Gubes UI: Pendidikan Karakter Harus Sejak Dini, Bukan Calistung

ADVERTISEMENT

Gubes UI: Pendidikan Karakter Harus Sejak Dini, Bukan Calistung

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Selasa, 20 Jun 2023 06:30 WIB
Guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk
Guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk Foto: YT BKN PDIP
Jakarta -

Satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian dalam kurikulum nasional adalah persoalan pendidikan karakter. Pendidikan karakter harus didahulukan ketimbang kemampuan akademik sebagai pondasi pembangunan bangsa.

Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk menyampaikan banyak keluhan yang muncul tentang permasalahan korupsi yang seolah tidak ada habisnya. Menurutnya, akar permasalahan ini terjadi salah satunya adalah akibat dari permasalahan kurikulum pendidikan kita yang lemah menyasar aspek integritas bangsa.

"Korupsi itu cerminan dari orang yang tidak berintegritas jadi ini dulu kita perbaiki. Kalau kita membiarkan ini berada di banyak orang akan merembet. Orang terbiasa naik motor lawan arus, buang sampah sembarangan, aturan dimanipulasi yang terjadi dari atas sampai bawah," ujarnya dalam Podcast Bung Karno Series 2023 di Youtube BKN PDI Perjuangan pada Sabtu (17/6/2023), ditulis Selasa (20/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hamdi menyebut perilaku tersebut kemungkinan sistemik yang membuat negara ini menuai sistem yang tidak berintegritas. "Itu sebabnya korupsi susah banget diberantas. Jadi orang-orangnya nggak berintegritas, institusinya juga tidak berintegritas," ujarnya.

Ia menambahkan, "Nah misalnya di sekolah ada tidak jujur contek itu juga bagian dari integritas, beli nilai, ada orang beli ijazah, joki itu kan contoh dari perilaku tidak berintegritas dalam akademik."

ADVERTISEMENT

Dosen yang lahir di Padang Panjang itu berpendapat menciptakan manusia berintegritas berkaitan erat dengan pendidikan karakter yang harusnya didapatkan sedari dini. Menurut Hamdi pondasi pembangunan karakter harus didahulukan dan diprioritaskan di pendidikan dasar.

"Jadi nggak usah kita buru-buru. Misalnya di PAUD nih, diajarin baca tulis hitung atau calistung. Kita jejalin anak-anak dengan akademik. Harusnya tuh pendidikan dasar itu pendidikan karakter aja satu ya. Di Jepang ya atau negara-negara Skandinavia guru-gurunya bilang begini 'Kami nggak terlalu khawatir kalau anak-anak itu agak telat calistungnya'," ujar Hamdi.

"Tapi kalau murid sudah tidak jujur dari awal, terus mudah menyerah, tidak punya kreativitas, tidak punya tanggung jawab, itu lebih mengkhawatirkan ya. Nah itu berkaitan erat dengan karakter," tambahnya.

Anak-anak di Jepang misalnya akan diajarkan membereskan tempat makan, menyapu bahkan mengepel kelas. Mereka diajarkan sebuah tanggung jawab pada kebersihan. "Itu dulu yang diajarkan untuk membentuk nilai-nilai integritas," kata Hamdi.

Hamdi berpendapat bangsa kita membutuhkan revolusi mental. Ia mengutip pernyataan Bung Karno, yakni "Revolusi mental merupakan suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala."

Menurut Hamdi, Bung Karno ini sangat revolusioner. Manusia baru yang berhati putih itu adalah karakter jujur yang seharusnya dibentuk sejak kecil.

"Demi mewujudkan konsep nation buildingnya Bung Karno, kita memerlukan fondasi penting, yakni character building. Membangun terlebih dahulu nilai-nilai integritas, agar manusia atau generasi muda baru memiliki hati yang putih atau berintegritas," imbuh Hamdi.

Hamdi mengutip pernyataan Robert Putnam, seorang filsuf, ia bilang, "Indonesia memiliki budaya gotong royong. Hal itu adalah modal sosial bangsa Indonesia, di dalamnya ada kepercayaan, persatuan dan semangat bekerja sama. Itu tidak dapat ditemukan di bangsa lain."

Menurut Hamdi, Indonesia memiliki modal sosial yang sangat baik dan penting. Namun, hal tersebut juga perlu ditunjang dengan pembangunan karakter, agar modal sosial yang sudah dimiliki bangsa ini dapat diimplementasikan dengan maksimal.

"Pembangunan karakter itu tanggung jawab kita semua, namun negara memiliki porsi lebih besar, dengan melakukan perbaikan di bidang pendidikan. Keberhasilan membangun karakter pada generasi muda dapat mengantarkan kita untuk menggapai Indonesia Emas 2045," pungkas Hamdi.




(pal/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads