Dihantam 100 Meteor per Hari, Begini Nasib Astronaut Jika Mendarat di Bulan

ADVERTISEMENT

Dihantam 100 Meteor per Hari, Begini Nasib Astronaut Jika Mendarat di Bulan

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 23 Apr 2023 07:00 WIB
Sudah setengah abad sejak Neil Armstrong mendarat di bulan pada 20 Juli 1969. Berikut kumpulan foto dan deretan fakta menarik terkait misi Apollo 11. Yuk, simak
Ilustrasi astronaut Foto: Reuters/astronot
Jakarta -

Ahli Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) Amerika Serikat mengungkapkan Bulan dihantam banyak benda luar angkasa setiap harinya.

Dikutip dari Live Science, kepala Kantor Lingkungan Meteoroid NASA, Bill Cooke, menjelaskan kondisi Bulan yang tidak seperti Bumi karena tidak memiliki atmosfer, membuatnya lebih rapuh.

Padahal atmosfer adalah tameng penting yang bisa membuat meteor hancur ketika menghantamnya. Untuk itu Bulan sebenarnya rentan terhadap batuan apapun yang terbang ke arahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fakta ini pun membuat banyak orang berpikir, apa yang akan terjadi jika ada astronaut mendarat di Bulan. Terlebih beberapa tahun ke depan NASA akan memulai misi Artemis 2, yakni misi penjelajahan empat astronaut ke Bulan setelah pendaratan Apollo 50 tahun yang lalu.

Ratusan Objek Menabrak Bulan

Terkait berapa banyak objek yang menabrak bulan setiap harinya, Bill Cooke menjelaskan jumlahnya tergantung pada ukuran objek.

ADVERTISEMENT

NASA mempelajari di sekitar Bumi dan Bulan ada banyak batuan luar angkasa atau fluks meteoroid dengan berbagai ukuran, debu, hingga asteroid kecil berukuran 1 meter.

Bila menghitung batuan kecil yang ukurannya 1 milimeter, jumlah benda yang menabrak Bulan itu tidak bisa dihitung dengan tepat. Tapi Bill menyatakan sekitar 1.100 ton bisa bertabrakan dengan bulan setiap harinya.

Sedangkan untuk meteor, setidaknya ada 100 meteoroid seukuran bola pingpong yang menghantam bulan.

"Itu berarti sekitar 33.000 meteoroid per tahun. Meskipun ukurannya kecil, masing-masing batu seukuran bola pingpong ini menghantam permukaan dengan kekuatan dinamit seberat 7 pon (3,2 kilogram)," ujar Bill.

Tak hanya yang kecil, meteoroid lebih besar seperti yang berdiameter 2,5 meter juga menghantam bulan. Tapi hal itu jarang terjadi.

Kini, Bulan berusia sekitar 4,5 miliar tahun. Dengan banyak tabrakan tak heran permukaannya dipenuhi berbagai macam kawah tidak mulus akibat tumbukan tersebut.

Dampak Tabrakan Meteor pada Astronaut

Bill Cooke menjelaskan fenomena ini tidak akan mengancam dan membahayakan keselamatan astronaut yang hendak mendarat di Bulan.

Meski begitu, batuan luar angkasa itu mungkin akan tetap menghantam peralatan atau pakaian antariksa para astronaut.

"Kemungkinan seorang astronaut tertabrak benda berukuran satu milimeter adalah seperti 1 banding 1 juta per jam per orang," katanya.

Terlebih para ilmuwan NASA sudah mempelajari dampak bulan dengan berbagai cara. Seperti dengan mengamati melalui teleskop ke arah Bulan.

Hasilnya ditemukan meteorid dapat menghantam Bulan dengan kecepatan 20-72 kilometer per detik. Dengan kecepatan itu akan ada kilatan cahaya yang dapat diamati dari Bumi.

NASA juga melakukan pengamatan menggunakan pesawat ruang angkasa yang mengorbit bersama Bulan. Contohnya adalah pesawat ruang angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).

LRO digunakan untuk mengamati kawah yang dihasilkan karena tabrakan meteor. Karena bergerak sangat cepat, meteor seberat 5 kilogram bisa menghasilkan jejak kawah dengan diameter 9 meter.

Meski begitu NASA tetap menyatakan benturan ini tak menghalangi kehadiran manusia di Bulan. Terlebih luas permukaan Bulan sekitar 38 juta kilometer persegi dengan kata lain sangat luas.

Jadi, masih ada peluang yang baik untuk menjelajahi Bulan di masa depan. Seperti misi Artemis 2 yang akan diperkirakan berjalan pada akhir tahun 2025.

Berbeda dengan yang sebelumnya, Artemis 2 akan lebih merepresentasikan manusia dan menjadi tanda astronaut wanita pertama yang akan menjejakkan kaki ke Bulan.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads