Made Sarini dan Budiarsa mengangkut beragam makanan dan minuman ringan dari mobil menuju stan di depan Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, pada Selasa (28/1/2025) sore. Pasangan suami istri itu dengan cekatan menata barang dagangannya di sebuah stan berkelir putih bertulisan 'BRI Peduli' di tengah gerimis.
Tangan Budiarsa dengan terampil mengikat tali agar terpal yang terbentang tidak copot. Sedangkan Sarini menata kompor dan barang dagangannya yang lain.
Sarini dan Budiarsa menggelar lapak makanan dan minuman saban Bali United main di Stadion Kapten I Wayan Dipta. Mereka menjual antara lain rokok, nasi campur (lauk ayam suwir dan sate lilit), dan kopi. "Saat Bali United main di kandang, kami baru jualan," tutur perempuan kelahiran 1957 tersebut, Selasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarini membayar Rp 125 ribu ke Desa Adat Buruan untuk bisa berjualan di markas Bali United tersebut. Dari uang sewa itu, ia mendapat air mineral satu dus dari Desa Adat Buruan yang bisa dijualnya kembali.
Bendesa Adat Buruan I Wayan Arsa membenarkan adanya pungutan tersebut. "Untuk punia usaha bayar Rp 125 ribu dan pedagang dapat air mineral satu dus," tuturnya Minggu (9/2/2025).
Menurut Sarini, penghasilan dari berjualan makanan dan minuman setiap pertandingan tidak menentu. Penghasilan mereka sangat bergantung dari jumlah suporter yang datang.
Misalkan, Sarini dan Budiarsa memperoleh Rp 1,2 juta saat Bali United menjamu Persebaya Surabaya dalam lanjutan BRI Liga 1 2024/2025 pada Sabtu (28/12/2024). Saat itu, tak hanya Semeton Dewata, suporter Bali United, yang melarisi dagangannya, tapi juga Bonek (suporter Persebaya).
Adapun sore itu, Budiarsa memperkirakan penghasilannya tidak besar karena Bali United menjamu Borneo FC (klub asal Kota Samarinda, Kalimantan Timur). "Suporter Borneo FC kan nggak mungkin ke sini, jadi cuma mengandalkan (pembelian) dari suporter Bali United saja," tuturnya.
Sarini berharap BRI Liga 1 bisa terus berlanjut. Sebab, ia dan suaminya mengandalkan jualan di Stadion Kapten I Wayan Dipta meski penghasilannya tidak menentu. "Biar saya bisa jualan," tutur perempuan yang tinggal di Denpasar itu.
![]() |
Tak hanya Sarini yang berjualan makanan dan minuman di sekitar Stadion Kapten I Wayan Dipta. Ni Asrini setali tiga uang.
Sudah tiga tahun Asrini berjualan makanan dan minuman di sekitar markas Bali United saat klub tersebut melakoni laga kandang. Selain makanan dan minuman ringan, perempuan berusia 45 tahun itu juga berjualan merchandise Bali United nonorisinal alias KW.
Asrini menerangkan pembeli di warungnya antara lain Semeton Dewata, panitia pertandingan, hingga polisi yang berjaga saat pertandingan.
Menurut pantauan detikBali, sejumlah pembeli terlihat berbelanja di warung Asrini. Mereka menyantap beragam makanan seperti mi rebus, nasi bungkus, hingga minum teh hangat menjelang pertandingan Bali United melawan Borneo FC.
Penghasilan Asrini dari berjualan makanan dan minuman di Stadion Kapten I Wayan Dipta tidak menentu. Dia mencontohkan bisa mendapatkan penghasilan kotor Rp 2 juta. "Bersihnya paling Rp 200 ribu," ungkap perempuan berusia 45 tahun tersebut. Namun, ia tetap bersyukur.
Asrini berharap BRI Liga 1 bisa terus bergulir agar ia dan pedagang lain bisa terus berjualan. "Bali United main di kandang kan kami bisa dapat untung," tutur perempuan asal Denpasar itu.
Baca juga: Bule United Berburu Merchandise Bali United |
Dampak ekonomi dari BRI Liga 1 pernah diungkapkan oleh Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto beberapa waktu lalu. BRI Research Institute menyebutkan penyelenggaraan BRI Liga 1 berpotensi menciptakan perputaran uang (output ekonomi) sekitar Rp 10,42 triliun.
Dari perputaran uang tersebut, dapat tercipta nilai tambah ekonomi (PDB) sebesar Rp 5,93 triliun. Selain itu terdapat tambahan pendapatan rumah tangga pekerja sebesar Rp 2,27 triliun, potensi pendapatan pajak tidak langsung bagi pemerintah sebesar Rp 866 miliar, serta penciptaan kesempatan kerja sekitar 45 ribu orang.
"Berdasarkan hasil riset tersebut, kompetisi BRI Liga 1 musim 2024-2025 kami proyeksikan juga akan memberikan dampak positif secara ekonomi bagi stakeholder utamanya untuk menghidupkan mata rantai ekonomi kerakyatan dan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM," jelas Catur seperti dikutip dari situs bri.co.id.
(gsp/iws)