Baru-baru ini, sebuah studi menyingkap fakta menarik terkait perkembangan otak cumi-cumi yang ternyata mirip dengan manusia. Walau begitu, keduanya jelas tidak berarti berasal dari satu nenek moyang yang sama.
Studi yang diterbitkan di jurnal Current Biology pada Desember 2022 lalu itu menyimpulkan bahwa otak sefalopoda (cephalopod), sebutan bagi hewan laut yang mencakup kelompok gurita, cumi-cumi, dan sotong ternyata tumbuh sama seperti manusia.
Meskipun evolusi cumi-cumi dan manusia berjarak 500 juta tahun, cetak biru dasar mengenai bagaimana otak kompleks dan sistem saraf berkembang pada tingkatan spesies mungkin sama.
Studi Diungkap Melalui Kamera Resolusi Tinggi
Dikutip dari Live Science pada Kamis (19/1/2023), peneliti mengungkap fakta tersebut melalui kamera beresolusi tinggi yang berfokus pada retina embrio cumi-cumi sirip panjang atau Doryteuthis pealeii.
Sebetulnya, penelitian atau studi tentang sefalopoda telah lama menjadi daya tarik bagi para ahli biolog. Sebab, hewan ini memiliki ingatan yang luar biasa dan tentunya berbeda dengan kebanyakan hewan invertebrata.
Uniknya, sefalopoda ini dapat menggunakan alat untuk memecahkan masalah, unggul dalam berkamuflase, bereaksi dengan rasa ingin tahu dan kebosanan, serta mampu bermimpi lho.
Studi tersebut menyingkap fakta bahwa bagian penting dari formula untuk kecerdasan tingkat lanjut tetap sama.
"Kesimpulan kami mengejutkan karena banyak dari apa yang kami ketahui tentang perkembangan sistem saraf pada vertebrata telah lama dianggap eksklusif untuk garis keturunan itu," kata Kristen Koenig, salah satu penulis studi sekaligus ahli biologi molekuler di Universitas Harvard.
Dengan mengamati fakta bahwa prosesnya sangat mirip, yang ditunjukkan kepada peneliti adalah bahwa kedua garis keturunan tersebut secara mandiri mengembangkan sistem saraf yang sangat besar dengan menggunakan mekanisme yang sama untuk membangunnya.
Hal tersebut menunjukkan mekanisme yang digunakan oleh para hewan selama pengembangan mungkin berperan penting dalam membangun sistem saraf yang besar.
Gunakan Pewarna Fluoresen dalam Mempelajari Otak Embrio Cumi-cumi
Dalam mempelajari otak embrio cumi-cumi yang tengah berkembang, para ilmuwan menggunakan pewarna fluoresen untuk menandai jenis sel khusus yang disebut sel progenitor saraf.
Mereka melakukan hal itu sebelum mempelajari bagaimana hewan-hewan tersebut berkembang dengan jepretan reguler 10 menit dari kamera mikroskop.
Kamera tersebut mampu mengamati retina, tempat dua pertiga jaringan saraf cumi-cumi ditemukan. Hasilnya, sama seperti pada vertebrata, peneliti melihat sel-sel nenek moyang cumi-cumi mengatur diri mereka sendiri menjadi struktur yang disebut epitel semu.
Nah, struktur ini adalah struktur panjang dan padat yang jadi tahap penting dalam pertumbuhan jaringan yang besar dan kompleks.
Setelahnya, para peneliti mencatat bahwa ukuran, penataan, dan pergerakan inti struktur sangat mirip dengan epitel saraf yang sama pada vertebrata.
Epitel saraf ini sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang unik dan memungkinkan hewan bertulang belakang memiliki otak dan mata yang canggih.
Memiliki MikroRNA yang Sama Seperti Manusia
Ini bukan kali pertamanya peneliti melihat bahwa sefalopoda memiliki neurologis yang sama seperti manusia. Gurita dan cumi-cumi juga memiliki berbagai macam mikroRNA layaknya manusia, yakni molekul kecil yang mengontrol bagaimana gen diekspresikan. Biasanya molekul ini terdapat dalam jaringan saraf mereka.
Setelah penelitian ini, tim ilmuwan ingin melihat bagaimana dan kapan berbagai jenis sel dalam cumi-cumi muncul saat jaringan tumbuh dan membandingkan proses tersebut dengan yang ada pada embrio vertebrata.
"Dengan mempelajari keragaman kehidupan, Anda benar-benar dapat kembali ke ide mendasar bahkan tentang perkembangan kita (manusia) sendiri," pungkas Koenig.
Simak Video "Masak Masak: Bikin Cumi Gemoy Balado Isi Tahu"
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/faz)