Kekaisaran Ottoman pernah menjadi salah satu negara terkuat di dunia pada abad ke-15 dan 16. Mulanya kerajaan ini dibangun oleh suku-suku Turki di Anatolia atau Asia Kecil.
Kekaisaran Ottoman berlangsung selama lebih dari 600 tahun dan berakhir pada 1922 ketika pada akhirnya digantikan oleh Republik Turki dan berbagai negara penerusnya di Eropa bagian tenggara dan Timur Tengah.
Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, istilah Ottoman diambil dari nama Osman I yang dalam bahasa Arab adalah 'uthmān. Dia seorang kepala suku nomaden Turkmenistan yang mendirikan dinasti dan kekaisaran tersebut sekitar tahun 1300.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak sisi menarik dari Kekaisaran Ottoman yang bisa digali, salah satunya adalah budaya para sultan di meja makan. Dapur Kekaisaran Ottoman dikenal sebagai salah satu dapur terkaya di dunia. Sampai hari era modern pun masih dikenang dengan kelimpahan, kekayaan, dan meja perjamuannya.
Tradisi Konsumsi Sultan Ottoman
Sebuah institusi bernama Hekimbaşılık yang beranggotakan sejumlah dokter senior didirikan untuk melakukan diagnosis, pengobatan dan pencegahan penyakit pada masa Sultan Fatih. Pada awalnya, para dokter senior ini hanya bertugas merawat sultan dan keluarganya, tetapi kemudian menduduki kursi utama di pemerintahan untuk penugasan kesehatan.
Organisasi dokter senior Hekimbaşılık ini kemudian sudah dinilai tidak relevan setelah pendirian sekolah kedokteran (Tıbbiye).
Sejak masa Fatih, masalah kesehatan dan kemungkinan penyebab kematian para sultan dicatat dengan bantuan diagnosis dokter senior tersebut. Pada saat yang sama, dokter senior membuat rencana makan dan perawatan bagi sultan.
Makanan para sultan Kekaisaran Ottoman dimasak oleh tukang masak yang dipekerjakan hanya untuk sultan. Pada tahun-tahun mendatang, makanan yang dimasak untuk sultan mulai dimasak di dapur harem suite demi keamanan.
Dikatakan dalam artikel jurnal bertajuk "Eating habits of Ottoman Sultans and Its Relation with The Metabolic Syndrome" oleh Son N dan Son O. Pada sesi makan yang pertama, sultan akan mendapat hidangan daging kambing atau domba.
Pada sesi kedua dilanjutkan dengan ayam atau kalkun yang diisi dengan pilaf (hidangan terbuat dari nasi) diaduk dengan pinon (biji pinus kecil), anggur, kastanye, hati, dan campuran rempah-rempah.
Setelah itu ada beberapa sayur musiman dengan banyak daging yang disajikan dengan sejenis pilaf pedas dalam nampan berisi daging puyuh dan otak. Makanan sultan umumnya berakhir dengan baklava, sejenis makanan penutup tradisional, yang terbuat dari kacang, pistachio, dan krim di atasnya.
Pada sebuah makan malam Ottoman, serbat dan kompot (sejenis minuman tradisional nonalkohol) digunakan sebagai pengganti air. Pada sejumlah periode sultan, beberapa macam makanan sangat populer.
Umumnya memang dijelaskan bahwa Kekaisaran Ottoman mengonsumsi makanan dengan lemak jenuh tinggi, kaya kalori, memicu kenaikan berat badan.
Dokumen dari Kekaisaran Ottoman menunjukkan 81% dari anggota keluarga dinasti digambarkan memiliki perut gemuk. Mereka juga tercatat memiliki berat badan berlebih berdasarkan catatan istana.
Lihat juga Video 'Banjir Merendam Masjid Bersejarah di Albania':