Berapa usia wisudawan termuda di kampusmu? Sejumlah lulusan termuda di berbagai PTN di antaranya tercatat sebagai siswa akselerasi semasa sekolah. Namun, beberapa lainnya tidak, lho.
Para wisudawan termuda ini juga tercatat berkuliah di prodi favorit misal teknik, kedokteran, hingga statistika. Dikutip dari laman tiap kampus, berikut resep kuliah dan pengalaman pendidikan para wisudawan termuda di Indonesia:
Daftar Wisudawan Termuda S1 Indonesia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tiaranisa'i Fadhilla (19 tahun 3 bulan)
Tiaranisa'i Fadhilla lulus dengan predikat Cum Laude dan sebagai wisudawan termuda di wisuda Institut Teknologi Nopember (ITS) ke-125 pada Maret 2022. Alumnus Departemen Statistika, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) lulus dengan IPK 3.57.
Perempuan yang mendapat Beasiswa Fresh Graduate S2 dari ITS ini menuturkan, dirinya sudah terdaftar di TK saat usia 3,5 tahun dan mulai SD di SD Sukorame 1 Kediri pada usia 5,5 tahun. Di SMP, ia mengikuti program akselerasi yang memungkinkanya lulus dalam 2 tahun.
"Karena saya ambil program tersebut, jadi kurang bisa mengeksplor maksimal kegiatan di luar akademik, tapi untungnya waktu itu saya sempat ikut (kegiatan) jurnalistik," kata Tiara.
Di SMA, Tiara juga kembali menjalani program akselerasi seperti kakaknya dengan niat meringankan beban orang tua. Dengan dukungan orang tua, ia mengambil program akselerasi sambil lebih berupaya menikmati masa SMA dengan menjalani kegiatan ekstrakurikuler.
Di 3,5 tahun perkuliahan, Tiara lalu banyak aktif di di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ITS Foreign Language Society (IFLS) 2020/2021 hingga Ketua Lembaga Minat Bakat (LMB) ITS 2021/2022. Ia juga menjadi asisten dosen Statistical Quality Control (2021) dan Statistics Data Mining (2022), serta menjadi magang di Kemdikbudristek.
"Kemarin di sana (Kemdikbudristek,) sempat menjadi tim satuan tugas (satgas) penjamin mutu pendidikan dan tim perancangan yang bertugas dalam analisis kebijakan, analisis dampak pandemi terhadap akses pendidikan, dan lain-lain," kata Tiara.
2. Musa Izzanardi Wijanarko (18 tahun)
Musa Izzanardi Wijanarko lulus di usia 18 tahun 8 bulan pada Wisuda Ketiga Tahun Akademik 2020/2021 Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (17/7/2021). Mahasiswa Program Studi Matematika di Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB ini sebelumnya adalah siswa homeschooling dan belum pernah menjalani sekolah formal.
Sambil studi, penyuka matematika ini juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pop culture Genshiken ITB yang baginya sesuai dengan hobi. Izzan berusaha memahami materi di kelas sehingga hanya perlu belajar lagi jika mengerjakan tugas. Namun, ketika motivasi masuk kelas dan mengerjakan tugas akhir hilang saat pandemi datang, ia harus pandai-pandai beradaptasi.
"Biasanya saya bermain gim untuk procrastinate dari kuliah dan skripsi. Untungnya, dosen saya masih aman sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi. Kuliah saya selesai walaupun sempat terseok-seok dan sangat bersyukur akhirnya dapat berhasil menjadi wisudawan Juli 202," kata Izzan.
Motivasi Izzan lulus di usia sangat muda sama dengan keinginannya di usia 14 tahun. Saat itu, Izzan sempat merasa pelajaran SMA tidak menarik sehingga membuatnya ingin segera berkuliah di ITB. Saat kuliah, dia berencana untuk lulus dalam empat tahun. Baginya, ini bisa terwujud karena dukungan keluarga, saudara, dan teman-temen kuliah yang asyik diajak main dan selalu menghibur di kala terpuruk.
Izzan mengaku kerap kehilangan motivasi sesudah ujian tengah semester, yang membuatnya jadi jarang belajar dan tidak fokus, serta mengakibatkan nilai ujian akhir semester turun. "Kuliah memang berat bagi mereka yang tidak bisa mengatur waktu dan diri dengan baik, termasuk saya," katanya.
3. Mochammad Vanris Arya Saputra (19 tahun 4 bulan)
Mochammad Vanris Arya Saputra menjadi wisudawan termuda ITB di wisuda pertama periode Oktober 2021, Sabtu (23/10/2021). Alumnus S1 prodi Manajemen Kelas Internasional (International Business) Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB rupanya menjalani program akselerasi di SD dan SMP, hingga masuk kuliah di usia 16 tahun.
Kelahiran Bandung, 27 Mei 2002 ini menuturkan, pengalaman menjadi siswa program akselerasi di sekolah membuat dirinya lebih terbiasa beradaptasi dengan kondisi pembelajaran di ITB yang menurutnya sangat dinamis dan cepat.
Vanris menuturkan, ia sempat mengikuti perkuliahan di Inggris selama sekitar satu tahun lama di masa perkuliahan. Namun, karena naiknya kasus positif COVID-19, pembelajaran saat di Inggris tetap dilakukan secara virtual. Pebisnis ternak lele ini juga berupaya memaksimalkan masa kuliah dengan refreshing agar tidak stres kuliah daring.
4. Rafidah Helmi (17 tahun 11 bulan)
Rafidah Helmi lulus dari S1 Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula) pada usia 17 tahun 11 bulan pada wisuda ke-61 Unissula di 2016. Wisudawan termuda Unissula ini masuk SD Sriwidari Sukabumi di usia 4 tahun 10 bulan.
Wisudawan termuda kelahiran 31 Juli 1998 ini menempuh program akselerasi dari SD hingga SMA, hingga masuk kuliah di usia 14 tahun. Ayah Rafidah, Helmi, mengatakan, anaknya tidak boleh ditarget dan dibebani agar tidak malah lamban di pendidikan.
"TK sampai SD itu kita (orang tua) bina. SMP dan SMA itu mulai membina dirinya sendiri. Anak itu tidak boleh ditarget, beban dia, orang kalau dikasih beban kan malah lamban," kata Helmi yang merupakan dosen di Sekolah Polisi di Sukabumi.
5. Riana Helmi (17 tahun)
Riana Helmi tercatat sebagai dokter termuda di Indonesia yang lulus pada 19 tahun 9 bulan dari Fakultas Kedokteran UGM pada 30 Desember 2010. Sebelumnya, Riana tercatat sebagai dokter muda di usia 17 tahun 9 bulan pada Mei 2009 dan diganjar Rekor Museum-Rekor Indonesia (MURI).
Kelahiran Banda Aceh, 22 Maret 1991 ini lulus di SD di usia 10 tahun, SMP 12 tahun, dan SMA 14 tahun karena mengikuti program akselerasi. Riana adalah kakak dari Rafidah Helmi yang juga menjadi lulusan S1 Kedokteran Unissula termuda.
"Meskipun pernah tercatat sebagai sarjana kedokteran termuda hingga dokter termuda, kami yakin Riana tetap sudah matang, baik sosial dan psikologis, sehingga tidak ada kesulitan ketika terjun di lapangan," kata Dekan Fakultas Kedokteran saat itu Prof dr Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD. dalam pelantikan dokter baru UGM.