Pakaian sudah menjadi kebutuhan primer yang dibutuhkan oleh siapa saja untuk melindungi tubuhnya baik dari cuaca panas maupun dingin. Namun, asal usul ditemukannya pakaian ternyata tidak hanya untuk kebutuhan biologis saja melainkan juga karena kebutuhan budaya.
Pertanyaan terkait asal usul pakaian kemudian muncul tetapi untuk mengetahuinya akan cukup sulit mengetahui pakaian jarang bertahan lama.
Melansir laman Smithsonian Magazine, diketahui bahwa penelitian akan penemuan pakaian telah dilakukan dengan menggabungkan apa yang diketahui tentang batas termal tubuh manusia dan artefak yang ditemukan pada zaman paleolitikum (zaman batu tua).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kapan Manusia Pertama Kali Pakai Baju? |
Penemuan Sisa-sisa Pakaian
Meskipun para arkeolog telah mempelajari paleolitikum tetapi mereka mengabaikan penggunaan pakaian pada era ini.
Pasalnya, pakaian yang berasal dari kain tidak dapat bertahan dari era zaman es atau sekitar 2,6 juta hingga 12.000 tahun yang lalu.
Kendati demikian, penelitian akan penggunaan pakaian pada zaman tersebut tetap dilakukan. Buktinya adalah pada fosil manusia yang menempati Eropa pada zaman es dengan waktu paparan aman hanya satu hingga dua jam saja.
Melalui hal tersebut dapat disimpulkan mereka menggunakan pakaian yang memadai untuk melindungi tubuhnya. Selain itu, ditemukan juga alat-alat untuk membuat pakaian, seperti jarum jahit sehingga secara tidak langsung membuktikan eksistensi dari pakaian.
Alat-alat yang ditemukan juga membuat para arkeolog dapat mendeteksi pakaian sederhana dan kompleks pada zaman tersebut. Pakaian sederhana ditunjukkan dengan penemuan alat-alat untuk mengikis kulit.
Pengikis kulit ditemukan pada situs arkeologi di lintang tengah dari satu juta tahun yang lalu tetapi menghilang dari lintang tengah selama periode glasial. Hal tersebut menunjukkan ada nilai isolasi terbatas dari pakaian sederhana.
Pembuatan pakaian kompleks akan menggunakan alat khusus, yaitu pisau. Mereka juga akan menusuk lubang di kulit untuk menjahit segmen yang dipotong bersama.
Alat tusuk yang digunakan ialah artefak runcing yang terbuat dari tulang hewan dengan bentuk memanjang seperti tulang rusuk.
Artefak yang Ditemukan untuk Membuat Pakaian
Peradaban yang dilengkapi dengan pengikis kulit ditemukan di China utara selama fase hangat 800.000 tahun yang lalu.
Hal ini diketahui melalui fosil Peking Man di Beijing serta di dekat London, 400.000 tahun yang lalu selama periode interglasial yang hangat.
Melalui dua penemuan tersebut diketahui mereka menggunakan pakaian sederhana seperti jubah untuk melewati musim dingin. Hal tersebut diketahui melalui kondisi iklim dan alat yang ditemukan.
Pada 300.000 tahun yang lalu, arkeolog menemukan alat pisau di Kaukasus serta menemukan pisau serta penusuk di Afrika Selatan selama fase yang sangat dingin sekitar 75.000 tahun yang lalu.
Temuan lainnya seperti jarum bermata ditemukan di Eropa dari era yang sangat dingin dari siklus glasial terakhir pada 22.000 tahun yang lalu.
Lalu ditemukan sepotong lempengan tulang dengan 28 bekas tusukan yang teratur dalam satu garis di Spanyol dan berusia sekitar 40.000 tahun.
Namun, para arkeolog awalnya mengira tusukan tersebut merupakan pola dekoratif atau jenis notasi awal yang digunakan untuk menandai fase bulan.
Berdasarkan makalah Science Advances, artefak tersebut digunakan sebagai papan untuk melubangi kulit saat orang zaman es membuat pakaian.
Hal tersebut dibuktikan melalui eksperimen yang dilakukan oleh para peneliti dengan menduplikasi tusukan menggunakan teknik kerajinan zaman es pada kulit kelinci yang bertumpu pada tulang rusuk sapi.
Hal tersebut menghasilkan tusukan pada tulang rusuk yang secara mikroskopis tidak bisa dibedakan dengan artefak yang ditemukan di Spanyol.
Asal Usul Pakaian Paleolitik
Manusia purba akan menghiasi tubuh mereka menggunakan cat dan tato. Namun, hal tersebut tidak dapat digunakan oleh mereka yang berasal dari kelompok di iklim yang lebih dingin karena harus menutupi kehangatan.
Ekspresi dan identitas mereka seperti jenis kelamin, klan atau profesi kemudian ditunjukkan dengan menggunakan aksesoris pada pakaiannya. Tentunya, hal tersebut menyebabkan para penjahit Paleolitik termotivasi oleh dekorasi.
Arkeolog Francesco d'Errico, penulis makalah Science Advances, menunjukkan dalam penelitian sebelumnya terkait makna sosial dan psikologis yang terdapat pada artefak dari zaman es terutama pada cangkang laut yang ditusuk serta manik-manik yang mungkin telah dijahit ke pakaian.
Contoh lainnya adalah artefak yang ditemukan di situs Sungir, berusia 34.000 tahun di dekat Moskow, Rusia.
Pada artefak tersebut terdapat lebih dari 13.000 manik-manik yang diukir dari gading mammoth menutupi kerangka seorang remaja, seorang anak dan seorang laki-laki dewasa.
Manik-manik tersebut ditemukan dalam susunan yang teratur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manik-manik dijahitkan ke pakaian yang pas.
Setelah dekoratif pakaian tertanam maka alih-alih suhu, faktor sosial dan psikologis lah yang menyebabkan manusia menggunakan pakaian.
(faz/faz)