Studi Terbaru Ungkap Homo Sapiens Kemungkinan Besar Asalnya dari Banyak Populasi

ADVERTISEMENT

Studi Terbaru Ungkap Homo Sapiens Kemungkinan Besar Asalnya dari Banyak Populasi

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 11 Jul 2023 17:00 WIB
Homo Sapiens paling awal ditemukan di luar Afrika, diyakini berusia 210.000 tahun
Foto: BBC Magazine
Jakarta -

Selama ini dipahami bahwa Homo sapiens berasal dari Afrika. Meski begitu, masih belum benar-benar jelas bagaimana percabangan evolusi manusia akhirnya terjadi dan bagaimana manusia bermigrasi lintas benua, kata Brenna Henn, Profesor Pusat Antropologi dan Genom di UC Davis.

Menurutnya, ketidakjelasan tersebut disebabkan jumlah fosil dan data genom kuno yang terbatas.

"Ada pula fakta bahwa catatan fosil tak selalu sama dengan perkiraan dari model yang dibuat dari DNA modern," kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, untuk menguji materi genetik populasi di Afrika saat ini dan membandingkannya dengan fosil Homo sapiens, Henn dan rekan menawarkan sebuah model baru teori evolusi manusia.

Model yang mereka ciptakan itu membalikkan keyakinan sebelumnya bahwa satu populasi di Afrika adalah nenek moyang seluruh manusia. Penelitian ini diterbitkan pada 17 Mei 2023 lalu di jurnal Nature.

ADVERTISEMENT

"Penelitian ini mengubah asal usul spesies manusia," ujar Henn, dikutip dari Science Daily.

Munguji Model Evolusi dan Migrasi Nenek Moyang di Afrika

Penelitian yang dinakhodai oleh Henn dan Simon Gravel dari McGill University ini menguji serangkaian model evolusi dan migrasi di Afrika, menggabungkan data genom populasi dari Afrika bagian selatan, timur, dan barat.

Para peneliti turut memasukkan genom dari 44 individu Nama yang berasal dari Afrika bagian selatan. Populasi ini dikenal memiliki keragaman gen yang luar biasa daripada populasi-populasi lainnya. Ahli kemudian membuat sebuah data dengan mengumpulkan sampel air ludah dari manusia modern pada 2012 dan 2015.

Berdasarkan model yang mereka buat, pemisahan populasi paling awal pada manusia purba dapat terdeteksi antara 120.000 hingga 135.000 tahun lalu, setelah dua atau lebih populasi bergenetik lemah bercampur selama ratusan ribu tahun.

Setelah pemisahan populasi tersebut, manusia purba masih bermigrasi antarpopulasi cabang. Maka dari itu, teori ini menawarkan penjelasan lebih baik mengenai variasi genetik antara manusia dan populasinya.

"Model-model sebelumnya yang lebih rumit mengatakan adanya kontribusi dari hominin purba, tetapi model ini justru menunjukkan sebaliknya," kata rekan penulis Tim Weaver, profesor antropologi UC Davis.

Weaver memiliki keahlian dalam melihat seperti apa fosil manusia purba dan memberikan penelitian komparatif untuk penelitian tersebut.

Para penulis memperkirakan, berdasarkan model ini, 1-4% diferensiasi genetik di antara populasi manusia modern dapat dikaitkan dengan variasi populasi manusia yang diteliti di dalam penelitian tersebut. Model ini bisa jadi mempunyai konsekuensi penting untuk interpretasi catatan fosil.

Selain itu karena migrasi antarcabang manusia purba, banyak garis keturunannya mungkin secara morfologis serupa. Artinya, fosil hominin dengan morfologis berbeda (seperti Homo naledi) tidak mungkin mewakili cabang yang berkontribusi pada evolusi Homo sapiens, kata penulis.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads