Ternyata Hewan Bisa Alergi terhadap Manusia, Contohnya Terjadi pada Beruang Kutub

ADVERTISEMENT

Ternyata Hewan Bisa Alergi terhadap Manusia, Contohnya Terjadi pada Beruang Kutub

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 18 Apr 2025 16:00 WIB
Siku menjadi jauh lebih baik setelah pengobatan dengan zat pemicu alergi yang dicampur ke dalam madu organik
Foto: Lincoln Park Zoo/Siku menjadi jauh lebih baik setelah pengobatan dengan zat pemicu alergi yang dicampur ke dalam madu organik
Jakarta -

Rupanya, tak hanya manusia yang bisa alergi pada bulu hewan. Beruang kutub bernama Siku juga alergi pada berbagai zat, termasuk bulu manusia.

Staf Kebun Binatang Lincoln Park, Chicago, semula melihat bulu Siku rontok pada 2018. Alhasil, terlihat bercak-bercak hitam pada kulitnya. Karena gatal, Siku lalu menggaruk dan menggesek area yang gatal tersebut ke kandangnya.

Direktur Kedokteran Hewan Kebun Binatang Lincoln Park, Kathryn Gamble, menduga Siku terkena alergi. Bisa jadi, karena dirawat terlalu baik, alergi Siku pada hal-hal tertentu jadi berkembang sebagai efek sampingnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uji Alergi pada Hewan

Siku lalu menjalani uji kulit untuk menentukan penyebab alerginya. Rupanya, ia alergi pada tungau rumah, serta serbuk sari elm, mulberry, dan cedar merah, dan rambut manusia.

"Respons (alergi) sangat kuat pada kulitnya adalah bulu manusia," kata Gamble, dilansir BBC.

ADVERTISEMENT

Hewan Bisa Kena Alergi

Peneliti Caroline Coile dalam laman American Kennel Club mengatakan, anjing rumahan bisa alergi pada manusia. Tepatnya yakni pada sel kulit mati (dander) yang manusia hasilkan sehari-hari.

Staf Kebun Binatang Lincoln Park mencatat hewan lain yang pernah mereka temukan mengalami alergi antara lain macan tutul hitam, rubah fennec, monyet saki, kera Jepang, dan beruang hitam.

Sejumlah ahli menilai alergi yang dialami hewan salah satunya akibat mereka dibesarkan di lingkungan buatan manusia. Alhasil, mereka lebih sedikit terpapar parasit, mikroba, dan patogen lain yang menyertai evolusi mereka. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh mereka menjadi tidak berfungsi.

"Pada anjing dan kucing, jumlahnya (hewan yang alergi) pasti meningkat, begitu pula pada manusia," kata Annette Petersen, dokter kulit hewan di Michigan State University.

"Saya tidak akan terkejut jika lebih banyak hewan kebun binatang juga terkena alergi," sambungnya.

Pengobatan Alergi pada Hewan

Gejala alergi setiap hewan bisa berbeda-beda. Ada yang demam, bersin, dan mata berair.

Sementara itu, dokter kulit hewan Andrew Rosenberg dan Direktur Operasi Medis di Animal Dermatology Group AS mengatakan sebagian besar hewan menyerap zat pemicu alergi melalui kulit sehingga menjadi gatal, ruam, atau mengalami kondisi lainnya.

Bagi hewan di penangkaran seperti Siku, gejala alergi dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Begitu pula dengan hewan rumahan. Pemilik hewan peliharaan dapat merutinkan diri cuci tangan, jaga jarak, dan memastikan makanan anabul bebas dari parasit.

Sementara itu, Gamble mengatakan Siku juga bisa alergi karena baru pindah 2 tahun lalu ke kebun binatang Chicago tersebut.

"(Biasanya) jika seseorang pindah ke lingkungan baru tempat mereka terpapar serbuk sari yang belum pernah dialami tubuh mereka sebelumnya, (tubuh) mereka akan bereaksi terhadapnya," katanya.

Siku sendiri diberi pengobatan campuran zat pemicu alergi ke dalam madu organik. Menjilatinya membantu zat tersebut terserap melalui jaringan lunak di mulut Siku.

Madu pun memiliki manfaat tambahan karena mengandung serbuk sari setempat. Sejak itu, ia menjadi jauh lebih tidak reaktif terhadap zat-zat tersebut.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads