20 Puisi Hari Santri yang Penuh Semangat dan Makna Perjuangan

20 Puisi Hari Santri yang Penuh Semangat dan Makna Perjuangan

Indah Fitrah - detikHikmah
Selasa, 21 Okt 2025 15:30 WIB
Ilustrasi puisi
Ilustrasi puisi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/mizar_21984)
Jakarta -

Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober untuk mengenang perjuangan para santri yang ikut berperan dalam mempertahankan kemerdekaan dan menegakkan ajaran Islam di Indonesia. Peringatan ini juga menjadi pengingat agar semangat belajar dan keikhlasan santri tetap hidup di hati generasi muda.

Dalam buku Puisi adalah Senjata karya Gagak Lumayung disebutkan bahwa penetapan Hari Santri dilakukan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015.

Untuk memeriahkan Hari Santri, banyak kegiatan digelar di pesantren dan sekolah, salah satunya pembacaan puisi. Lewat puisi, semangat dan perjuangan santri bisa disampaikan dengan cara yang menyentuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut beberapa puisi bertema Hari Santri yang bisa dijadikan inspirasi, yang dirangkum dari buku Kepergian Sang Cinta susunan Ilzha Nifadzatiz Zulfa, dkk, Untaian Sajak di Balik Bilik Pesantren karya Tim Mediasantri, Kumpulan Puisi Santri MAWI oleh Santri MAWI Kebarongan, Segalanya Santri, Santri Segalanya susunan Coretsyav dkk, Puisi adalah Senjata tulisan Gagak Lumayung, dan Puisi "Selamat Hari Santri" karya Tito Dhani Muharam.

ADVERTISEMENT

Kumpulan Puisi Hari Santri

1. Kang Santri

Oleh: Gagak Lumayung

Kang Santri
Kau yang menimba ilmu agama suci
Kau yang bertekad dalam hati
Tuk perluas wawasan Islami.

Kang Santri
Kau, kusebut demikian
Kau istiqomah dalam mengaji
Kau perjuangkan kemuliaan.

Kang Santri...
Kau menjaga tata krama
Kau hormati para Kiai
Kau penerus para Ulama.

O engkau, kusebut Kang Santri...
Namamu ranum di dalam hati
Kau tegakkan kalam Ilahi
Kau pewaris perjuangan Nabi.

2. Selamat Hari Santri

Oleh: Tito Dhani Muharam

Selamat Hari Santri
Seluruh hariku dimulai dengan rapi
Diatur dan dididik dengan baik
Di suatu tempat yang sangat apik.

Di saat hari masih gelap gulita
Saat semuanya masih terlelap dalam tidurnya
Kupaksakan tubuhku untuk terbangun
Demi mencari ganjaran baik di dunia.

Kumandangkan azan dari surau lawas yang masih berdiri kokoh
Tatkala suara azan dari lisanku menggema
Bangunlah setiap muslim dari tidurnya
Mulailah hari seorang santri dengan menjalankan salat
Tak lupa zikir dan berdoa kepada Sang Pencipta yang Maha Agung.

Selamat Hari Santri
Setiap hariku selalu menimba ilmu, mengaji, dan tak lupa mengabdi
Diajarkan untuk tunduk dan berbakti pada Sang Kiai
Demi mengharap berkah dan barokah dari ilmu yang kita raih.

Diriku adalah seorang santri
Kita tidak diarahkan hanya untuk bersolek dan berpangku tangan
Kita merangkul kitab suci Al-Qur'an dan Hadis Nabi
Sebagai pedoman untuk menjadi penerus bangsa yang bermoral dan berakhlakul karimah.

Jalanku sebagai santri
Hanya ingin menjadi manfaat bagi orang lain
Bisa menerapkan ilmu islami dalam lembar-lembar kehidupan
Menjadi seorang pemimpin yang berpikiran bersih, pemberani, dan berhati luhur.

Kuatkan ikatan sarungmu
Mari kita berjuang untuk memutus mata rantai kekacauan di negara yang tercinta ini.
Selamat Hari Santri!

