Ternyata Begini Perkembangan Pola Pikir Manusia pada 25 Tahun Pertama

ADVERTISEMENT

Ternyata Begini Perkembangan Pola Pikir Manusia pada 25 Tahun Pertama

Zefanya Septiani - detikEdu
Sabtu, 27 Mei 2023 06:00 WIB
ilustrasi asah otak
Foto: thinkstock/ilustrasi perkembangan pola pikir manusia
Jakarta -

Pola pikir memengaruhi perilaku dan segala keputusan yang diambil manusia dalam kehidupannya. Seringkali, pola pikir menjadi pembeda antara individu di sosial, bahkan di tingkat keluarga.

Tak jarang, pola pikir juga membuat manusia merasa paling benar sehingga bisa mengakibatkan selisih paham.

Terkait pola pikir ini, terdapat sebuah penelitian yang mengungkapkan adanya 'jendela perkembangan' untuk pola pikir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli menyebutkan jendela perkembangan atau periode pembentukan tertentu digunakan seseorang untuk memperoleh keterampilan tertentu, seperti yang dituliskan pada laman University of California, Los Angeles (UCLA).

Studi terbaru dari tim internasional UCLA, Rumania dan Israel menemukan terdapat jendela perkembangan untuk keterampilan penalaran dan ditemukan lingkungan sosial, politik dan ekonomi yang sangat memengaruhi cara mereka memperoleh keterampilan ini.

ADVERTISEMENT


Pengaruh Perkembangan Pola Pikir Seseorang

Para peneliti mengungkapkan setelah runtuhnya rezim komunis otoriter Rumania pada tahun 1989, terjadi perubahan pola pikir terutama pada generasi muda.

Mereka cenderung akan berpikir terkait menentukan kebenaran, atau proses yang dikenal sebagai berpikir epistemik.

Pemikiran epistemik terdiri atas pola pikir absolutis (keyakinan hanya satu klaim yang benar) dan pola pikir multiplist (keyakinan bahwa lebih dari satu klaim bisa benar).

Sementara, pola pikir evaluatis meyakini bahwa sebuah pernyataan dapat dievaluasi berdasarkan logika dan bukti.

"Kita memantau berbagai sumber berita atau menjelajahi umpan Twitter yang ramai, kita secara terus-menerus menghadapi sudut pandang yang beragam tentang topik mulai dari politik hingga film," kata penulis utama studi ini, Amalia Ionescu, mahasiswa doktoral di bidang psikologi di UCLA.

"Beberapa topik ini memiliki bobot yang jauh lebih besar daripada yang lain, tetapi pada dasarnya, kita menggunakan jenis mekanisme yang sama ketika memutuskan bagaimana memahami sudut pandang yang bertentangan," tambahnya.

Anak-anak Berpikir dengan Pola Pikir Absolut

Penelitian terkait perkembangan psikologi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak umumnya berpikir menggunakan pola pikir absolutis dan berkembang menjadi pola pikir multiplist.

Jika anak tersebut memiliki pendidikan yang tinggi dan paparan terhadap berbagai pengalaman dan sudut pandang, saat ia dewasa maka pola pikirannya akan menjadi evaluatis.

Para penulis studi ini mengasumsikan bahwa masyarakat dengan pemerintahan yang otoriter akan memiliki kontrol yang ketat terhadap informasi, keterbatasan pendidikan dan sedikit paparan akan dunia luar sehingga pola pikir absolutis akan lebih umum.

Sementara, masyarakat dengan pemerintahan demokratis yang terbuka memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki pola pikir evaluatis.

Penelitian Berfokus pada Masyarakat Romania

Pengujian ini kemudian dilakukan terhadap masyarakat Romania, yang pada akhir tahun 1940-an negaranya berubah menjadi negara komunis dan bersatu dengan Uni Soviet.

Sayangnya, pada tahun 1965, di bawah kepemimpinan otoriter Nicolae Ceausescu, Romania menjadi semakin represif dan terisolasi.

Setelah Ceausescu digulingkan baru Romania bergerak menuju demokrasi, mengadopsi perekonomian pasar, dan bergabung dengan Uni Eropa.

Peneliti kemudian mempelajari bagaimana peralihan tersebut dapat memengaruhi pemikiran epistemik masyarakat. Para peneliti kemudian memfokuskan penelitian terhadap tiga kelompok usia.

Pertama, kelompok yang lahir setelah revolusi demokrasi (18-30 tahun. Kedua, kelompok yang menghabiskan masa remaja akhir dan dewasa awal di bawah rezim otoriter (45-59 tahun). Ketiga, kelompok yang menghabiskan setidaknya 45 tahun di bawah rezim otoriter (75 tahun ke atas).

Hasilnya, ditemukan bahwa pola pikir absolutis lebih banyak dimiliki oleh kelompok yang mengalami transisi ke demokrasi pada usia paruh baya dibandingkan mereka yang mengalami transisi pada periode awal kehidupannya.

Sebagian besar dari kelompok ketiga cenderung akan membaca atau mendengarkan berita dan langsung menganggapnya sebagai kebenaran.

"Mungkin karena hampir sepanjang hidup mereka, mereka hanya memiliki satu program TV untuk ditonton, dan semua buku, berita, film, dan musik berada di bawah sensor komunis," jelas rekan penulis Raluca Furdui, seorang mahasiswa master di Universitas Barat TimiΘ™oara Rumania.

"Mereka belajar untuk menghormati otoritas guru di sekolah, bahkan ada yang tidak pernah sempat mengenyam bangku SMA," tambahnya.

Anak Muda Ditantang untuk Berpikir Kritis

Ia juga mengungkapkan bahwa pada generasi termuda dalam penelitian ini cenderung ditantang untuk mengungkapkan pendapat, berpikir kritis, dan memeriksa informasi.

Para peneliti menemukan bahwa evaluatifisme paling umum terjadi di antara generasi yang paling muda, di mana mereka juga memiliki tingkat pendidikan tertinggi.

Ditemukan oleh para peneliti tingkat pendidikan formal dan akses media sosial yang lebih rendah menyebabkan tingkat pemikiran absolut yang lebih tinggi dan tingkat evaluatifisme yang lebih rendah.

Penulis penelitian menyimpulkan bahwa jendela perkembangan pemikiran epistemik biasanya terjadi selama 25 tahun pertama kehidupan. Setelahnya, perkembangan pemikiran mulai berhenti dan gaya berpikir seseorang akan sedikit berubah saat dewasa.

"Kami menemukan bahwa lingkungan sosial yang dihasilkan oleh kombinasi demokrasi dan ekonomi pasar lebih sering membuat orang meninggalkan asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang benar dan mengevaluasi berbagai kemungkinan - ketika seseorang dilahirkan ke dalam lingkungan ini atau ketika dialami dalam 25 tahun pertama kehidupan daripada di usia paruh baya atau lebih," jelas rekan penulis Patricia Greenfield, seorang profesor psikologi terkemuka UCLA.

"Kami menemukan bahwa memang ada periode perkembangan yang sensitif untuk memperoleh cara berpikir budaya," tandasnya.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads