Homo Floresiensis Diduga Besar Berevolusi dari Homo Erectus Asia Awal

ADVERTISEMENT

Homo Floresiensis Diduga Besar Berevolusi dari Homo Erectus Asia Awal

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 13 Agu 2024 21:00 WIB
Hasil rekonstruksi wajah Homo floresiensis, kerabat manusia yang tinggal di Flores, NTT belasan ribu tahun lalu
Hasil rekonstruksi wajah Homo floresiensis. Foto: Cicero Moraes/Arc-Team Brazil, Sinop-MT
Jakarta -

Penemuan dua spesies hominin kecil baru-baru ini, Homo floresiensis dan Homo luzonensis, menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pengurangan ukuran tubuh yang ekstrem terjadi pada beberapa spesies manusia yang telah punah di wilayah kepulauan.

Penelitian sebelumnya di Mata Menge, Pulau Flores, Indonesia, menunjukkan nenek moyang Homo floresiensis pada awal Pleistosen Tengah memiliki rahang dan gigi yang lebih kecil. Sekarang, ahli paleoantropologi telah menemukan fosil tambahan hominin dari endapan yang sama di Mata Menge.

Humerus dewasa (bagian bawah tulang lengan atas) diperkirakan 9-16% lebih pendek dan lebih tipis daripada spesimen tipe Homo floresiensis yang berasal dari sekitar 60.000 tahun yang lalu, dan lebih kecil daripada humeri hominin dewasa Plio-Pleistosen lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemuan ini menunjukkan garis keturunan Homo floresiensis kemungkinan besar berevolusi dari Homo erectus Asia awal. Juga artinya merupakan garis keturunan yang bertahan lama di Flores dengan ukuran tubuh yang sangat kecil, setidaknya sejak sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Homo floresiensis adalah spesies hominin kecil yang diketahui dari Akhir Pleistosen di Liang Bua, sebuah gua batu kapur di Flores bagian barat. Bukti arkeologi menunjukkan spesies ini menghuni Liang Bua sekitar 50.000 tahun yang lalu, saat spesies kita sendiri, Homo sapiens, sudah lama hidup di Australia bagian selatan.

ADVERTISEMENT

Perdebatan Asal Usul Homo floresiensis

Ada banyak perdebatan tentang asal usul manusia misterius dari Flores. Awalnya, Homo floresiensis dihipotesiskan sebagai keturunan kerdil dari Homo erectus Asia awal.

Teori lainnya adalah 'Hobbit' merupakan sisa-sisa hominin purba dari Afrika yang bertahan hidup lebih lama, yang mendahului Homo erectus dan bertubuh kecil sejak awal. Apabila demikian, maka kemungkinannya adalah Homo habilis atau Australopithecus afarensis, spesies yang mencakup 'Lucy' yang terkenal.

Selain Liang Bua, fosil hominin hanya pernah ditemukan di satu lokasi di Flores yakni situs terbuka Mata Menge, 75 km di sebelah timur gua.

Terletak di padang rumput tropis yang jarang penduduknya di Cekungan So'a, situs tersebut sebelumnya menyimpan beberapa fosil hominin, fragmen rahang, dan enam gigi, yang digali dari lapisan batu pasir yang terbentuk oleh aliran sungai kecil sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Fosil Mata Menge yang diperkirakan berusia 650.000 tahun lebih awal dari hominin Liang Bua telah terbukti berasal dari setidaknya tiga individu dengan rahang dan gigi yang sedikit lebih kecil daripada Homo floresiensis. Ini menyiratkan ukuran tubuh yang kecil berevolusi pada awal sejarah hominin Flores.

Namun, karena elemen postkranial, tulang dari bawah kepala, belum ditemukan dalam catatan fosil di situs ini, maka tidak dapat dipastikan bahwa hominin Cekungan So'a ini setidaknya sekecil atau tidak sedikit lebih kecil dari Homo floresiensis.