3. Akulah Santri

Oleh: Indah Sari Putri

Akulah santri...
Ku kan berjanji
Untuk mengabdikan diri
Tuk agama dan negeri ini.

Ku bertekad dan bersumpah
Untuk mati dalam keadaan muslim
Lurus di atas kebenaran yang nyata
Menentang orang-orang yang sesat lagi menyesatkan.

Tak pernah ada rasa sedih
Tak kenal lelah dan letih
Sebelum impian dapat kuraih
Dengan hati tulus dan jernih.

Ya Allah...
Setiap hembus nafasku adalah dzikirku kepada-Mu
Setiap denyut nadiku adalah doaku pada-Mu
Setiap jantungku adalah tasbihku kepada-Mu
Setiap langkahku, ku selalu mengingat-Mu
Setiap sujudku, kubersujud akan nikmat-Mu.

Ya Allah...
Penuhilah hatiku dengan cahaya-Mu
Lapangkanlah dadaku dengan kelimpahan iman pada-Mu
Hidupkanlah hatiku dengan ma'rifat kepada-Mu.

Ya Allah...
Ku serahkan seluruh hidupku hanya pada-Mu
Ku serahkan jiwa dan ragaku hanya pada-Mu
Karena semua itu milik-Mu.

4. Pembela Agama dan Negara

Oleh: Alfarida

Santri harapan bangsa
Penerus para ulama
Pembela agama
Pemersatu umat di nusantara.

Hati yang begitu suci
Di dalam terdapat jiwa Qur'ani
Untuk selalu mengimani
Kepada Ilahi Rabbi.

Keinginan untuk berusaha
Setia semangat yang luar biasa
Demi menjadi santri yang berguna
Untuk menegakkan bangsa dan negara.

Di tengah malam yang begitu sunyi
Kau terbangun sendiri
Untuk melakukan sembahyang kepada Allahu Rabbi
Agar mendapat ridha kelak di akhir nanti.

Pengorbanan yang kau berikan
Demi kehidupan di masa depan
Rela menahan sebuah kerinduan
Yang ingin selalu berada di kampung halaman.

Kau tak pernah lelah
Dalam bermuroja'ah
Agar hidup menjadi sejarah
Menuju jalan yang cerah.

Perjuanganmu begitu berat
Tetapi kau lalui dengan semangat dan kuat
Agar menjadi santri yang bermanfaat.

Wahai para santri!
Marilah kita berkarya
Dalam hal yang luar biasa
Untuk membangun Indonesia
Agar menjadi sejahtera.

Santri bagaikan mentari
Yang akan menyinari negeri ini
Dengan keimanan di dalam hati
Terpancar dalam sanubari
Dan kesungguhan dalam mempertahankan NKRI.

Wahai para santri!
Marilah kita bangkit bersama
Dengan rasa semangat yang membara
Meskipun jauh dari orang tua
Tapi buktikan kita bisa mencapai cita-cita
Dan menjadi pribadi insan yang mulia.

Wahai santri
Kau laksana cahaya
Seperti di dalam lentera
Yang akan menyinari seluruh Indonesia
Bahkan sampai ke penjuru dunia.

5. Seutas Makna Santri

Oleh: Wahyu Hidayaul K.

Ketika goresan tinta memenuhi kertas putih
Dengan segenap tekad yang menjalar bersih
Semangat menuntut ilmu diraih dengan gigih
Walau keringat bercucuran tak kenal letih.

Bagaikan bulan yang menyinari bumi
Menyalurkan kehangatan di malam yang sunyi
Sebuah insan dengan akhlak budi pekerti
Mengerahkan jiwa raga untuk kesatuan NKRI.

Suatu insan yang memiliki makna sejati
Dengan iman, Islam, dan ihsan yang terpatri dalam hati
Sebuah nama yang terukir dalam sanubari
Dialah santri, masa depan kebanggaan negeri.

