Ilmuwan Temukan Meteor Tertua yang Pernah Hantam Bumi, Usianya 3,48 Miliar Tahun

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Temukan Meteor Tertua yang Pernah Hantam Bumi, Usianya 3,48 Miliar Tahun

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 24 Mar 2023 20:00 WIB
meteorite from outer space, falling toward planet Earth, dramatic science fiction scene
Foto: iStockphoto/dottedhippo/ilustrasi meteor
Jakarta -

Para ilmuwan dari Australia menemukan adanya pecahan batu berusia 3,48 miliar tahun yang diduga sebagai meteor pertama yang menabrak bumi. Pecahan baru tersebut dikenal sebagai spherules yang mungkin terbentuk saat meteor menghantam bumi, lalu menyemburkan batuan cair ke udara.

Melansir Live Science, batuan meleleh tersebut kemudian mendingin dan mengeras menjadi manik-manik yang terkubur selama ribuan tahun.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa batuan tersebut merupakan bukti tertua dari dampak bolide potensial dalam catatan geologis bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, bukti meteor tertua adalah spherule yang usianya 3,47 miliar tahun yang ditemukan di Pilbara Craton, dan fragmen berusia 3,45 miliar tahun yang ditemukan di Kaapvaal Craton, Afrika Selatan.

"Penelitian baru ini mendokumentasikan ejekta di bebatuan yang sedikit lebih tua, yang berusia 3,48 miliar tahun (sekitar 10 juta tahun lebih tua dari yang ditemukan sebelumnya)," ujar Chris Yakymchuk seorang ahli geologi dalam situs Live Science, dikutip Jumat (24/3/2023).

ADVERTISEMENT

Teknik Penentuan Usia Spherules

Dalam menentukan usia spherules yang ditemukan pada tahun 2019, para ilmuwan menggunakan isotop, versi dari unsur kimia yang sama dan memiliki massa berbeda karena jumlah neutron dalam nukleusnya. Menurut Yakymchuk, teknik tersebut tergolong kuat dan andal.

"Kami memiliki gagasan bagus tentang usia mereka berdasarkan penanggalan isotop mineral zirkon," ungkap Yakymchuk.

Setelah diteliti, komposisi kimia dari spherules tersebut berbeda dan asing. Mereka mendeteksi adanya unsur kelompok platinum seperti iridium dalam jumlah yang sangat tinggi dibandingkan batuan terestrial serta mineral yang disebut spinel nikel-kromium dan isotop osmium dalam kisaran tipikal kebanyakan meteorit.

Mereka juga mencatat bahwa fragmen tersebut memiliki karakteristik bentuk halter dan tetesan air mata dari spherule tumbukan dan berisi gelembung, yang cenderung terbentuk ketika percikan batuan meleleh menjadi padat setelah serangan meteor.

Bukti Tabrakan Meteor dengan Bumi Sulit Ditemukan

Perlu diketahui, bahwa para ilmuwan hingga kini masih sulit menemukan bukti tubrukan meteor dan bumi sehingga sering menjadi perdebatan. Hal ini disebabkan lempeng tektonik dan erosi kerak planet yang dapat menghapus jejak tabrakan.

Salah satunya sebuah studi tahun 2016 tentang kawah meteor tertua di dunia memicu perdebatan sengit di kalangan ilmuwan. Akan tetapi, ketika kekuatan alam menghapus keberadaan kawah, spherules tetap ada dan menjadi bukti yang tersisa dari peristiwa tersebut.

Menurut Yakymchuk, terdapat dua kelompok batuan yang berhubungan dengan benturan ini.

"Kelompok pertama adalah di mana masih ada kawah tubrukan yang terawetkan usianya tua dan memiliki struktur Yarrabubba berusia 2,23 miliar tahun di Australia Barat," terang Yakymchuk.

"Kelompok kedua adalah di mana kami memiliki pecahan batu dan mineral yang tercipta melalui tumbukan, tetapi mereka telah dikeluarkan dari kawah tubrukan dan sekarang ditemukan di bebatuan," imbuhnya.

Tim tersebut saat ini tengah mempelajari batuan yang membungkus spherules dan menganalisis berbagai lapisan sedimen yang mereka bor untuk menyempurnakan pemahaman mereka tentang serangan meteor. Peristiwa lalu seperti ini tentunya menjadi petunjuk langka tentang sejarah planet Bumi.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads