Budaya buka puasa hingga salam tempel yang lekat dengan Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia, juga dapat ditemukan di budaya Turki. Terlebih, kebiasaan ini rupanya sudah ada sejak zaman Kekaisaran Ottoman.
Pada periode Ottoman justru, siapa saja akan disambut untuk bergabung dalam buka puasa bersama. Tuan rumah pun membagikan kantong kecil berisi koin perak atau emas kepada tamu mereka yang kurang beruntung. Kebiasaan ini disebut sebagai "diΕ kirasΔ±," yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah teeth rent.
Tradisi kedermawanan era Ottoman lainnya adalah orang kaya mengunjungi pasar lokal untuk melunasi hutang orang asing dan biasanya dicatat. Orang asing yang utangnya telah dilunasi tidak akan pernah tahu siapa yang membantunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, Kesultanan Ottoman mempunyai tradisi menembakkan peluru meriam pada tahun 1821 dan dari Benteng Anatolia atau Anadolu HisarΔ±. Dikutip dari Daily Sabah, hal ini untuk menandai dimulainya buka puasa untuk berbuka puasa.
Pada waktu jelang berbuka akan ada penabuh genderang yang berkeliaran di jalanan untuk membangunkan orang dari tidur mereka. Ini juga merupakan tradisi yang dicetuskan Kekaisaran Ottoman. Tetangga kemudian akan mengetuk pintu untuk mendistribusikan roti goreng lezat yang disebut "piΕi" dan serbat Ottoman.
Pada masa Ottoman, selama bulan Ramadhan dan hari raya setelahnya, suasananya berlangsung seperti karnaval dan parade baklava oleh janisari, yaitu unit elit utama tentara Utsmaniyah.
Halaman masjid terbesar Istanbul seperti Sultan Ahmet, Hagia Sophia dan EyΓΌp Sultan akan menjadi tuan rumah pameran dan bazar di mana kios-kios akan menjual apa saja dan segala sesuatu. Dulu ada pertunjukan lampion minyak berwarna-warni yang diadakan setelah sholat magrib.
Anak-anak akan pergi dari pintu ke pintu dengan lampu minyak untuk meminta uang saku yang kemudian berubah menjadi diberi permen ketika mereka datang.
Selama masa Ottoman, sultan sendiri akan memulai perayaan Ramadhan dengan mencium tangan ibunya dan membagikan uang saku kepada anak-anak dalam kantong kecil berdekorasi. Mencium tangan orang yang lebih tua dan kemudian menyentuhkan tangan mereka ke dahi adalah salah satu tradisi terpenting.
(nah/pal)