Tidak jelas pula spesies mana yang termasuk fosil Mata Menge, karena kurangnya spesimen diagnostik yang lebih banyak. Walaupun begitu, beberapa gigi dianggap memiliki bentuk peralihan antara gigi Homo erectus Asia awal dan Homo floresiensis.

Kisah 'Hobbit' Dimulai dari Homo erectus Terisolasi di Pulau Terpencil di Indonesia

Dalam sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications Nat Commun 15, 6381; doi: 10.1038/s41467-024-50649-7, Profesor Yousuke Kaifu dari Universitas Tokyo dan rekan-rekannya melaporkan penemuan tiga fosil hominin tambahan dari Mata Menge yang berasal dari 700.000 tahun lalu, hasil dari beberapa musim penggalian lapangan di situs ini.

Penelitian tersebut berjudul " Early evolution of small body size in Homo floresiensis" .

Yang terpenting, kumpulan baru tersebut mencakup elemen postkranial pertama, batang distal humerus dewasa. Pemulihan tulang tungkai fosil dari situs penggalian Mata Menge telah lama ditunggu karena banyaknya bukti yang diberikannya mengenai asal usul leluhur Homo floresiensis.

Mikroskopi digital dari struktur mikro menunjukkan humerus kecil tersebut berasal dari individu dewasa.

Berdasarkan perkiraan panjang tulang, tim tersebut dapat menghitung tinggi badan hominin ini sekitar 100 cm. Artinya, sekitar 6 cm lebih pendek dari perkiraan tinggi badan kerangka Homo floresiensis berusia 60.000 tahun dari Liang Bua (sekitar 106 cm, berdasarkan panjang tulang paha).

"Tulang lengan atas dewasa berusia 700.000 tahun ini tidak hanya lebih pendek dari Homo floresiensis, tetapi juga merupakan tulang lengan atas terkecil yang diketahui dari catatan fosil hominin di seluruh dunia," kata Profesor Adam Brumm dari Universitas Griffith, dikutip dari Sci.News.

"Spesimen yang sangat langka ini mengonfirmasi hipotesis kami bahwa nenek moyang Homo floresiensis berukuran sangat kecil," imbuhnya.

"Namun, sekarang jelas dari proporsi kecil tulang tungkai ini bahwa nenek moyang awal 'Hobbit' bahkan lebih kecil dari yang kita duga sebelumnya," imbuhnya.


Dua tambahan gigi hominin dari Mata Menge juga berukuran kecil. Salah satunya memiliki karakteristik bentuk yang paling konsisten dengan Homo erectus awal dari Jawa.

Kesamaan ini tidak mendukung hipotesis bahwa Homo floresiensis berevolusi dari jenis hominin yang lebih awal dan lebih primitif, yang belum pernah ditemukan di Indonesia, atau bahkan di wilayah yang lebih luas di luar Afrika.

Fosil sisa-sisa manusia Mata Menge, yang kini berjumlah 10 spesimen, berasal dari sedikitnya empat individu, termasuk dua anak-anak. Secara anatomi, semuanya sangat mirip dengan Homo floresiensis Liang Bua dan kini dapat dianggap sebagai varian yang lebih tua dari hominin ini.

Namun, meskipun merupakan nenek moyang langsung dari 'Hobbit,' bentuk yang lebih awal ini memiliki gigi yang lebih primitif daripada keturunannya di Liang Bua. Lebih jauh, terlihat jelas dari tulang lengan yang kecil pengurangan ukuran tubuh yang ekstrem terjadi di awal sejarah hominin Flores.

"Sejarah evolusi hominin Flores sebagian besar masih belum diketahui," kata Profesor Brumm.

"Namun, fosil-fosil baru ini secara kuat menunjukkan kisah 'Hobbit' memang dimulai ketika sekelompok hominin Asia awal yang dikenal sebagai Homo erectus entah bagaimana menjadi terisolasi di pulau terpencil di Indonesia ini, mungkin satu juta tahun yang lalu, dan mengalami pengurangan ukuran tubuh yang dramatis seiring berjalannya waktu," terangnya.




(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads