isotop stabil hampir 20 tahun yang lalu.

Namun, penulis studi Brian Gill, yang saat ini merupakan peneliti pasca-doktoral di Brown, telah menentukan bahwa sampel-sampel tersebut masih dapat digunakan meskipun telah lama disimpan.

Tim peneliti kemudian menggabungkan analisis isotop karbon dari kotoran dan rambut gajah dengan DNA metabarcoding makanan, data pelacakan GPS, dan data penginderaan jauh untuk mengevaluasi variasi diet dari individu gajah dalam kedua kelompok.

Kemudian tim peneliti mencocokkan setiap urutan DNA unik dalam sampel dengan koleksi tumbuhan referensi, dikembangkan oleh ahli botani Paul Musili direktur East Africa Herbarium di National Museum of Kenya, dan membandingkan diet gajah individu dari waktu ke waktu.

Alasan Gajah Pilih-pilih Makanan >>>

Alasan Gajah Memilih Menu Makanan yang Berbeda

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diet di antara individu-individu yang jauh lebih besar dari yang sebelumnya diasumsikan. Perbedaan ini bahkan dimiliki oleh anggota keluarga yang mencari makan bersama pada hari tertentu.

"Bagaimana ikatan sosial dapat menjaga kelompok keluarga tetap bersama dalam dunia yang memiliki sumber daya terbatas?" tanya Kartzinel.

Dengan kata lain, jika gajah memakan tumbuhan yang sama, tidak jelas mengapa persaingan untuk makanan tidak memisahkan mereka dan memaksa mereka untuk mencari makan secara mandiri.

Hal tersebut terjawab karena gajah akan memvariasikan diet mereka tidak hanya berdasarkan ketersediaan makanan tetapi juga preferensi dan kebutuhan fisiologis yang mereka miliki, seperti yang diungkap oleh Kartzinel.

Sebagai contoh, saat seekor gajah betina sedang hamil kemungkinan mereka memiliki keinginan dan kebutuhan atas makanan yang berbeda pada berbagai tahap kehamilannya.

Studi ini turut mengungkap bahwa setiap individu gajah tidak selalu memakan tumbuhan yang sama persis dalam waktu yang sama, sehingga mereka akan memiliki cukup tumbuhan untuk dimakan bersama-sama.

Temuan ini dapat memberi pemahaman bagi ahli biologi konservasi untuk melindungi gajah dan spesies besar lainnya serta menciptakan lingkungan di mana mereka dapat berhasil mereproduksi dan mengembangkan populasi mereka.

Selain itu, temuan ini juga dapat mengurangi peluang kompetisi antar spesies dan mencegah hewan-hewan tersebut untuk merusak sumber makanan manusia, seperti tanaman pertanian.

"Populasi satwa liar membutuhkan akses ke sumber daya makanan yang beragam untuk berkembang," ungkap Kartzinel.

"Setiap gajah membutuhkan variasi, sedikit 'bumbu', bukan secara harfiah di makanan mereka, tetapi dalam kebiasaan makanan mereka," jelasnya.



Simak Video "Video Cerita Prabowo Disurati Raja Charles gegara Beri Lahan untuk Gajah"
[Gambas:Video 20detik]

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads