Jemaat Sembahyang Malam Imlek di Kelenteng Siang Lay Kupang

Jemaat Sembahyang Malam Imlek di Kelenteng Siang Lay Kupang

Simon Selly - detikBali
Selasa, 28 Jan 2025 17:54 WIB
Proses persembahyangan di Klenteng Siang Lay di Kupang, NTT, Selasa (28/1/2025). (Simon Selly/detikBali)
Foto: Proses persembahyangan di Klenteng Siang Lay di Kupang, NTT, Selasa (28/1/2025). (Simon Selly/detikBali)
Denpasar -

Jemaat mulai berdatangan untuk sembahyang di Rumah Abu atau Kelenteng Kongzi Siang Lay di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjelang Hari Raya Imlek 2576 Kongzili. Tidak hanya keturunan Tionghoa, umat Hindu juga hadir di Kelenteng Siang Lay untuk sembahyang.

Soma Dwi Payana, pria kelahiran Bali ini menjelaskan Kelenteng Siang Lay merupakan satu-satunya di Kota Kupang yang perlu dilestarikan. "Secara agama, kami semua walaupun beda keyakinan di Kota Kupang, kami saling menghormati setiap hari raya, salah satunya di momen Hari Raya Imlek ini," ujar Soma saat ditemani istri, I Wayan Rani, Selasa (28/1/2025).

Menurut Soma, Kelenteng Siang Lay mempunyai nilai sejarah yang tinggi di Kota Kupang dan satu-satunya kelenteng tertua. Kelenteng tersebut kerap menjadi tempat persembahyangan bagi keluarganya. Terlebih dia memiliki pengalaman pribadi di kelenteng bersama sang istri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Momen-momen tertentu kami berdoa di sini. Dan kami sangat diterima saat akan melakukan persembahyangan di sini," jelas Soma.

Soma berharap pada Tahun Ular Kayu dapat memberikan kesejukan bagi masyarakat Kota Kupang dengan perbedaan suku, ras, maupun agama. "Kami berdoa memohon kesejahteraan dengan Shio Ular Kayu ini, kami bisa mendapatkan keberkahan dari Yang Maha Kuasa," pungkas Soma.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, salah satu menantu keluarga Lay, Fery Ngahu, menjelaskan proses persembahyangan dilakukan setiap tahun yakni satu hari sebelum masuk Tahun Baru Imlek 2576. Selain sembahyang kepada Tuhan, juga kepada leluhur besar.

"Di sini dilakukan persembahyangan keluarga besar Siang Lay, dari anak-cucu untuk menghormati para leluhur supaya kemampuan dan aktivitas di kemudian hari lebih baik," ujar Fery.

Menurut dia, keturunan Tionghoa sangat menghargai orang tua dan leluhur. Oleh karenanya dilakukan persembahyangan untuk leluhur mereka.

Berusia 159 Tahun

Rumah Abu Siang Lay didirikan oleh leluhur keluarga Tionghoa tersebut pada Perang Dunia II dan kini telah berusia 159 tahun.

Bangunan tersebut terletak di Kelurahan Lahi Lai Bissi Kopan (LLBK), Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Ornamen bangunan itu masih sangat rapi dan terawat. Bagian temboknya terpampang nama-nama leluhur marga Lay yang dituliskan dalam bahasa Mandarin.

Fery menuturkan Rumah Abu didirikan pada 1865. Menurutnya, Rumah Abu merupakan penanda etnis Tionghoa berada di Kota Kupang jauh sebelum Indonesia merdeka.

Jadi, pada 1865, keturunan orang Tionghoa sudah memiliki tempat persembahyangan seperti Siang Cung dan Siang Lay. Tapi kalau keberadaan yang masih utuh dan terawat dengan baik hanya Rumah Abu Siang Lay," tutur Fery, Sabtu.

Bangunan bersejarah itu sudah mewariskan 20 keturunan dari marga Lay yang tersebar hampir di semua kabupaten NTT.




(nor/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads