Fenomena Mahasiswa Termuda di Mata Psikolog, Ini yang Perlu Diwaspadai

ADVERTISEMENT

Fenomena Mahasiswa Termuda di Mata Psikolog, Ini yang Perlu Diwaspadai

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 24 Jun 2022 17:30 WIB
Pendaftaran KIP Kuliah Merdeka 2022: Syarat, Cara, Jadwal
Ilustrasi fenomena mahasiswa termuda di mata psikolog. Foto: Shutterstock/

Tips untuk Para Mahasiswa Termuda

Menurut Anggi, para mahasiswa yang tergolong paling muda ini perlu berusaha menyesuaikan diri dengan teman-teman lain yang berusia lebih dewasa.

"Adjust (menyesuaikan) gitu ya, dengan kehidupan perguruan tinggi yang mungkin lebih banyak menuntut kemandirian, agak beda dengan sekolahan. Dan tetap perlu dukungan penuh dari keluarga, dari teman-teman terdekat biar tidak mudah stres," terangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping itu, para maba tersebut juga disarankannya membangun sistem dukungan atau support system. Hal ini dapat dilakukan dengan cara terkoneksi dengan keluarga dan teman-teman. Sehingga, maba tersebut tidak akan merasa sendirian.

Kini pun sudah banyak kampus yang menyediakan layanan psikologi untuk mahasiswa. Mereka bisa memanfaatkan fasilitas ini. Tujuannya agar tetap bisa mengaktualisasikan potensi dengan cara yang disukai dan secara psikologis bisa tetap kokoh.

ADVERTISEMENT

Lulusan magister Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu juga menegaskan, tolok ukur seorang siswa bisa dikatakan siap masuk ke jenjang pendidikan tinggi tidaklah seperti misalnya siswa TK yang hendak masuk SD.

Siswa taman kanak-kanak yang akan masuk SD perlu memenuhi kriteria yang jelas seperti aspek kemandirian dan lain sebagainya. Sementara, tolok ukur kognitif masuk perguruan tinggi bisa diukur dari seleksi masuk universitas.

"Secara kognitif bisa tercermin pada saat penilaian-penilaian tes potensi (masuk universitas) di awal atau dia mampu menyelesaikan soal-soal di ujian masuk atau tes lain seperti mandiri dan lain. Kalau bisa, berarti dia eligible (layak) masuk ke perguruan tinggi. Lebih seperti itu sih kalau perguruan tinggi," beber Anggi.

Dia mengingatkan, apabila para mahasiswa termuda belum bisa mengelola emosi, maka bisa muncul berbagai permasalahan yang manifestasinya ke aspek emosional. Contohnya mudah merasa tertekan, di mana gejalanya adalah stres.

"Kalau sudah dalam jangka waktu tertentu bisa jadi depresi, bisa (juga) dalam bentuk lain (seperti) cemas, gangguan panik," katanya lagi.

"Bisa seperti itu kalau memang terjadinya lama, konsisten, misalnya lebih dari 6 bulan. Bisa jadi muncul seperti itu. Itu sih yang perlu diwaspadai anak-anak di usia ini, di usia yang rentan," ucap Anggi.


(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads