Orang Mesir kuno dikenal suka kucing. Hewan ini mengilhami rupa perhiasan hingga monumen di peradaban ini. Orang Mesir kuno juga melakukan praktik mumifikasi kucing. Mereka juga menciptakan pekuburan hewan pertama di dunia untuk kucing dan peliharaan lain. Kenapa, ya?
Rupanya, orang Mesir kuno menyukai kucing karena menganggap hewan ini punya perilaku dan sifat mirip penguasa dan dewa Mesir. Bagi orang di masa itu, kucing memiliki dualitas temperamen, yakni bisa jinak, setia, mandiri, menjaga, dan mengasihi, tetapi juga bisa garang dan agresif, seperti dikutip dari laman Smithsonian Institute National Museum of Asian Art.
"Diduga, saat kucing mati, penghuni rumah mencukur alisnya sebagai tanda berkabung," kata Massumeh Farhad, Kepala Kurator dan Kurator Keluarga Ebrahimi untuk seni Persia, Arab, dan Turki di museum tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massumeh menambahkan, orang Mesir juga sering menamai atau menjuluki anak-anaknya dengan nama binatang. Contoh, Miit (kucing) adalah nama populer untuk anak perempuan.
Temuan Objek Kucing hingga Singa Mesir Kuno
Saking banyaknya temuan terkait kucing di penelitian tentang Mesir kuno, pameran terkait pentingnya kucing di peradaban Mesir kuno digelar Museum Brooklyn di Galeri Sackler Smithsonian pada 2018 lalu.
Ada 80 objek terkait kucing dari zaman Kerajaan Tengah (3.000-4000 tahun yang lalu) yang ditampilkan, mulai dari patung, peti mati, jimat, tekstil, hingga mumi kucing.
Tidak hanya kucing, kerabat kucing seperti singa juga menjadi sosok hewan yang ditinggikan di peradaban Mesir kuno. Contohnya yakni patung dewi Sakhmet, sosok perempuan berkepala singa betina dengan cakram matahari dan kobra di kepala yang jadi salah satu objek utama pameran.
Sakhmet merupakan dewi pelindung yang kuat. Firaun Amenhotep III (1390-1352 SM) dari dinasti ke-18 memerintahkan pembuatan 2-3 patung Sakhmet setiap hari dalam seminggu.
Kucing juga tidak jadi lambang dewa bagi orang Mesir kuno. Mereka membiakkan kucing dan mempersembahkannya pada dewa. Dalam persembahan tersebut, kucing dimumikan lalu dikubur dalam peti mati yang sama rumitnya dengan peti mati manusia zaman itu.
Mumi kucing persembahan itu dibungkus rapat dengan kain linen, lalu penutup bagian wajahnya dicat atau digambar dengan tinta hitam. Persembahan ini diletakkan di kuil sebagai tanda terima kasih pada dewa.
Di luar pameran, ada juga monumen kerabat kucing yang populer, yaitu Sphinx. Patung makhluk mitologis di Giza, Kairo ini berkepala manusia, badan singa, dan sayap elang. Ia menyimbolkan Ra-Horakhty, dewa matahari dan simbol kebangkitan kekuasaan kerajaan dan pelindung pintu-pintu kuil.
Anjing dan Serigala Juga Penting
Orang Mesir kuno rupanya juga mengaitkan anjing dan serigala dengan dewa. Bagi mereka, hewan yang berkerabat ini bernilai karena sifatnya yang setia dan patuh, serta kepandaiannya dalam berburu dan memulung.
Anjing dan serigala juga dianggap sebagai penjaga orang mati yang dapat memimpin roh melewati akhirat yang berbahaya karena kebiasaan hewan ini menghuni tepi padang pasir, tempat kuburan orang Mesir kuno umumnya berada.
Rupa anjing dan serigala salah satunya diabadikan orang Mesir kuno ke di gagang sendok kayu, yang diperkirakan berfungsi dalam pemolesan salep atau kosmetik.
(twu/nwy)