6. Ikhlas Menjadi Santri

Oleh: Selfiana Jamil

Ikhlasku menjadi santri
Mengabdi pada agama dan negeri
Memantapkan hati
Di jalan Sang Ilahi.

Ketika zaman semakin gila
Peraturan sudah dianggap tiada
Santri akan tetap setia
Meluruskan setiap pertentangan yang ada.

Ikhlasku mengabdi pada negeri
Mencari ridha Sang Ilahi
Meski rintangan tak mau menepi
Hanya Allah lah penyemangat hati.

7. Santri

Oleh: Rizka Amalia R.

Azan Subuh telah dikumandangkan
Pertanda sang fajar menggantikan sinar rembulan.
Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang begitu menyenangkan
Menyejukkan hati, menjernihkan pikiran.

Kulangkahkan kaki tanpa keraguan
Dengan semangat jiwa yang menggelegar.
Hati ini kumantapkan pada jalan kebenaran
Dengan penuh keikhlasan, tiada paksaan.

Kugerakkan anganku untuk menjadi kenyataan
Menimba ilmu guna meraih tahta di masa depan.
Meraih kesuksesan dengan penuh keyakinan
Tanpa ingkar atas segala nikmat yang Tuhan berikan.

8. Santri Harus Bertekad di Jalannya

Oleh: Siti Nur Azizah

Aku bangga menjadi seorang santri
Jauh dari orang tua dan keluarga tak menjadikanku sepi.
Aku bahagia dalam mencari ilmu dan mengaji,
Itu pun untuk masa depanku nanti.

Jadi santri tidaklah sulit untuk masa kini,
Di mana santri harus beraktivitas setiap hari,
Dalam mencari ilmu yang pasti
Dan berijtihad di dalamnya dengan setulus hati.

Aku bangga menjadi santri,
Karena santri harapan negeri,
Menuntut ilmu kepada ridha Sang Ilahi,
Dan punya wawasan yang tinggi.

9. Suluk Santri Peradaban Santri

Oleh: Nova Putri Diana

Fajar kidzib menjadi saksi jihad santri,
Mendekap tenang,
Menghadap nahi,
Diam dalam remang.

Semesta menjadi saksi semangat juang santri,
Semangat kebangsaan melebur dalam nurani,
Mengakar dalam hati.

Santri adalah penggerak,
Bergerak membawa perubahan,
Bergerak untuk pertahanan,
Bergerak membangun peradaban
Untuk agama dan negeri,
Menuju Indonesia yang hakiki.

10. Kamar Kenangan

Oleh: Muhammad Fathurrozaq

Sayup kornea tak pernah ingkar,
Ia butuh janji yang perlu ditepati.
Bersama bulan, bersama dinginnya malam,
Selimut engkau siapkan,
Wewangian engkau haturkan,
Untuk rebahku,
Untuk tenangku.

Tembok itu jadi saksi,
Kalam Ilahi menengok senyapku.
Yang mengira pulas tidurku,
Tapi sejatinya aku memikirkanmu.

11. Terompah Kiai

Oleh: Dwi Dian Wigati

Kecil, mungil, dan aneh wujudmu,
Terakit kuat kayu dan karet.
Walau ribuan kilo jarak,
Kau tetap kokoh,
Bagaikan wejangan kiai.

Tak lekang oleh waktu,
Tak lapuk oleh hujan.

Terompah,
Aku cemburu padamu,
Ke sana kemari bersama kiai, serentak.
Andai dunia berputar seperti bola,
Aku ingin sepertimu,
Bahkan selaksa tanah.

Sahabat karib dakwah pengharap ridha-Nya,
Arif nan bijaksana,
Sabar nan tawadlu'.

12. Catatan Santri

Oleh: Mahalasari

Menjadi santri juga pelajar adalah pilihan,
Sembari memilah-milah haluan masa depan.
Jika perjuangan merupakan kawan,
Bisakah idealisme menjadi sebuah kemewahan?

Katanya... masa depan ialah harapan
Yang akan dipenuhi dengan semangat para pahlawan muda.
Lantas, akan dilukis tinta seperti apa periode kalian?

