Sejarah Manusia Gunakan Api, Diprediksi Mulai 1 Juta Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Sejarah Manusia Gunakan Api, Diprediksi Mulai 1 Juta Tahun Lalu

Zefanya Septiani - detikEdu
Senin, 26 Jun 2023 17:30 WIB
HUESCA, SPAIN - JUNE 23: A group of people descends with torches in the direction of the town during San JuanΒ΄s night on June 23, 2022 in San Juan de Plan, Huesca, Spain. The Fallas del Pirineo are festivals declared Intangible Heritage of Humanity by UNESCO. The festival is celebrated on the night of San Juan or around the summer solstice, being a tradition rooted in the Alto Aragonese town of San Juan de Plan (Photograph by Samuel de Roman/Getty Images)
Ilustrasi api Foto: Getty Images/Samuel de Roman
Jakarta -

Api menjadi salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia. Tanpa api tentunya kita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, untuk memanfaatkan api tentunya manusia harus memiliki kendali atas api terlebih dahulu.

Para ilmuwan bahkan memprediksi tanpa kendali atas api, manusia mungkin tidak akan pernah mengembangkan otak besar serta manfaat yang menyertainya. Hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan, kapan pertama kali manusia menemukan cara menggunakan api?

"Ini adalah pertanyaan yang sulit," jawab Ian Tattersall, seorang paleoantropolog dan kurator emeritus tentang asal-usul manusia di Museum Sejarah Alam Amerika di Kota New York.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin bukti tentang penggunaan api tidak terawetkan dengan baik, dan apa yang kita lihat hanya sisa-sisa dari catatan yang sebelumnya lebih kaya. Tetapi lagi, itu hanya perkiraan. Kita tidak tahu," tambahnya.

Jejak Penggunaan Api

Sayangnya, kita tidak mengetahui angka pasti dari tahun ditemukannya kendali atas api oleh manusia purba. Namun, terdapat dua situs terisolasi yang menunjukkan bahwa manusia purba telah menggunakan api sebelum 400 ribu tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari laman Live Science, sebuah studi tahun 2012 mengungkap para arkeolog berhasil menemukan tempat pembakaran, serpihan batu, dan kayu terbakar. Temuan tersebut diprediksi berusia sekitar 800 ribu tahun dan ditemukan di sebuah situs di Israel.

Penggunaan api juga ditemukan dalam situs lain, yaitu Gua Wonderwerk di Afrika Selatan. Pada situs tersebut para ilmuwan menemukan bukti manusia menggunakan api sekitar 1 juta tahun yang lalu.

Diungkap melalui sebuah studi tahun 2012, para ilmuwan menemukan sisa-sisa tulang dan tumbuhan yang terbakar. Selain itu, mereka juga menemukan peninggalan yang tampak seperti tempat pembakaran dalam Gua Wonderwerk, temuan tersebut tentu dapat menjadi bukti kuat akan penggunaan api.

"Dari mana bukti itu berasal di situs itu, sangat jauh ke dalam gua," ungkap Sarah Hlubik, seorang paleoantropolog dan peneliti pasca-doktoral di Universitas George Washington di Washington, DC.

"Bahkan kebakaran lahan yang melanda tidak akan mencapai bagian belakang seperti itu," tandasnya.

Api Membantu Perkembangan Otak

Saat ini, Gua Wonderwerk menjadi situs terawal yang disetujui oleh para ahli sebagai bukti manusia menggunakan api. Namun, manusia seharusnya telah menggunakan api jauh lebih awal dari usia temuan yang diketahui saat ini.

Hal tersebut didasari oleh temuan usus leluhur manusia, Homo erectus yang mulai menyusut sekitar 2 juta tahun yang lalu. Temuan tersebut menunjukkan bahwa sesuatu seperti memasak membuat pencernaan menjadi lebih mudah.

Sementara ususnya menyusut, otak manusia purba justru semakin berkembang. Tentunya, perkembangan tersebut membutuhkan banyak energi. Disampaikan oleh Tattersall, alasan paling akal untuk mendapatkan energi sebesar itu adalah dari api untuk memasak makanan, seperti daging dan sayuran.

Namun, argumen tersebut tentunya harus didukung oleh sebuah bukti yang kuat. Hal tersebut menyebabkan Hlubik saat ini tengah mencari tanda-tanda kebakaran terkendali kuno di situs-situs di Koobi Fora, sebuah wilayah di Kenya utara yang kaya akan sisa-sisa paleoantropologi yang berusia sekitar 1,6 juta tahun.

Saat ini, Hlubik telah menemukan tulang terbakar yang berkumpul dengan artefak lain pada situs tersebut. Selain itu, ia juga menemukan endapan terbakar yang berkumpul dan terpisah dari temuan lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa ada satu area untuk memelihara api dan area lain di mana manusia purba menghabiskan sebagian besar waktu mereka.

"Saat ini, saya percaya diri untuk mengatakan, 'Ya, ada api yang digunakan oleh orang-orang di situs ini,'" ungkap Hlubik.

"Fase selanjutnya dari penelitian ini adalah untuk kemudian mengatakan, 'Berapa banyak situs lain di wilayah tersebut yang juga memiliki bukti kebakaran?'" jelasnya.

Sayangnya, tidak semua ahli setuju dengan pendapat Hlubik. Pasalnya, kebakaran pada situs yang ia gali mungkin tidak disebabkan oleh manusia, melainkan berasal dari semak-semak yang terbakar secara alami.

Munculnya kemampuan penggunaan api menandakan perkembangan manusia yang dapat mengungkap dan mengendalikan kebakaran atau menciptakan api sendiri. Hal tersebut memiliki dampak yang besar bagi evolusi manusia.

Penggunaan api ternyata dapat memberikan berbagai manfaat, seperti memperpanjang usia hidup, membuat manusia lebih sosial dengan memberikan tempat berkumpul, dan meningkatkan kognisi manusia. Temuan akan kendali atas api juga seiring dengan penemuan pakaian yang membantu manusia purba untuk berpindah ke iklim yang lebih dingin.

"Manfaat dari penggunaannya memperkuat keuntungan kognitif yang telah Anda dapatkan dan kemudian menciptakan lebih banyak. Karena api adalah hal yang kompleks," ungkap Hlubik.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads