Ilmuwan Uji Dua Terapi Hilangkan Mimpi Buruk, Ini Hasilnya!

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Uji Dua Terapi Hilangkan Mimpi Buruk, Ini Hasilnya!

Martha Grattia - detikEdu
Senin, 15 Mei 2023 20:30 WIB
A woman in the bed in the dark expressing fear
Foto: iStock
Jakarta -

Sebuah studi menunjukkan perpaduan dua terapi ini bisa membantu mengurangi frekuensi mimpi buruk seseorang. Memakai terapi apa?

Banyak orang menderita mimpi buruk, yang tidak selalu merupakan kasus sederhana dari beberapa mimpi buruk. Mimpi buruk juga dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk, yang pada gilirannya terkait dengan sejumlah besar masalah kesehatan lainnya.

Tidur yang buruk juga dapat meningkatkan kecemasan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Studi terbaru menunjukkan bahwa mimpi buruk dan gangguan tidur telah meningkat selama pandemi global SARS-CoV-2 yang sedang berlangsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengingat bahwa kita tidak benar-benar mengerti mengapa, atau bahkan bagaimana, otak kita menciptakan mimpi saat kita tidur, mengobati mimpi buruk kronis adalah suatu tantangan.

Salah satu metode non-invasif yang selama ini digunakan untuk mengatasi mimpi buruk adalah terapi latihan pencitraan Imagery Rehearsal Therapy (IRT), di mana pasien menulis ulang mimpi buruk mereka yang paling mengerikan dan sering terjadi, dan memberikan akhir yang bahagia dalam menuliskannya. Kemudian, mereka "berlatih" menceritakan kisah yang ditulis ulang itu kepada diri mereka sendiri, mencoba menimpa mimpi buruk itu. Metode ini dapat mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan mimpi buruk, tetapi pengobatannya tidak efektif untuk semua pasien.

ADVERTISEMENT

Sedangkan pada tahun 2010 para ilmuwan menemukan bahwa memainkan suara yang telah dilatih untuk diasosiasikan dengan rangsangan tertentu saat orang tersebut sedang tidur, membantu meningkatkan ingatan akan rangsangan tersebut. Metode ini dinamai reaktivasi memori yang ditargetkan (Targeted Memory Reactivation/TMR).

Uji Dua Terapi Hilangkan Mimpi Buruk

Dilansir dari Science Alert, 5 Mei 2023 lalu, dari 2 jenis terapi itu, para ilmuwan akhirnya menguji untuk memadukan 2 terapi untuk menghilangkan mimpi buruk. Sebuah studi tahun lalu yang dilakukan pada 36 pasien yang didiagnosis dengan gangguan mimpi buruk menunjukkan bahwa kombinasi dua terapi sederhana mengurangi frekuensi mimpi buruk mereka.

Para ilmuwan mengundang para sukarelawan untuk menulis ulang mimpi buruk mereka yang paling sering terjadi dengan cara yang positif dan kemudian memainkan suara yang terkait dengan pengalaman positif saat mereka tidur.

Setelah peserta studi menyelesaikan mimpi dan buku harian tidur selama dua minggu, semua sukarelawan diberikan satu sesi IRT. Pada titik ini, setengah dari grup menjalani sesi TMR, menciptakan hubungan antara versi positif dari mimpi buruk mereka dan suara.

Separuh lainnya berfungsi sebagai kelompok kontrol, membayangkan versi mimpi buruk yang tidak terlalu mengerikan tanpa terpapar suara-suara positif.

Kedua kelompok menerima headband headphone tidur yang akan memainkan suara - chord piano C69 - saat mereka tidur, setiap 10 detik selama tidur dalam fase Rapid Eye Movement (REM) saat mimpi buruk kemungkinan besar akan terjadi.

Kelompok-kelompok tersebut dievaluasi setelah dua minggu entri buku harian tambahan, dan sekali lagi setelah tiga bulan tanpa terapi apa pun.

Perpaduan Dua Terapi Paling Efektif

Hasil uji dua terapi dalam studi ini bisa dijabarkan sebagai berikut. Pada awal penelitian, kelompok kontrol memiliki rata-rata 2,58 mimpi buruk per minggu, dan kelompok TMR memiliki rata-rata 2,94 mimpi buruk.

Pada akhir penelitian, kelompok kontrol turun menjadi 1,02 mimpi buruk per minggu, sedangkan kelompok TMR turun menjadi hanya 0,19. Yang lebih menjanjikan, kelompok TMR melaporkan peningkatan mimpi bahagia.

Pada tindak lanjut tiga bulan tanpa terapi, mimpi buruk telah meningkat sedikit pada kedua kelompok, masing-masing menjadi 1,48 dan 0,33 per minggu. Namun, itu masih merupakan pengurangan yang mengesankan dalam frekuensi mimpi buruk. Peneliti menyarankan bahwa penggunaan TMR untuk mendukung IRT menghasilkan pengobatan yang lebih efektif.

"Ada hubungan antara jenis emosi yang dialami dalam mimpi dan kesejahteraan emosional kita," jelas psikiater Lampros Perogamvros dari Rumah Sakit Universitas Jenewa dan Universitas Jenewa di Swiss, seperti dilansir Science Alert.

Berdasarkan pengamatan dan studi ini, imbuh Perogamvros, para ilmuwan memiliki gagasan dapat membantu orang dengan memanipulasi emosi dalam mimpi mereka.

"Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa kami dapat mengurangi jumlah mimpi yang sangat kuat dan sangat negatif secara emosional pada pasien yang menderita mimpi buruk. Kami mengamati berkurangnya mimpi buruk dengan cepat, bersama dengan mimpi yang menjadi lebih positif secara emosional. Bagi kami, peneliti dan dokter, temuan ini sangat menjanjikan baik untuk mempelajari proses emosional selama tidur maupun untuk pengembangan terapi baru," tutur Perogramvos.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads