Kartini dikenal sebagai tokoh pejuang emansipasi perempuan. Meski seorang bangsawan, tak membuatnya acuh pada kondisi bangsanya.
Ia menuangkan pikiran-pikirannya dalam surat yang dikirimkan ke Negeri Kincir Angin hingga sahabatnya di Indonesia.
Dikirimkan ke 6 orang, siapa saja sahabat pena itu? Melansir dari buku Habis Gelap Terbitlah Terang oleh Kartini, Kartini Sebuah Biografi karya Sitisoemandari Soeroto, dan Pikiran Kartini karya Krisnina Maharani A. Tandjung, ini daftarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
6 Sahabat Pena Kartini
1. Estella "Stella" Zeehandelaar
Stella berkenalan dengan Kartini di majalah De Hollandsche Lelie, 8 April 1899. Ia adalah feminis keturunan Yahudi, politisi di Partai Sosialis Belanda, dan penulis isu-isu feminisme di jurnal-jurnal perempuan.
2. Pieter Sijthoff, Presiden Jepara (1894-1899)
Pieter adalah Presiden Jepara pada periode 1894-1899. Dialah yang selalu menampilkan Kartini dan membujuk orang tuanya agar Kartini lepas dari pingitan.
3. Hendri Hubertus Van Kol
Henri ialah insinyur yang sudah 16 tahun bekerja di Jawa. Pada 1902, dia melakukan studi di Hindia Belanda tentang kondisi ekonomi dan hal-hal buruk dan baik pada pemerintah.
4. Rosa Manuela Abendanon-Mandri
Dia bertemu Kartini di Jepara pada 1900, saat mendampingi suaminya yang menjadi Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia Belanda. Kartini menganggapnya sebagai ibu dan biasa mengungkapkan berbagai kegelisahan dan pemikirannya melalui surat.
Suaminyalah, yakni Jacques Henrij Abendanon yang membukukan surat-surat Kartini. Menjadi buku berjudul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang.
5. Marie Ovink-Soer, Istri Asisten Residen Jepara
Melalui Marie, Kartini dan kedua adiknya belajar tentang budaya barat. Mereka merasa lebih bebas berbicara tentang gagasan dan impiannya dibandingkan dengan keluarganya sendiri.
6. Hilda Gerarda De Booy-Boissev
Hilda ialah istri opsir laut Hendrik de Booy (ajudan Gubernur Jenderal Rooseboom, 1900) yang bertemu dengan Kartini dan kedua adik perempuannya saat Sosrodiningrat diundang Gubernur Jenderal ke Bogor. Selepas pertemuan, Kartini dan Hilda mulai bersurat-suratan.
(nir/nwy)