Ilmuwan telah menemukan sistem perapian untuk penerangan gua yang diyakini sebagai jejak manusia purba bernama Homo naledi (H. naledi).
Para peneliti menemukan sisa-sisa perapian kecil dan noda jelaga (bekas arang) di dinding dan langit-langit gua di Afrika Selatan, tepatnya di wilayah sistem gua Bintang Baru (dikenal juga sebagai gua Westminster atau Kerajaan).
"Tanda-tanda penggunaan api ada di mana-mana dalam sistem gua ini," kata paleoantropolog Lee Berger, dari Universitas Witwatersrand, Johannesburg, dikutip dari Science News.
Bukti Perapian di Dalam Gua
Pada Agustus 2022 lalu, Berger telah memasuki gua dan memeriksa dua ruang bawah tanah tempat fosil H. naledi ditemukan.
Dia menemukan stalaktit dan lembaran batu tipis yang sebagian tumbuh di atas permukaan langit-langit yang lebih tua.
"Permukaan itu menunjukkan area yang menghitam dan terbakar dan juga berbintik-bintik oleh apa yang tampak seperti partikel jelaga," kata Berger.
Baca juga: Kapan Manusia Pertama Kali Pakai Baju? |
Di sana, para peneliti juga menemukan dua perapian kecil yang berisi potongan kayu hangus, dan membakar tulang antelop dan hewan lainnya.
Sisa-sisa perapian dan tulang hewan yang terbakar di dekatnya kemudian ditemukan di ruang gua yang lebih terpencil di mana fosil H. naledi telah ditemukan.
Homo Naledi Sudah Gunakan Api untuk Memasak
Para peneliti berpendapat bahwa bukti jejak perapian ini milik Homo naledi karena tidak ada sisa-sisa manusia purba lain yang muncul di gua tersebut.
Adapun fosil H. naledi diketahui berasal dari 335.000-236.000 tahun yang lalu, sekitar waktu Homo sapiens berasal.
Banyak peneliti menduga bahwa penggunaan api secara teratur sudah digunakan oleh manusia purba sejak 400.000 tahun yang lalu, untuk penerangan, kehangatan, dan memasak.
Namun, peneliti juga menemukan tantangan tentang bagaimana menentukan usia kayu dan tulang yang terbakar serta sisa-sisa api lainnya dari ruangan di gua tersebut.
"Itu adalah langkah pertama yang sangat penting sebelum berspekulasi tentang siapa yang mungkin telah membuat perapian dan untuk alasan apa," kata paleoantropolog W. Andrew Barr dari George Universitas Washington di Washington, DC.
"Tulang, kayu, dan arang dari situs Afrika Selatan juga harus diperiksa dengan berbagai teknik untuk menentukan apakah area yang gelap akibat pembakaran atau pewarnaan mineral," tambah peneliti lain dari Universitas Harvard, Sarah Hlubik.
Simak Video "Ngeri! Penampakan Tabrakan Beruntun di Afsel, Mobil-mobil Terbalik"
[Gambas:Video 20detik]
(faz/nwk)