Semuanya memang masih terkesan semu,
Namun, apa makna hidup pelajar tanpa terpelajar?
Manfaatkanlah waktu, jangan hanya sekadar berselancar,
Seperti kegiatan setiap menit bahkan detik berlalu
Dengan hanya menatap layar.

Nikmatilah proses dengan menghilangkan kebiasaan merunduk,
Jangan menjadi generasi penunduk.
Sebab prestasi bukan hanya sekadar eksistensi,
Apalagi jika hanya sebagai pengakuan diri.

Namun prestasi adalah pengabdian diri terhadap bangsa ini,
Menuju generasi milenial yang mandiri.
Santri sekaligus pembelajar...
Jangan hanya menunduk kaku,
Menyelami layar gadget dengan tangan berpangku.

Mari tegakkan dagu,
Sebab santri terpelajar akan selalu ingin tahu.
Dengan membaca beragam buku-buku,
Bukan hanya satu macam namun bertumpuk-tumpuk.

Bukan hanya menyebar berita hoaks melulu,
Generasi cerdas adalah mereka yang selalu ingin menjadi yang terdepan.
Menegakkan pandangan dengan penuh keyakinan,
Bahwa masa depan ada dalam genggaman.

Jangan takut dan gentar,
Dengan terjatuh kalian akan utuh.
Dengan terbentur kalian akan bersyukur,
Sebab Indonesia memang harus dimerdekakan
Oleh para pemuda yang berkorban dan dikatakan
Sebagai pejuang kemerdekaan.

Demi lestarinya budaya Nusantara
Yang dinamakan Indonesia Raya.
Merdeka!

13. Untaian Permata

Oleh: Kamalia Puspitasari

Suara khas, menoreh dalam pendengaran,
Menyentuh hati yang beku,
Seketika merasuk dalam benih kalbu,
Hingga keruh menjadi sejernih air wudu.

Untaian permata serta dalil-dalilnya
Benar-benar nyata,
Terbawa aku dalam perahu petuah
Dengan berbagai jurus ahlinya.

Hingga terus mendayung, temukan permata,
Rintangan menjadi penyangga
Yang patut dikalahkan
Demi seuntai permata yang berharga.

Yang nantinya menjadi wujud nasihat
Bagi jiwa santri seperti kami,
Butuh siraman rohani dari kiai,
Apalagi sudah ikut dalam perahu petuahnya.

14. Sandal Perjuangan

Oleh: Silva A.F.

Kang, sandalmu, kang,
Masih setiakah kau pakai melangkah menyusuri jalanan,
Menuju masjid di lampu merah perempatan?
Atau kini sudah hilang, saat bolos diniyah malam-malam?

Sandalmu, kang,
Masih setiakah kau bawa berangkat jumatan di shaf paling depan?
Atau malah kau pakai nongkrong di warung mi ayam seberang jalan,
Lalu pulang membawa sandal orang?

Sandalmu, kang,
Masih setiakah menemanimu ro'an dan piket keamanan?
Atau kini tak lagi sepasang?
Hilang, sesaat setelah kau taruh serampangan.

Di tengah kegalauan, kau putuskan berjalan dengan kaki telanjang,
Agar tak merugikan orang, tak membuat berang, dan melatih kesabaran.
Bukan karena tak punya uang.

Jika itu yang kau lakukan,
Maka kuucapkan selamat, kang.
Engkau telah menemukan hakikat keikhlasan, ruh perjuangan.
Sandalmu telah menghantarkanmu menjadi
Seorang pejuang yang tak patah arang,
Dan nafsu dunia tak lagi membuatmu terkekang.

15. Lambang Kami dengan Arti

Oleh: Muhammad Fathurrozaq

Hijau kami tanda kesuburan,
Kesan bakti dengan kesejukan.
Kuning kami berarti himmah,
Juang terus di dalam lillah.

