Terlalu mencemaskan pendapat orang lain ternyata dapat mengganggu aktivitas keseharian. Bahkan dalam beberapa hal, bisa membuat mental terganggu. Bagaimana cara mengatasinya?
Menurut Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, cemas akan pendapat orang atau Fear of Other People's Opinions (FOPO) menjadi fenomena yang cukup meningkat akhir-akhir ini di Indonesia.
Hal tersebut dipicu oleh pendapat orang lain yang semakin terbuka salah satunya pada media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ditambah dengan penggunaan media sosial menjadi salah satu pemicu orang-orang mengalami FOPO. Melalui media sosial ini pendapat orang semakin terbuka, imagenya terbuka, meskipun ada beberapa orang yang memang selalu khawatir dengan pendapat orang sejak dulu," tutur Novi pada laman UGM, dikutip Selasa (16/5/2023).
Baca juga: Kenapa Orang Takut Salah? |
Budaya Feodal yang Melekat di Indonesia
Menurut Novi, FOPO dibentuk oleh budaya dan pendidikan Indonesia. Adanya budaya feodalisme dan konfromitas yang masih melekat menjadi kontribusi kuat keberadaan FOPO di tengah masyarakat.
"Budaya feodal misalnya senior mengatur persepsi publik ini. Lalu, soal konfromitas, dari kecil anak-anak diajari punya pemikiran selalu sama, jika berbeda sedikit saja akan dibilang aneh karena sudah dibiasakan dengan keseragaman," terangnya.
Menurutnya, pendidikan di Indonesia masih menyeragamkan semua individu. Dengan begitu, setiap individu lebih mementingkan pendapat atau pikiran orang lain dibandingkan pendapat dirinya sendiri.
Faktor Media Sosial
Media sosial yang banyak menunjukkan dunia dan perspektif orang lain menurut Novi menjadi parameter dalam menilai kesuksesan bagi beberapa anak muda saat ini.
Banyak dari mereka yang mulai membandingkan dirinya dengan anak muda yang di usia 20 tahun sudah sukses.
"Akhirnya membandingkan dirinya, sudah usia 30 tahun tetapi belum ada bisnis sendiri dan akhirnya mulai insecure karena hidup tidak sesuai harapan kebanyakan orang," jelas Novi.
Pemicu perasaan tertinggal seperti itu menurut Novi dapat terjadi ketika seseorang belum memiliki kesadaran akan identitas mereka sendiri. Menurutnya, anak muda perlu diberi ruang lebih luas untuk mengenali identitas dirinya sendiri sehingga ia dapat tidak mudah cemas terhadap pendapat orang lain tentangnya.
"Rata-rata orang Indonesa sekarang mengalami FOPO, takut dinilai jelek, salah, dan gagal," tuturnya.
Tips Mengatasi dari FOPO
Agar terhindari dari perasaan FOPO, Novi menjelaskan bahwa pencegahan dapat dimulai dari rumah maupun sekolah. Ekosistem pendidikan yang baik adalah dapat membuat mereka tumbuh dengan percaya diri, utuh, dan mandiri.
"Kalau punya energi percaya diri yang bagus tidak akan mudah cemas/FOMO. Karenanya harus dibentuk ekosistem yang menumbuhkan kepercayaan diri dengan memberikan ruang-ruang bagi keunikan setiap manusia," terang Novi.
Akan tetapi, jika sudah terlanjur sering merasa FOPO, Novi menyarankan untuk mengatasinya melalui pendekatan kognitif yakni dengan mengajak orang yang merasakan hal demikian berdialog. Dengan berdialog, maka dapat membantu cara berpikir dan cara seseorang dalam bersikap.
"Jika sudah merasa parah sampai traumatik, maka segera hubungi profesional seperti psikolog maupun konselor," pungkasnya.
(faz/faz)