Sebuah studi yang dipublikasikan di European Sociological Review menunjukkan bahwa orang sangat kaya berpotensi kurang cerdas dibandingkan dengan orang dengan pendapatan lebih rendah.
Studi ini mengaitkan beberapa korelasi antara kesuksesan dan kecerdasan dengan menguji hampir 60.000 pria.
Hasilnya, ternyata ada hubungan yang kuat antara kecerdasan dan pendapatan yang mencapai di atas Rp 966 juta per tahun, sebagaimana dikutip dari IFL Science.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi tersebut menemukan bahwa mereka yang berada di 1 persen teratas secara pendapatan justru berpotensi kurang pintar daripada mereka yang punya pendapatan lebih sedikit.
Namun, peneliti menegaskan bahwa kesuksesan tersebut bisa disebabkan oleh sesuatu yang bukan terkait kecerdasan.
Penelitian sebelumnya juga pernah ada yang mengaitkan kecerdasan dengan kesuksesan ekonomi tetapi belum mempertimbangkan kemampuan relatif dari orang-orang berpenghasilan tinggi.
Para peneliti kemudian berusaha mengeksplorasi ini dengan melihat data yang diambil dari wajib militer Swedia, yang memiliki nilai kognitif dan informasi tenaga kerja yang tersedia.
Peneliti menganalisis hampir 59.400 pria berusia sekitar 40 tahun dengan melihat data pasar tenaga kerja selama 11 tahun, serta serangkaian skor tes kognitif, fisik, dan psikologis yang diambil ketika mereka masih muda.
Tes-tes ini akan membandingkan dengan upah dan "prestise" pekerjaan mereka antara usia 35-45.
Hasilnya menunjukkan, ada peningkatan upah dan prestise karena kemampuan kognitif yang juga meningkat. Tetapi kemudian menjadi landai kognitifnya saat upah mencapai ujung atas atau tinggi.
Dengan pendapatan Rp 906 juta setahun, tidak ada lagi perbedaan kemampuan antara mereka yang berpenghasilan di atas dan yang ada di bawahnya.
Peneliti juga menemukan 1 persen teratas dari studi mendapat skor sedikit lebih buruk pada tes kemampuan kognitif daripada mereka yang berada di tingkat pendapatan di bawah mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kecerdasan yang lebih besar dapat membantu mendorong seseorang ke golongan yang lebih tinggi. Namun, saat sampai pada puncaknya, hal ini kemungkinan tidak banyak berperan.
Dengan data ini, peneliti kemudian mengatakan bahwa mereka yang berpenghasilan sangat tinggi mungkin sebenarnya kurang pintar.
Meski begitu, studi ini memiliki beberapa keterbatasan, terutama karena kurangnya keragaman dalam sampel.
Peneliti berharap akan ada studi lebih lanjut dengan sampel yang lebih beragam. Harapannya, agar seseorang tidak hanya melihat kekayaan sebagai panutan, tapi juga intelektualitas.
(faz/nah)