Pakar pendidikan asal Australia Grace Oakley merunut sejumlah tren edtech (education technology) alias teknologi pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi. Salah satunya yakni artificial intelligence (AI), yang kini marak berkembang membantu guru mengajar hingga memingkinkan mahasiswa mengakali tugas esai di kampus.
Grace menuturkan, dengan perkembangan AI saat ini, tetap besar potensinya untuk mendukung pembelajaran di kelas maupun di rumah. Sebab, AI memungkinkan materi belajar dan penyampaiannya disesuaikan agar cocok untuk masing-masing siswa.
"AI dan machine learning salah satunya digunakan dalam adaptive learning system yang bisa diatur dan disesuaikan untuk kebutuhan tiap-tiap siswa. Tidak hanya itu, pembelajaran dengan AI juga memungkinkan tanggapan (feedback) yang juga terpersonalisasi untuk siswa," jelas Grace dalam Acer Edu Summit 2023 di Hotel Shangri-La, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).
Associate Professor di Graduate School of Education, University of Western Australia ini menjelaskan, manfaat personalized learning buat siswa yaitu merangkai pengalaman belajar yang cocok dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing siswa.
"Personalized learning ini bisa membantu tiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai kecepatannya masing-masing, dengan cara yang paling cocok untuknya," jelas Grace.
Ia menjelaskan, ekosistem pendidikan yang inovatif antara lain memungkinkan adanya diversifikasi sumber belajar, jalur belajar, pembaharuan ilmu dan subjeknya, cara belajar yang formal dan nonformal, inklusif untuk siswa nontradisional (di luar pendidikan formal).
Lebih lanjut, ekosistem pendidikan yang baik juga perlu dinaungi kepemimpinan dan manajemen yang inovatif dan menyeluruh, serta berorientasi pada pemecahan masalah, dan berisi mata pelajaran yang memotivasi pelajar sendiri.
Grace merangkum sejumlah tren edtech yang diproyeksi dapat berdampak baik buat kesetaraan pendidikan bagi siswa di samping personalized learning. Berikut di antaranya:
Tren Edtech di Sekolah dan Kampus
1. Mobile Learning
Perangkat mobile seperti smartphone dan tablet relatif dapat diakses. Perangkat ini dinilai efektif menyediakan sumber belajar maupun kesempatan belajar bagi siswa, terutama yang berada di daerah pelosok dan sumber belajar terbatas.
Sumber belajar di mobile learning mencakup aplikasi pendidikan hingga situs-situs edukatif.
2. Artificial Intelligence & Machine Learning
Teknologi AI dan machine learning dapat membantu siswa mendapatkan respons atau tanggapan (feedback) yang mendukung pembelajarannya hingga berhasil. Dengan implementasi AI dan machine learning, semua siswa juga berkesempatan belajar dan sukses.
Grace menuturkan, memang ada salah satu bot AI yang sempat dilarang di sekolah-sekolah negeri di Perth, Australia karena jadi dipakai siswa untuk mengakali PR.
"Saya pribadi lebih memilih mengomunikasikannya dengan siswa soal penggunaan AI ketimbang melarang penggunaan AI di sekolah negeri," tuturnya.
3. Open Educational Resources (OER)
OER atau sumber pendidikan terbuka yang gratis berisi sumber belajar dengan lisensi terbuka yang bisa digunakan dan dibagikan ke siapa saja. Adanya OER yang lebih luas akses dan kontennya bisa membantu siswa dengan ekonomi terbatas untuk tetap bisa memperoleh sumber belajar.
4. Blended Learning
Blended learning memungkinkan siswa belajar lebih dulu di rumah dengan materi-materi menarik dan interaktif sebelum diajarkan di kelas. Sebaliknya, siswa yang sudah belajar sebuah materi duluan di kelas bisa menambah pengetahuan dan mendalami materi lewat sumber belajar online di rumah.
5. Gamifikasi
Gamifikasi atau penerapan elemen permainan di pembelajaran juga menjadi tren yang terus berkembang. Gamifikasi ini mencakup reward poin, reward lencana, dan papan klasemen yang membuat pembelajaran lebih menarik interaksi siswa.
6. Virtual & Augmented Reality
Mendukung pengalaman belajar yang lebih berkesan dan lebih lekat di ingatan, virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) juga diimplementasikan dalam berbagai bentuk pembelajaran. Contohnya seperti virtual field trip dan simulasi eksperimen.
Grace menuturkan, konsep 21st Century Learner berisi implementasi digital, termasuk teknologi pendidikan di atas, dengan tujuan besar untuk mendukung kecakapan literasi dan numerasi siswa.
Konsep 21st Century Learner sendiri membangun siswa engaged thinker, dengan jiwa entrepreneurial, dan beretika.
Harapannya, edtech/teknologi pendidikan dapat mendukung aspek pembelajar abad ke-21 yang terdiri dari kolaborasi dan kepemimpinan, literasi digital, menjadi pembelajar sepanjang hidup, self-direction dan personal management, komunikasi, bertanggung jawab sosial dan budaya, punya awareness global dan lingkungan, punya kreativitas dan inovasi, dan berpikir kritis serta kecakapan menyelesaikan masalah.
Simak Video "Apple Jadi Raja Smartphone Dunia Tahun 2022"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/nwk)