Kawasan hutan lindung Timau di Desa Bitobe, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa menjadi tujuan wisata Indonesia timur. Hutan lindung ini punya daya tarik khusus seperti pohon ampupu (Eucalyptus urophylla) yang hidup secara turun temurun menyediakan udara yang sangat dingin.
Selain itu, terdapat Observatorium Nasional Timau yang bakal menjadi daya tarik baru dengan teleskop yang diklaim paling terbesar di Asia Tenggara. Di sana, anda dapat berswafoto dan bisa berkemah di bawah pepohonan rimbun.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anda juga akan menikmati merdunya kicauan burung di kawasan itu. Memiliki pemandangan yang indah, bisa dijadikan sebagai tempat berbulan madu dan preweding bagi pasangan muda-mudi.
Selain pepohonan yang rimbun, anda dapat menikmati indahnya hamparan padang savana yang cukup luas. Pada pagi dan sore hari, ratusan kuda dan ternak sapi mulai memadati padang untuk mencari makanan.
Akses ke sana, bila dari arah Kota Kupang, bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam dalam perjalanan. Dalam perjalanan, Anda akan melewati hutan Ampupu di Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, yang menyediakan spot foto yang unik.
Setelah itu, dalam perjalanannya akan melewati hamparan padang rumput di bagian kiri dan kanan yang sangat luas. Namun, bila ingin berswafoto dengan latar belakang rerumputan dengan pemandangan yang bagus, detikBali menyarankan agar di Bukit Teletubies atau Bukit Lulun.
Anda disarankan untuk membawa mantel dan jaket anti dingin jika menggunakan sepeda motor. Lantaran, angin yang kencang dan hawa dingin menembus sampai sumsum tulang.
![]() |
Bila ingin berkemah atau hanya sebatas menghabiskan waktu luang, alangkah baiknya membawa tenda sendiri. Karena di sana tidak ada fasilitas seperti lopo dan rumah yang bisa digunakan untuk berteduh saat hujan.
Salah satu wisatawan, Mesak Skau, mengaku sangat senang bisa datang langsung ke kawasan hutan lindung Timau. Ia cukup merogoh kocek Rp 75 ribu untuk membayar jasa transportasi travel yang mengantarnya pergi pulang.
"Sangat senang bisa ke sini. Tadi kami sempat foto-foto di padang rumput di sepanjang jalan dan Bukit Lulun. Memang tempat ini cocok untuk liburan karena udaranya sangat adem dan pemandangannya bagus sekali," tutur Mesak saat diwawancarai detikBali, beberapa waktu lalu.
Namun, pria berusia 22 tahun itu sangat menyayangkan ulah para wisatawan yang membuang sampah plastik secara sembarangan. Padahal menurutnya, alam di Amfoang masih sangat terjaga soal kelestarian dan kebersihannya.
"Mau dibilang ini sangat meresahkan karena dong (mereka/wisatawan) membuang sampah secara sembarang. Ini kan ada tempat sampahnya, walaupun belum begitu lengkap, tapi setidaknya belajar untuk menjaga lingkungan," kesannya.
(nor/iws)