Perkembangan teknologi dan zaman tentu saja memberi dampak pada berbagai sektor termasuk pendidikan. Lalu bagaimana bentuk sekolah di tahun 2050?
Dikutip dari laman BBC Science Focus, Kamis (16/2/2023) pada tahun 2050 teknologi ramah lingkungan akan tertanam di berbagai sektor termasuk pendidikan dan ruang kelas.
Nantinya tak akan ada plastik sekali pakai di seluruh lapisan pendidikan. Bahkan bagi sekolah yang telah melangkah lebih jauh akan membuat 'lahan pertanian' yang ditanam siswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuannya selain untuk alat bantu pengajaran juga sebagai sumber daya yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Tak hanya di sisi lingkungan, perkembangan teknologi akan mengambil peran penting di dalam kelas. Kemudahan mengakses informasi akan lebih mudah daripada menjentikkan jari. Waw!
Untuk itu berikut beberapa hal yang mungkin terjadi dan bentuk sekolah di tahun 2050.
1. Lingkungan kelas
Saat memasuki ruang kelas di sekolah tahun 2050, pemindaian biometrik mungkin akan digunakan ketika masuk sekolah. Guru akan menyusun data kehadiran secara otomatis sehingga faktor keterlambatan tak mudah ditolerir.
Ruang kelas akan menggunakan kaca pintar yang dapat menyesuaikan rona secara otomatis. Sehingga tak ada alasan sinar matahari yang terlalu terang karena kecerahan akan dikompensasi secara eksternal untuk melindungi mata.
Kualitas udara juga ditingkatkan, AC akan menjadi alat yang bisa bekerja lebih efisien dan berkelanjutan untuk menghilangkan racun dan debu dari udara.
Bila saat ini detikers melihat printer 3D adalah hal yang menakjubkan, di tahun 2050 hal tersebut menjadi perangkat standar yang ada di rumah maupun sekolah. Printer 3D menjadi alat penting yang memungkinkan guru lebih fleksibel dalam menjelaskan konsep-konsep yang sulit.
Siswa juga dapat memanipulasi objek secara fisik untuk pemrosesan informasi, persepsi visual dan pembelajaran kognitif yang lebih baik.
2. Berkembangnya augmented reality (AR) dan artificial intelligence (AI)
Sistem pembelajaran adaptif yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI) akan terintegrasi ke dalam lingkungan sekolah 2050. Dengan demikian pengalaman belajar yang dipersonalisasi akan membuat penilaian yang disesuaikan secara waktu nyata berdasarkan kinerja siswa.
AI juga dapat digunakan untuk menganalisis pekerjaan siswa, memprediksi kinerja di masa depan, hingga membantu guru memahami siswa lebih baik terutama pada mereka yang tertinggal.
Siswa akan mendapat penilaian umpan baik secara langsung termasuk solusi tentang bagian mana yang harus diperbaiki atau mendapat bimbingan belajar secara personal.
Ini seperti konsep Intelligent Tutoring Systems (ITS) yang dipermudah melalui AI.
Di kelas, papan tulis interaktif akan dilengkapi dengan augmented reality (AR), di mana objek virtual bisa dilihat secara nyata. Dengan demikian di mata pelajaran sains, siswa dapat membedah otak manusia secara digital.
Tak hanya itu, kejujuran dan hasil original akan semakin dijunjung. Karena akan adanya perangkat lunak pendeteksi plagiarisme baru.
3. Internet, Aksesibilitas, dan Pembelajaran Jarak Jauh yang Lebih Efektif
Pada tahun 2050 internet tidak akan hilang namun berubah. Konektivitas yang lebih baru dan besar akan terus berlanjut. 5G apalagi 4G akan seperti masa lalu.
Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) akan semakin meluas dan lebih banyak perangkat yang harus terhubung dengan internet. Akibatnya akan ada langkah otomatisasi dan kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan sekolah.
Tugas dan pekerjaan rumah sebagian besar akan dilakukan secara daring atau online. Dengan demikian, siswa akan dapat melihat tugas, presentasi dan melacak penilaian keseluruhan secara online.
Pemberitahuan secara instan akan mengingatkan siswa tentang tenggat waktu tugas, umpan balik dan nilai. Selain itu, orang tua dan guru dapat melacak dan menangani masalah secara langsung ketika hal itu muncul.
4. Belajar di Metaverse
Pada tahun 2050, metamesta atau metaverse yang merupakan ruang virtual imersif menggunakan avatar digital akan terbentuk dengan baik.
Teknologi virtual dan augmented reality serta AI akan cukup maju untuk menciptakan lingkungan belajar yang cukup imersif dan interaktif. Kata-kata dan gerakan fisik guru akan diterjemahkan dengan mulus ke dunia metamesta.
Sayangnya ada kelemahan dalam hal ini. Informasi pribadi yang dibagikan secara online akan mudah diakses dan siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu di metamesta.
Untuk itu akan ada penekanan yang lebih besar pada perlindungan dan privasi pengguna nantinya.
5. Literatur
Buku fisik di tahun 2050 akan tetap ada dan menjadi hal yang umum. Namun e-book dan berbagai akses ke bahan bacaan secara digital akan lebih mudah.
Siswa di masa depan tak akan membawa banyak buku berat di pundaknya. Mereka akan mendapat rekomendasi bahan bacaan yang tepat baik melalui e-reader, perangkat tablet, atau dimanipulasi melalui VR.
Selanjutnya, literasi digital akan meningkat. Anak-anak di masa depan akan lebih paham teknologi bahkan dari mereka kecil.
Karena mengedepankan pelestarian lingkungan, produk kertas akan berkurang atau hilang sama sekali. Seniman yang menggunakan kertas mungkin akan menghilang dan beralih ke ranah digital.
Meski begitu, untuk mengatasinya kertas akan diciptakan dalam bentuk lain dengan bahan yang ramah lingkungan, bisa didaur ulang atau dibuat dari tanaman yang cepat tumbuh seperti bambu.
Jadi, siapa yang tidak sabar menyaksikan berbagai kemajuan teknologi dan sekolah di tahun 2050? Menarik bukan detikers!
(pal/pal)