Pro Kontra Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Pj Bupati Buleleng: Jangan Main-main

Pro Kontra Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Pj Bupati Buleleng: Jangan Main-main

Rizki Setyo Samudero, Made Wijaya Kusuma - detikBali
Kamis, 16 Nov 2023 20:44 WIB
PJ Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana.
PJ Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana. (Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Rencana penyebaran jutaan telur nyamuk wolbachia di Denpasar dan Buleleng menuai pro dan kontra. Penyebaran telur nyamuk yang diklaim dapat mengantisipasi penyakit demam berdarah (DBD) yang sedianya dilakukan pada 12-13 November 2023 itu akhirnya ditunda.

Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menegaskan hingga saat ini tidak ada telur maupun nyamuk wolbachia yang disebar di wilayah Kabupaten Buleleng. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menunggu kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Jika belum ada kebijakan resmi dari pemerintah pusat, kami tidak mau menerapkannya. Apalagi ini menyangkut nyawa manusia. Jangan main-main. Pemerintah harus melindungi masyarakatnya," ujar Lihadnyana dalam keterangan pers yang diterima detikBali, Kamis (16/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihadnyana menjelaskan Pemkab Buleleng tidak mau terburu-buru menerima program tersebut. Menurutnya, program penyebaran telur nyamuk wolbachia itu baru pada tahap sosialisasi.

Ia menegaskan hingga saat ini belum ada instruksi ataupun rekomendasi dari Kemenkes terkait penerapan metode wolbachia dalam upaya menanggulangi penyakit DBD. Menurutnya, penyebaran telur nyamuk wolbachia itu telah menimbulkan keresahan publik.

"Pemkab Buleleng tidak mau menerapkan metode wolbachia sebelum adanya kebijakan dari pemerintah pusat," imbuh Lihadnyana.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng I Gede Artamawan menyebutkan tahap sosialisasi penyebaran nyamuk wolbachia itu tidak mendapat pendampingan dari Kemenkes. Menurutnya, hanya pihak dari World Mosquito Program (WMP) yang memberikan sosialisasi.

Adapun, WMP berencana menjadikan Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar sebagai percontohan. Penyebaran telur nyamuk wolbachia tersebut juga rencananya diterapkan di 55 desa/kelurahan di Kabupaten Buleleng.

"Namun, dari bulan Februari 2023 hingga saat ini tidak ada kebijakan ataupun rekomendasi dari Kemenkes RI mengenai penanggulangan DB menggunakan metode wolbachia," tandas Artamawan.

Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra turut menanggapi pro kontra rencana penyebaran jutaan telur nyamuk wolbachia di Denpasar dan Buleleng. Menurutnya, sosialisasi terkait penyebaran nyamuk wolbachia perlu dilakukan lebih intens agar masyarakat paham. Ia meminta para ahli dapat menjelaskan tujuan dan efektivitas nyamuk wolbachia dalam menangani DBD.

"Kami tunda, perlu sosialisasi. Ada penolakan dari masyarakat terbelah yang pro dan kontra," kata Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra seusai menghadiri rapat paripurna di gedung DPRD Provinsi Bali, Kamis (16/11/2023).

Jutaan Telur Nyamuk Wolbachia Dihancurkan

Chief of Partnership, Strategic Program, and Operation Save the Children Indonesia Erwin Simangunsong menuturkan telur nyamuk wolbachia yang disiapkan untuk disebar di Denpasar dan Buleleng dihancurkan. Hal itu menyusul ditundanya penyebaran nyamuk yang disebut-sebut dapat mengatasi penyakit DBD tersebut.

"Dengan penundaan yang terjadi, maka telur akan dihancurkan karena memiliki masa simpan yang singkat," tutur Erwin, Rabu (15/11/2023).

Erwin menjelaskan semula telur nyamuk wolbachia akan dibagikan pada 22 ribu rumah tangga di Denpasar dan Buleleng. Penyebaran telur itu awalnya bakal dilakukan berkala selama 12-20 minggu.

Nantinya, Erwin melanjutkan, dari sejumlah telur yang diterima oleh satu rumah, hanya menjadi empat sampai lima nyamuk. Separuh nyamuk itu, bakal menjadi nyamuk jantan yang tidak menggigit manusia. "Bahkan, sebagian besar orang tidak akan pernah memperhatikan adanya peningkatan nyamuk yang dilepaskan," tutur Erwin.

Erwin menyadari masih ada kekhawatiran sejumlah pihak terkait penyebaran telur nyamuk wolbachia tersebut. Padahal, ia menyebut wolbachia merupakan bakteri alami yang ada pada populasi serangga sejak dulu dan tidak ada bukti bahwa penyebaran wolbachia membahayakan manusia, hewan, dan lingkungan.

Erwin mengeklaim penyebaran nyamuk wolbachia di Yogyakarta ampuh menurunkan DBD hingga 77 persen. Pasien rawat inap akibat DBD juga turun 86 persen. "Kami justru yakin penerapan wolbachia di Bali ini akan lebih menguntungkan pariwisata karena dapat meningkatkan keselamatan turis dan DBD di Bali juga bisa turun," kata Erwin.




(iws/nor)

Hide Ads