Was-wasnya Australia pada Penyebaran Rabies di Bali

Round Up

Was-wasnya Australia pada Penyebaran Rabies di Bali

Tim detikBali - detikBali
Jumat, 15 Sep 2023 10:17 WIB
Monkey Forest Ubud di kawasan Gianyar, Bali, kembali dibuka bagi wisatawan. Objek wisata unggulan di kawasan Ubud itu dibuka dengan terapkan protokol kesehatan.
Monkey Forest Ubud di kawasan Gianyar, Bali. Foto: ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF
Denpasar - Australia memeringatkan warganya yang hendak liburan di Bali untuk menjauhi hewan liar terutama monyet. Hal tersebut diumumkan oleh NSW Health, otoritas kesehatan negara bagian New South Wales (NSW), Australia

Alasan larangan itu dirilis karena hewan primata tersebut menyebarkan rabies. NSW Health menyebut sepanjang 2023 ada 145 wisatawan Australia yang dirawat karena gigitan dan cakaran hewan.

Sebagian besar dari mereka sebelumnya mengunjungi destinasi wisata seperti Monkey Forest Ubud dan destinasi serupa lain di Asia Tenggara. Kabar tersebut dibantah oleh manajemen Monkey Forest Ubud dan Sangeh. Berikut rangkumannya.

Sederet Jurus Antisipasi Rabies di Monkey Forest

Manajer Konservasi Monkey Forest I Wayan Buda mengatakan selama 2023 belum ada catatan wisatawan yang digigit oleh monyet di kawasan hutan Ubud ini. Buda menegaskan pengelola Monkey Forest menerapkan pengawasan sangat ketat bagi wisatawan yang masuk dan melihat habitat monyet. Ini untuk mengantisipasi hal-hal yang membahayakan turis dan monyet di sana.

Menurut Buda, turis dilarang keras membawa makanan dan minuman, serta berinteraksi langsung atau menyentuh monyet tanpa pemandu yang sudah disediakan di setiap 100 meter kawasan Monkey Forest.

"Sehingga semua jadi aman, bahkan setiap saat juga diinformasikan melalui pengeras suara terkait aturan di dalam kawasan hutan," kata Buda kepada detikBali, Kamis (14/9/2023).

Manajemen Monkey Forest juga berupaya menjaga kesehatan monyet. Mereka hanya diberikan makanan sesuai habitatnya, seperti buah-buahan, jagung, dan kacang. Jika ada monyet bermasalah, seperti mengamuk dan melukai kawanannya, langsung diambil untuk dibawa ke laboratorium kesehatan hewan di Denpasar. Laboratorium tersebut selama ini bekerja sama dengan Monkey Forest.

"Di sini tidak ada vaksinasi untuk monyet, akan tetapi dilakukan penjagaan ketat, tidak ada hewan penular rabies (HPR) yang bisa masuk ke tempat ini utamanya anjing langsung ditangkap atau diusir oleh petugas jaga," kata Buda.

Selain itu, di Monkey Forest juga disiapkan dua orang dokter hewan setiap harinya untuk mengawasi kesehatan monyet.

Monyet di Sangeh Dijamin Bebas Rabies

Kepala Desa Sangeh I Made Werdiana memastikan monyet di Sangeh aman dari rabies. Sebab, 85 persen populasi hewan penular rabies (HPR) seperti anjing di Desa Wisata Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, sudah diinjeksi vaksin antirabies (VAR).

"Vaksinasi anjing dan hewan HPR lainnya sudah 85 persen di desa kami. Jadi ini adalah bentuk antisipasi agar tidak sampai terjadi penularan rabies dari anjing ke monyet yang ada di objek wisata Sangeh. Kami yakin sudah aman," ujar Werdiana, Kamis sore.

Menurut Made Werdiana, sejauh ini belum ada laporan wisatawan digigit monyet di Sangeh. Sebagai desa yang juga punya destinasi wisata hutan dan monyet, antisipasi penyebaran rabies juga dilakukan dengan pembentukan tim khusus yang dinamakan Tim Siaga Rabies (Tisira).

"Tim ini mengawasi pergerakan lalu lintas hewan liar, pencegahan dan upaya lainnya yang kaitannya dengan antisipasi rabies. Salah satunya juga memberikan vaksin antirabies pada anjing yang berada di lima dusun terdekat dengan objek wisata Sangeh," jelasnya.

Werdiana melanjutkan, anjing yang ada di desa tetangga terdekat sudah mendapat prioritas pemberian VAR. Sehingga total HPR yang sudah divaksin mencapai 900 ekor lebih.


(nor/gsp)

Hide Ads