Panen padi rupanya disambut meriah oleh Suku Dayak yang tinggal di Kalimantan Tengah. Mereka kerap menggelar tradisi sebagai ungkapan rasa syukur yang dinamakan Mangenta.
Masyarakat Suku Dayak menggelar tradisi tersebut untuk mencegah perkembangbiakan hama padi seperti tikus, burung, atau serangga.
Baca juga: Apa yang Terlarang di Kota Terlarang? |
Tradisi Mangenta diyakini memiliki nilai spiritual yang tinggi oleh masyarakat setempat. Menurut situs Direktorat Pendidikan SMP Kemdikbud, Mangenta memiliki istilah prosesi kuman behas tahet atau memakan beras batu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapkan Hidangan Khas
Mereka menyiapkan kenta, hidangan khas Dayak Kalimantan Tengah yang terbuat dari beras ketan. Kenta dipanggang dan ditumbuk dalam lesung.
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kenta adalah beras ketan, kelapa muda, gula putih/gula merah, dan air kelapa muda.
Padi ketan yang telah direndam dan ditiriskan kemudian disangrai selama kurang lebih 10 menit dengan api sedang. Lalu padi yang sudah disangrai ditumbuk hingga halus.
Kenta juga dapat dibuat dengan cara direbus menggunakan air panas dan dicampur dengan susu. Tekstur kenta yang kenyal membuatnya menjadi santapan nikmat berkat rasanya yang manis.
Pada umumnya, kenta hanya disajikan pada acara-acara khusus, seperti upacara adat atau pernikahan Suku Dayak-Ngaju.
Adakan Festival Budaya Isen Mulang
Setiap tahunnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga menggelar tradisi Mangenta secara besar-besaran pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM). Para peserta lomba mengikuti festival dengan menggunakan pakaian daerah setempat seperti pakaian petani atau kebaya daerah.
Kriteria penilaian kompetisi ini adalah kerja sama/tanggung jawab dalam pembagian tugas, teknik dan proses pembuatan, kecepatan dan ketepatan waktu, kesempurnaan dan rasa serta kebersihan dan penyajian.
Itulah tradisi Mangenta untuk menyambut musim panen padi ala Suku Dayak. Apa ada tradisi serupa di daerahmu, detikers?
(nir/nwk)