Sejarah dunia kerap memberikan banyak fakta menakjubkan kehidupan masyarakat pada masa lalu. Salah satunya adalah tentang Nineveh atau Niniwe.
Mungkin detikers tidak terlalu familiar dengan nama ini. Nineveh dulu sempat menjadi kota kuno terbesar dan termaju di dunia.
Bagaimana kehidupan orang-orang Nineveh, terungkap oleh para arkeolog dari University of Pennsylvania. Mereka menemukan ukuran batu kuno di Irak yang memberikan petunjuk tentang kehidupan orang Assyiria di Kota Nineveh, seperti diterangkan dalam ZME Science.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nineveh adalah sentral dalam peradaban Mesopotamia abad ke-14 sampai ke-7 sebelum Masehi. Kini, lokasinya merupakan wilayah Irak dan sebagian Turki.
Temuan ukuran batu mengenai Nineveh berusia 2.700 tahun. Hal-hal yang digambarkan di sana adalah taktik militer bangsa Assyria, raja, pengadilan, utang, pegunungan, dan peristiwa perang.
Direktur Museum Penn dan Profesor Humaniora University of Pennsylvania, Christoper Woods mengaku takjub dengan penemuan ini.
"Temuan ini memperkaya data dan pemahaman terhadap sejarah Assyria Baru di Mesopotamia kuno," kata dia, dikutip dari The Daily Penn.
Selain itu, arkeolog juga menemukan tujuh lapisan marmer yang menyelimuti temuan ukiran tersebut. Benda-benda ini ditemukan di monumen bersejarah gerbang Mashki, yakni salah satu dari 5 jalur masuk ke Kota Nineveh.
Sejarah Nineveh
Pada 6.000 hingga 3.000 SM, Nineveh menjadi lokasi penting untuk menyembah Ishtar, yaitu dewi perang dan cinta Mesopotamia. Nineveh bahkan dijuluki sebagai Rumah Ishtar.
Para peneliti yakin, pada 1.813 bangsa Assyria mulai berkuasa di sana. Kemudian, raja Assyria baru menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan.
Semasa Raja Sennacherib, Kota Nineveh menjadi ibu kota Kerajaan Assyria. Sennacherib membangun tembok puluhan kilometer di sekeliling kota guna menghindari serangan musuh. Dia juga membangun kuil, monumen, gerbang utama, hingga istana.
Nineveh menjadi kota terbesar dan terspektakuler di dunia selama sekitar lima dasawarsa. Kota ini menjadi pusat agama, ekonomi, dan budaya Mesopotamia.
Ukiran batu yang ditemukan sendiri menjadi bukti kekuatan militer Assyria. Menurut buku Fighting Techniques of the Ancient World oleh Simon Anglim, para raja neo-Assyria mempunyai tentara paling ditakuti dan dihormati pada waktu itu.
Sayang sekali, sebagian besar situs bersejarah serta museum di Irak yang menyimpan bukti kejayaan Nineveh, banyak yang hancur dan dijarah.
Assyria mulai mengalami kemunduran ketika Ashurbanipal, putra Sennacherib meninggal pada 627 SM.
Ashurbanipal tidak berhasil melawan musuh, sehingga pada 612 SM bangsa Persia, Babilonia, dan Medes menyerang Nineveh secara bersamaan serta membakarnya sebelum menguasai wilayahnya.
(nah/nwy)