Pariwisata di Canggu, Bali mendapatkan sorotan menyusul munculnya petisi 'Basmi Polusi Suara di Canggu'. Pengamat Pariwisata I Putu Anom menceritakan kondisi Canggu dulu versus sekarang.
Menurut Anom, dahulu tidak ada turis-turis party di bar atau sejenisnya, mereka yang berwisata di Canggu hanya menikmati pantainya. Situasi saat ini jauh berbeda dibandingkan dengan Canggu pada tahun 1980-an yang masih belum banyak dikunjungi wisatawan.
Waktu itu, kata Putu Anom baru ada pembangunan beberapa vila yang jumlahnya relatif kecil. Demikian pula fasilitas rumah makan maupun restoran pun jumlahnya masih terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Toko cendera mata pun masih terbatas karena waktu itu baru ada beberapa wisatawan yang melakukan aktivitas di pantai untuk berjemur dan di laut untuk berenang dan surfing," ungkapnya, Sabtu (18/9/2022).
Seiring berjalannya waktu, pariwisata pantai di kawasan Pantai Bukit Pecatu, Kuta Selatan maupun ke arah utara yaitu Desa Canggu, Kuta Utara diperluas untuk menarik para turis asing. Hingga saat ini semakin menjamur bar, diskotek hingga kelab malam.
"Dengan demikian mulailah berkembang pesat pembangunan fasilitas pariwisata terutama akomodasi hotel dari berbagai jenis, rumah makan, bar, dan restoran yang semakin menjamur," bebernya.
Perkembangan pesat fasilitas pendukung pariwisata juga berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk pendatang ke wilayah tersebut.
"Tentunya hal ini juga dibarengi dengan berkembang pesatnya permukiman baru termasuk berkembang pesatnya penyewaan rumah kos dan berakibat arus transportasi di jalur wilayah tersebut semakin padat bahkan sering terjadi kemacetan lalu lintas ke arah barat menuju daya tarik wisata Tanah Lot," paparnya.
Hal inilah yang menjadi peta pergeseran lokasi pariwisata. Para pengusaha pun mulai melirik tempat yang nyaman dan baru, termasuk di Canggu.
"Diskotek dan bar yang buka sampai malam itu kan tergantung lokasinya," tandasnya.
(nor/nor)