Semen merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk membangun berbagai bangunan, termasuk rumah. Tak hanya dipakai sebagai perekat bahan bangunan, semen juga menjadi bahan utama beton.
Ternyata, semen memang sudah lama digunakan sebagai material bangunan. Bahkan telah dipakai sejak zaman Yunani dan Romawi Kuno.
Dilansir dari Brittanica, kala itu, bahan baku semen berasal dari kapur dan abu vulkanik yang mengeras ketika dicampur air. Hal ini membentuk bahan perekat untuk mortar dan beton di era Romawi Kuno lebih dari 2000 tahun lalu yang kemudian dipakai untuk pekerjaan konstruksi di Eropa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu vulkanik yang ditambang di dekat tempat yang sekarang menjadi kota Pozzuoli, Italia, sangat kaya akan mineral aluminosilikat esensial sehingga menghasilkan semen pozzolana klasik dari era Romawi. Hingga saat ini istilah pozzolana atau pozzolan, mengacu pada semen itu sendiri atau pada aluminosilikat yang terbagi halus yang bereaksi dengan kapur di dalam air untuk membentuk semen.
Dikutip dari World Cement Association, bangsa Romawi Kuno mengembangkan teknik masonry atau tukang batu sehingga bisa mendirikan bangunan megah dengan fondasi berat. Salah satu pengembangannya 'opus caementitium' yaitu sejenis beton yang terbuat dari kapur dengan agregat pasir dan batu pecah, yang biasanya digunakan sebagai bekisting.
Semen lainnya bisa menggunakan bahan berupa batu bata yang dihancurkan, ubin, maupun tembikar keramik sebagai agregat. Arsitek dan insinyur Romawi Marcus Vitruvius Polllio secara komprehensif menggambarkan pengetahuan dan teknik konstruksi pada masa itu, yang selanjutnya menjadi dasar metode pembangunan selama ratusan tahun.
Bangunan bersejarah terkenal yang terbuat dari beton, yang masih berdiri hingga saat ini, adalah Colosseum dan Pantheon di Roma, dan Hagia Sophia di Istanbul.
Semen pada Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, beberapa tukang diketahui sudah menggunakan semen hidrolik untuk membangun struktur seperti benteng dan kanal. Namun, pengetahuan akan hal tersebut tidak diberikan secara tertulis melainkan hanya secara lisan.
Munculnya Semen Portland
Cikal bakal semen modern terjadi pada 1824 ketika seorang tukang batu dan bangunan asal Inggris, Joseph Aspdin, bereksperimen dengan memanaskan batu kapur dan lempung atau tanah liat hingga campuran tersebut terbakar, menggilingnya, dan mencampurnya dengan air. Aspdin menamainya Semen Portland, berdasarkan batu bangunan yang terkenal kuat dari Pulau Portland di Dorset, Inggris.
Pada 1845, Isaac Johnson, salah seorang produsen semen, membakar kapur dan tanah liat pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada yang dilakukan Aspdin, sekitar 1400-1500 derajat Celcius, yang menyebabkan campuran tersebut menjadi klinker (bahan setengah jadi), dan menghasilkan semen modern.
Sejak tahun 1850, penggunaan beton yang terbuat dari semen Portland meningkat pesat. Proyek-proyek seperti patung, jembatan kecil, dan pipa beton membantu meningkatkan keunggulannya. Kemudian diikuti sistem pembuangan limbah skala besar, seperti di London dan Paris, dan pembangunan metro dan kereta bawah tanah meningkatkan permintaan semen Portland.
Standar semen pertama untuk semen Portland disetujui di Jerman pada tahun 1878, yang menetapkan metode pengujian pertama dan sifat minimum, dan banyak negara lain mengikutinya. Setelah itu, produksi dan penggunaan semen melonjak secara global.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/zlf)