Astronot Barry "Butch" Wilmore dan Suni Williams akhirnya kembali ke Bumi setelah menghabiskan hampir sembilan bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Misi yang semula hanya direncanakan berlangsung delapan hari mengalami perpanjangan akibat kendala teknis pada pesawat luar angkasa yang seharusnya mengantar mereka kembali. Sesampainya di Bumi, mereka harus kembali beradaptasi dengan pengaruh gravitasi.
Saat berada di luar angkasa, tubuh astronot mengalami berbagai perubahan signifikan, bahkan hingga tingkat DNA mereka. Karena tidak adanya gaya gravitasi yang menarik tubuh ke bawah, tubuh mereka cenderung memanjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan, sehingga perubahan distribusi cairan di luar angkasa dapat menyebabkan kondisi yang disebut "kaki ayam" dan "kepala bengkak". Namun, setelah kembali ke Bumi, perubahan ini akan berangsur-angsur kembali normal.
"Dokter NASA berbicara kepada keduanya sebelum mereka memulai perjalanan pulang, dan mereka mengatakan bahwa kesehatan mereka 'sangat baik'," ujar Dr. Joe Dervay, salah satu dokter penerbangan NASA, kepada CNN.
Para ilmuwan masih terus meneliti dampak jangka panjang dari paparan luar angkasa terhadap tubuh manusia. Namun, data selama puluhan tahun menunjukkan bahwa astronot mengalami berbagai perubahan fisik, bahkan setelah periode singkat di luar angkasa. Sebagian besar dari perubahan ini akan kembali normal secara bertahap setelah mereka kembali ke Bumi.
"Ada beberapa perbedaan pada masing-masing individu dalam seberapa cepat mereka pulih, tetapi cukup mengesankan melihat bagaimana mereka akan berubah dan benar-benar beradaptasi dengan cepat," ujar Dervay.
"Sering kali, jika Anda melihat mereka beberapa hari kemudian, Anda benar-benar tidak tahu apa yang baru saja mereka lakukan selama beberapa bulan terakhir."
Mikrogravitasi menjadi faktor utama di balik berbagai perubahan yang dialami astronot. Tanpa tarikan gravitasi bumi, mereka dapat mengalami penurunan kepadatan tulang serta pelemahan otot.
Selain itu, mereka mungkin kehilangan kontrol motorik, koordinasi, dan keseimbangan, yang dapat menyebabkan gejala serupa mabuk perjalanan, seperti yang dijelaskan dalam penelitian. Tidak hanya itu, gravitasi juga berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, penglihatan, serta DNA mereka.
![]() |
Sebagian besar dampak besar yang dialami astronot umumnya bersifat sementara, dengan hanya sedikit masalah kesehatan yang bertahan dalam jangka panjang. Setelah kembali ke Bumi, mereka akan menjalani serangkaian latihan rehabilitasi untuk memulihkan kondisi tulang dan otot mereka seperti semula.
Meskipun Wilmore dan Williams awalnya tidak direncanakan tinggal di ISS selama itu-hanya sekitar delapan hari-pihak NASA tidak menganggap bahwa durasi yang lebih lama akan menyebabkan masalah kesehatan yang tidak biasa bagi mereka.
"Kami tidak melihat perlunya tindakan pencegahan khusus," kata Dina Contella, wakil manajer Program Stasiun Luar Angkasa Internasional NASA, pada Jumat.
"Seperti astronot lainnya yang kembali, akan ada periode aklimatisasi, dan hal itu akan berbeda-beda bagi setiap anggota kru."
Artikel ini telah tayang di detikHealth
(suc/yum)