Bulat kami tanpa sudut,
Tekad kami tanpa surut.
Tiga titik jadi acuan,
Gapai mimpi dengan harapan.

Enam garis, tak diragukan,
Dua kitab, tak direndahkan.
Bulu angsa bersilang mantap,
Waris sintesa tanpa sekap.

Jaya kami adalah senyum umat,
Sedih kami berarti sesal rakyat.
Keringat berkucur untuk akibat,
Lelah ini tanpa suatu sebab.

Bangunlah, wahai perwira muda,
Agama dan negara bergantung kita.
Rapatkan barisan tanpa mundur,
Serta tercapai adil makmur.

16. Hijaiyah Cinta

Oleh: Dwi Dian Wigati

Setiap detik,
menyelami kalam firman-Mu, anugerah.
Setiap hijaiyah dari-Mu sepuluh kebaikan yang merekah,
satu hijaiyah menumbuhkan semerbak cinta dalam kalbu,
melukis langit biru nan indah,
membangun rumah di surga nantinya.

Setiap dentang jam muroja'ah,
setiap detik dan menit muroja'ah,
menghantam milyaran penyakit yang memforsir pikiran sendu,
mengajari kesabaran dan memberikan ketenangan syahdu.

Fuadku selalu tersenyum dan berkata,
sungguh agung nan mulia firman-Nya.
Bagaimana mungkin aku tak cinta,
jika hati yang menjerit, menangis darah,
mampu terobati, tenang,
bagai disiram air telaga surga Kautsar.

Bagaimana mungkin aku tak cinta,
jika akal dan pikiran gelap gulita
menjadi terang benderang.
Bagaimana mungkin aku tak cinta,
jika karenamu aku mendapat ridha-Nya.

Hamba, hanya insan lemah pengharap berkah dan rahmat-Nya,
hanya dengan bismillah daku melangkah,
meniti lembah-lembah firman-Nya.

17. Lalaran

Oleh: Kamalia Puspitasari

Senandung syair karya santri,
terdengar syahdu serta fasih.
Gendangannya dari mulut sendiri,
elok dan juga mudah diingat.

Paduan suaranya antik,
penyanyi dangdut pun kalah.
Masih asyik lalaran santri,
nadzomannya, nadanya,
berpadu dalam satu alunan,
menghayati serta mengingat
dalam setiap lariknya.

18. Santri dan Tinggi

Oleh: Dwi Dian Wigati

Tak ada sekat,
sahabat karib di malam senyap.
Hitam pekat mulut penghujat,
makan darah-darah muda,
makan darah-darah muda,
makan darah-darah muda.

Darah para santri dirgantara,
perut hamil, kulit memerah,
bak pulkadot dalam merah jingga.
Tiada kata sudah,
memetik gitar kala jam berdentang,
menghias langit dengan ritme nan rupawan.
Itulah kita,
santri dan tinggi.

19. Santri

Oleh: Ilzha Nifadzatiz Zulfa, dkk

Engkau bagaikan bintang,
yang menunggu hadirnya sang malam,
untuk menerangi seluruh alam
yang terjebak dalam kegelapan,
yang terjebak dalam perihnya kedzaliman,
yang terjebak dalam lembah kemaksiatan.

Namun sinarnya sang bintang
bebas dari kegelapan.
Jeruji besi akan menjadi jeruji kesucian,
yang akan mencuci hati penuh dengan kotoran,
mengubah kedzaliman menjadi kebaikan,
mengubah kebodohan menjadi kealiman.

Malam pun akan menjadi terang,
membawa menuju syurga
yang penuh dengan keindahan.

20. Santri Pergi ke Penjuru Dunia

Oleh: Jujun Junaedi

Santri pergi ke penjuru dunia,
hanya untuk mencari cita-cita,
yang tinggi setinggi langit.

Dari mulai kaki kanan melangkah,
janganlah memikirkan perkara
yang tidak penting.

Pikirkanlah satu hal saja,
belajar, belajar, dan belajar.
Dan ingatlah tujuan dari rumahmu...

Semangat!




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads