Wiwik Cahyani dan anaknya, Askara Adiatama, tiba di kawasan Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, pada Selasa (28/1/2025) sore. Perempuan berusia 34 tahun itu bersama putranya ingin menyaksikan pertandingan Bali United melawan Borneo FC.
Hari itu, Askara tepat berusia 8 tahun. Bocah tersebut meminta hadiah ulang tahun menonton laga Bali United vs Borneo FC kepada kedua orang tuanya. Meski masih anak-anak, Askara merupakan Semeton Dewata atau suporter Bali United karena kerap menyaksikan laga klub itu dari layar kaca.
Wiwik bersama Askara sempat melihat-lihat merchandise Bali United seperti jersei Serdadu Tridatu, julukan Bali United, dan syal yang dijual di luar stadion. Pilihannya, jatuh pada syal Bali United yang dibanderol Rp 50 ribu. "Beli syal karena anak saya nggak pakai jersei," tuturnya kepada detikBali, Selasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bule United Berburu Merchandise Bali United |
Sejumlah pedagang merchandise Bali United berjualan di sekitar Stadion Kapten I Wayan Dipta. Mereka menjual pernak-pernik klub sepakbola tersebut seperti jersei, kaus, syal, hingga topi.
Salah satunya adalah Saputra. Pria asal Surabaya, Jawa Timur, itu menjual merchandise Bali United seperti jersei dan syal sejak 2017. Dia membuka lapaknya saat Bali United bermain di kandang.
![]() |
Saputra menyewa sebuah tempat berukuran sekitar 10 meter persegi untuk berdagang. "Sewanya Rp 300 ribu untuk sekali jualan," tutur pria berusia 35 tahun tersebut.
Selain itu, Saputra juga menjual syal Bali United beragam warna dan ukuran. Syal tersebut dibanderol mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu.
Saputra menjual jersei Bali United mulai dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 400 ribu. Merchandise Bali United nonorisinal alias KW itu dibelinya dari Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Adapun, yang membedakan jersei seharga Rp 50 ribu dengan Rp 400 ribu adalah kualitas bahannya.
Menurut Saputra, hasil penjualan merchandise Bali United tak tentu. "Sekarang dapat Rp 3 juta saja kotornya sudah bagus," tutur pria yang sehari-hari menjadi ojek daring.
Saputra berharap BRI Liga 1 bisa terus bergulir diiringi dengan meningkatnya daya beli dari Semeton Dewata. "Dengan terus bergulirnya BRI Liga 1, bisa menghidupi banyak orang seperti saya," ungkapnya.
Penjual merchandise Bali United lainnya di sekitar Stadion Kapten I Wayan Dipta adalah Ni Luh Asrini. Perempuan berusia 45 tahun itu berdagang merchandise saat tim asuhan Stefano 'Teco' Cugurra bermain di kandang.
Asrini menjual merchandise Bali United KW sejak tiga tahun lalu. Perempuan berusia 45 tahun itu menjual jersei, kaus, syal, hingga topi Bali United. Beragam merchandise itu dijual dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu.
Menurut Asrini, merchandise Bali United nonorisinal diminati oleh Semeton Dewata dari kalangan menengah ke bawah. "Mereka nggak mampu beli merchandise yang orisinal," tuturnya.
Semeton Dewata biasanya mampir ke lapak milik Asrini sebelum Bali United main di kandang. Mereka membeli pernak-pernik Bali United untuk dikenakan saat Serdadu Tridatu beraksi.
Pendapatan Asrini dari menjual merchandise Bali United tak menentu. Namun, rerata pendapatan kotor bisa mencapai Rp 1 juta untuk setiap kali Serdadu Tridatu main di kandang.
Asrini memiliki harapan yang sama dengan Saputra, yakni BRI Liga 1 bisa terus bergulir. "Bali United main di kandang kan kami bisa dapat untung," tutur perempuan asal Denpasar tersebut.
Dampak ekonomi dari BRI Liga 1 pernah diungkapkan oleh Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto beberapa waktu lalu. BRI Research Institute menyebutkan penyelenggaraan BRI Liga 1 berpotensi menciptakan perputaran uang (output ekonomi) sekitar Rp 10,42 triliun.
Dari perputaran uang tersebut, dapat tercipta nilai tambah ekonomi (PDB) sebesar Rp 5,93 triliun. Selain itu terdapat tambahan pendapatan rumah tangga pekerja sebesar Rp 2,27 triliun, potensi pendapatan pajak tidak langsung bagi pemerintah sebesar Rp 866 miliar, serta penciptaan kesempatan kerja sekitar 45 ribu orang.
"Berdasarkan hasil riset tersebut, kompetisi BRI Liga 1 musim 2024-2025 kami proyeksikan juga akan memberikan dampak positif secara ekonomi bagi stakeholder utamanya untuk menghidupkan mata rantai ekonomi kerakyatan dan meningkatkan pendapatan pelaku UMKM," jelas Catur seperti dikutip dari situs bri.co.id
(gsp/iws)