detikBali
Melali

Dari Irigasi Jadi Pemandian Wisata

Terpopuler Koleksi Pilihan
Melali

Dari Irigasi Jadi Pemandian Wisata


Gangsar Parikesit - detikBali

Pintu air di Lembah Arca, Desa Adat Tegenan, Karangasem, Bali, Sabtu (29/11/2025).
Pintu air di Lembah Arca, Desa Adat Tegenan, Karangasem, Bali, Sabtu (29/11/2025). Objek wisata pemandian tersebut merupakan irigasi. Foto: Gangsar Parikesit/detikBali
Karangasem -

Papan dengan logo Kementerian Pekerjaan Umum terpancang di atas pintu air di Desa Adat Tegenan, Karangasem, Bali. Papan berwarna biru itu bertulisan "Papan Exploitasi di Tukad Unda Bendung Arca". Sejumlah informasi seperti area, kebutuhan air, tanam padi dan palawija, hingga air tersedia, air suplesi, serta air hilang termuat di papan beratap seng tersebut.

Air yang melewati pintu air tersebut mengalir ke sawah dan kebun yang bersisian dengan objek wisata Lembah Arca. Air itu juga mengalir ke kolam-kolam pemandian Lembah Arca.

Ketua Pengelola Lembah Arca, I Made Agus Suciarta, menuturkan sebelum menjadi objek wisata tempat itu merupakan irigasi dan tempat pemandian warga setempat. "Dulu, di sekitar kolam itu rerumputan dan becek," ungkapnya kepada detikBali beberapa waktu lalu.

Ketua Pengelola Lembah Arca, I Made Agus Suciarta, di Lembah Arca, Karangasem, Bali, Sabtu (29/11/2025).Ketua Pengelola Lembah Arca, I Made Agus Suciarta, di Lembah Arca, Karangasem, Bali, Sabtu (29/11/2025). Foto: Gangsar Parikesit/detikBali


Lembah Arca mulai ramai pada 2019. Para pelancong memviralkan objek wisata tersebut melalui media sosial.

Masalah datang seiring dengan ramainya pengunjung Lembah Arca. Para pelancong tersebut meninggalkan sampah seperti bungkus sampo, sabun, hingga botol minuman.

Suciarta, prajuru, serta teruna (pemuda) Desa Adat Tegenan membersihkan Lembah Arca dari sampah tersebut. Mereka melihat potensi pemandian itu untuk dijadikan tempat pelesiran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa Adat Tegenan dan Suciarta berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida untuk mengelola tempat tersebut pada 2022. Mereka perlu meminta izin kepada BWS karena pemandian itu merupakan saluran irigasi yang jadi kewenangan BWS.

BWS memberikan sejumlah syarat untuk mengubah saluran irigasi itu menjadi objek wisata. Salah satunya membentuk badan pengelola serta melestarikan tempat tersebut. "BWS khawatir sampah makin banyak ketika ramai pengunjung," tutur Suciarta.

Suciarta meyakinkan BWS kebersihan Lembah Arca akan dijaga meski ramai pelancong. Ia dan Desa Adat Tegenan berupaya menjaga kebersihan pemandian itu. Apalagi, di atas pemandian terdapat tempat sakral dan tempat mengambil air untuk upacara di Pura Besakih.

Mendapat lampu hijau, Suciarta segera berkoordinasi dengan Jero Bendesa Tegenan. Desa Adat Tegenan memberikan dana program Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA), program pemberdayaan ekonomi desa adat di Bali, untuk membangun sejumlah fasilitas di Lembah Arca.

Dana itu digunakan untuk membangun gazebo dan loket. Bertahap, Suciarta dan timnya membangun fasilitas lain seperti kolam tambahan serta kamar mandi.

Pengelola membuka objek wisata Lembah Arca pada September 2023. Saat itu, pengunjung yang masuk dikenai punia (bayar sukarela).

ADVERTISEMENT

Belakangan, wisatawan yang berkunjung ke Lembah Arca semakin banyak. Masalahnya, iuran sukarela yang masuk hanya Rp 600 ribu per bulan. Uang itu tak cukup untuk membayar honor pengelola dan membeli keperluan untuk menjaga kebersihan objek wisata tersebut.

Pengelola menetapkan tiket masuk Lemba Arca sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per orang pada Desember 2023. Uang karcis itu dipakai untuk menggaji para pekerja dan membangun fasilitas pendukung lainnya. Kini terdapat tujuh pegawai yang mengelola objek wisata tersebut.

Adapun saat ini tiket masuk Lembah Arca sebesar Rp 10 ribu per orang. Sedangkan untuk warga Desa Tegenan bayar sukarela untuk mandi di kaki Gunung Agung tersebut.

Salah satu kolam pemandian Lembah Arca di Karangasem, Bali, Sabtu (29/11/2025).Salah satu kolam pemandian Lembah Arca di Karangasem, Bali, Sabtu (29/11/2025). Foto: Gangsar Parikesit/detikBali


Belakangan, Kementerian Pekerjaan Umum juga membuatkan jalan rabat dari tempat parkir menuju Lembah Arca. "Ada masukan dari pengunjung untuk dibuatkan jalan karena sebelumnya becek," tutur Suciarta.

Salah satu pengunjung Lembah Arca adalah Mohammad Doni Ardiansyah. Warga Denpasar itu sudah dua kali pelesiran ke pemandian berair bening tersebut.

Doni pergi ke Lembah Arca pertama kali pada 2020. Saat itu, Lembah Arca hanya irigasi dengan kolam saja. Jalan menuju Lembah Arca pun becek. "Cuma irigasi di tengah sawah dan batunya juga besar-besar," kenangnya.

Doni sengaja berkunjung kembali ke Lembah Arca bersama anak dan istrinya karena objek wisata itu makin terkenal. Pria berusia 28 tahun tersebut pangling dengan objek wisata itu karena lebih asri dan tertata, tapi tetap asri. "Nggak rugi jauh-jauh dari Denpasar untuk dapat pemandangan yang bagus dan air yang segar," imbuhnya.




(gsp/nor)











Hide Ads