Ada banyak hewan yang memiliki pertahanan kuat untuk menghadapi air hujan. Sejumlah serangga seperti kupu-kupu misalnya, memiliki sayap yang kuat untuk melindungi mereka di langit terbuka.
Namun, apakah detikers tahu, ke mana perginya para burung saat turun hujan? Jika diperhatikan, saat hujan lebat, burung yang terlihat ada lebih sedikit.
Rupanya, cara burung menyesuaikan diri saat hujan, tergantung pada spesiesnya. Burung-burung juga mempunyai bulu tahan air yang melindungi dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Burung mampu menggunakan paruhnya untuk mengambil minyak dari kelenjar bulu yang letaknya di dekat ekor. Minyak tersebut kemudian dioleskan ke seluruh bulu.
Lapisan minyak pada bulu burung pun kemudian bisa menahan dari tetesan air, sehingga mereka tetap kering. Apabila hujannya tidak terlalu deras, maka kita masih bisa melihat burung beterbangan. Kendati begitu, lain halnya jika hujan benar-benar deras.
Beberapa burung lebih memilih untuk menjaga bulu mereka tetap kering dan pergi berlindung. Saat hujan deras, burung akan meratakan bulu mereka supaya lebih tahan air. Mereka juga bisa mengarahkan paruh ke arah datangnya hujan, sehingga air tidak sampai menyusup ke dalam bulu.
Namun, beberapa adaptasi di atas memberikan perlindungan yang tak seberapa. Bulu burung yang basah akan menyebabkan kedinginan ketika air masuk ke dalam pundi-pundi udara.
Burung, utamanya yang berukuran kecil, berisiko mengalami hipotermia. Oleh karenanya saat hujan deras burung kecil kerap ditemukan bersembunyi di bawah semak-semak atau di pepohonan lebat. Burung-burung kecil itu juga bisa memilih berkumpul bersama untuk memperoleh kehangatan dan perlindungan dari hujan.
Dapatkah Burung Terbang di Tengah Hujan?
Kebutuhan untuk makan bisa memaksa burung untuk menghadapi cuaca dan pergi mencari makan. Berkat bulu mereka yang berminyak, sebagian besar burung bisa terbang di tengah hujan setidaknya untuk jarak pendek.
Beberapa burung berukuran besar seperti angsa, bebek, camar kerap terbang saat hujan. Burung-burung semacam ini memang kuat menghadapi hujan lebat.
Sayap yang basah pada dasarnya membuat burung kesulitan untuk terbang. Turunnya tekanan udara yang terjadi saat hujan juga membuat burung mengeluarkan lebih banyak energi untuk terbang.
Terbang pada saat angin kencang sebetulnya bisa menjadi sangat berbahaya bagi burung. Makanan yang tersedia juga cenderung lebih sedikit saat ada badai. Maka, meskipun terbang saat hujan masih memungkinkan bagi burung, hal itu bukan selalu pilihan yang lebih baik.
Bahkan burung laut yang merupakan salah satu penerbang terkuat dan tidak asing dengan air, bisa merasa bosan dengan hujan yang tidak kunjung berhenti. Beberapa dari mereka mengambil jalan memutar guna menghindari topan, sedangkan yang lain menuju ke daratan.
Meski begitu, ada juga yang terbang menuju pusat badai. Mereka tidak bermaksud menyambut maut, tetapi taktik ini dianggap mencegah mereka terlempar ke darat, di mana mungkin akan menghadapi puing-puing beterbangan.
Maka, dari berbagai cara ini, bisa disimpulkan bahwa burung mempunyai strategi yang berbeda-beda untuk menghadapi hujan.
(nah/nwy)