Setiap tanggal 22 Desember, Indonesia memperingati Hari Ibu. Hari Ibu biasanya merupakan momentum untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, meski hal itu bisa dilakukan setiap saat.
Berbagai macam cara yang bisa detikers lakukan untuk merayakan hari spesial ini, salah satu caranya adalah dengan memberikan puisi kepada ibu. Berikut ini adalah 15 puisi tentang ibunda yang cocok disampaikan di peringatan Hari Ibu 2022, yang dikutip dari berbagai sumber.
Puisi tentang Ibu
Adapun beberapa contoh puisi bertemakan Hari Ibu, seperti dikutip di buku Sang Nuansa Samudera Raya oleh Peserta Didik SMAN 1 Tumpang; buku Pembelajaran Puisi, Apresiasi dari Dalam Kelas oleh Supriyanto; buku Bahasa Indonesia 3 oleh Dra Idda Ayu Kusrini; Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa oleh Dahlia Damayanti Sholikhah; dan CCM Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA dan MA oleh Tomi Rianto, di antaranya:
Tangisan Air Mata Bunda
(Karya Monika Sebentina)
Dalam senyum kau menyembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
Tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk bisa memberikan harapan baru bagiku
Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku
Bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku
Bukan juga uang yang kau minta dalam kemenanganku
Tapi keinginan hatimu membahagiakan aku
Aku menyayangi sekarang dan waktu aku tak lagi bersamamu
Aku menyayangimu anakku dengan ketulusan hatiku
Ibu
(Karya Chairil Anwar)
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarahi
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu...
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu...
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku kesakitan
Dia ubati aku dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun....
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu
Ibu...
Aku sayang padamu...
Tuhanku...
Aku mohon pada-Mu
Sejahterakanlah dia
Selamanya...
Ibu
(Karya D Zawawi Imron)
Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
Sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
Hanya mata air air mata ibu, yang tetap lancar mengalir
Bila aku merantau
Sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
Di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
Lantaran hutangku padamu tak kuasa ku bayar
Ibu adalah gua pertapaanku
Dan ibulah yang meletakkan aku di sini
Saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke Bumi
Bila kasihmu ibarat samudera
Sempit lautan teduh
Tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
Tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
Lokan-lokan, Mutiara, dan kembang laut semua bagiku
Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
Namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
Lantaran aku tahu
Engkau ibu dan aku anakmu
Bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
Ibulah itu bidadari berselendang bianglala
Sesekali datang padauk
Menyuruhku menulis di langit biru
Dengan sajakku
Untaian Puisi Untuk Ibu
(Karya Pratiwi Widyastuti)
Senandung-nandung merdu terlantun
Dari bibir manismu...ibu
Petuahmu tak pernah henti merasuk di jiwaku
Walau kadang tak kuindahkan
Tetapi engkau selalu sanggup 'tuk ingatkan
Sulaman cintamu yang kau tau
Melengkapi hiasan sutra hidupku
Jendela-jendela kasih yang kau buka
Mengizinkanku masuk, menari dalam hatimu
Menunjukkan betapa besar jiwamu
Rangkaian kata kau alun
Senyum tulus yang kau simpul
Tatap matamu yang sayu
Sekejap menjadi doa nan indah
Pengertian agung selalu mengalir untukku
Membuatku tenang bu...bagaikan sungainya telaga
Kukuhnya sabarmu, tegakkan benteng sukmaku
Ibu...kau tercipta untukku
Untuk menjagaku, merawatku, mendidikku
Dan kau lakukan semua
Penuh keikhlasan
Aku yakin bu...
akan ada suatu apa pun yang dengan sempurna
Dapat membalas pengorbanan dan perjuanganmu
Selain rahmat, hidayah, dan cinta-Nya
Bundaku Cahayaku
(Karya Aulia Wahyu Ningtiyas)
Dialah cahaya
Tak akan ada sinar bulan
Jika tak ada bintang
Tak akan ada insan
Jika tidak ada pengorbanan
Kala itu seorang wanita menderita
Menahan sakit tiada tara
Teriakannya mengguncangkan nusantara
Dia mengerang dengan bangganya
Demi buah hati yang tercinta
Kau genggam tangan kecilku
Menuntunku dalam cahayamu
Kau menyebut namaku
Dalam setiap doa-doamu
Untuk kebahagian dalam hidupku
Kau korbankan nyawamu
Demi insan di perutmu
Dia adalah ibuku
Dia adalah duniaku
Dialah cahayaku
Peneduh Segala Keluh
(Karya Mirna Zenera Ayu Puspita)
Dalam hening aku meratapi
Sosok wanita peneduh hati
Menguatkan di kala rintangan kian menerjang
Memberikan segala kasih sayang
Memelukmu adalah kenyamananku
Baktiku adalah surgaku
Membantahmu masih menjadi kebiasaanku
Tanpa ku sadari telah mengiris hatimu
Doa panjang di setiap sudutmu
Tangan mengadah memohon perlindungan-Mu
Nama indah selalu ku lantunkan di sepanjang malamku
Kuungkapkan sayangku padamu lewat Tuhanku
Garis senyum terukir dari wajahmu
Suara lirih nan lembut terukir dari bibirmu
Khawatirmu menyelamatkanku
Bahagiamu adalah surgaku
Dia berjalan dengan cinta
Dia berjalan menerjang luka
Bahkan dia menempuh tanpa batas rasa
Tekad yang tak koyak oleh masa
Mungkin daku bukanlah sosok yang terbaik
Yang tak sepenuhnya menjadi apa yang kau mau
Harus apa katamu
Tapi daku memilih cinta tulus untukmu
Dia adalah ibuku...
Wanita mulia penuh cinta perempuan terbaik dalam hidupku
Motivasi terbaik dalam lika-liku hidupku
Ibu
Aku sangat mencintaimu
Terima kasih untuk semua waktu dan lelahmu
Perempuan hebat di jiwa lemah ku.
Klik halaman selanjutnya... Syair Untuk Ibu
Simak Video "Video: Permintaan Maaf Prabowo Baru Bisa Perbaiki 16 Ribu Sekolah"
(nwk/nwk)