Rumah Abu Siang Lay, Warisan Leluhur Tionghoa Berusia 159 Tahun di Kupang

Rumah Abu Siang Lay, Warisan Leluhur Tionghoa Berusia 159 Tahun di Kupang

Yufengki Bria - detikBali
Sabtu, 10 Feb 2024 18:23 WIB
Rumah Abu Siang Lay di Kelurahan LLBK, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT. (Yufengki Bria/detikBali)
Rumah Abu Siang Lay di Kelurahan LLBK, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT. (Yufengki Bria/detikBali)
Kupang -

Rumah Abu keluarga Siang Lay menjadi salah satu bangunan bersejarah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Rumah Abu Siang Lay didirikan oleh leluhur keluarga Tionghoa tersebut pada Perang Dunia II dan kini telah berusia 159 tahun.

Bangunan tersebut terletak di Kelurahan Lahi Lai Bissi Kopan (LLBK), Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Ornamen bangunan itu masih sangat rapi dan terawat. Bagian temboknya terpampang nama-nama leluhur marga Lay yang dituliskan dalam bahasa Mandarin.

Pantauan detikBali, sekitar 10 orang dari marga Lay melakukan persembahyangan secara bergantian saat Hari Raya Imlek pada Sabtu (10/2/2024). Berbagai menu makanan dan buah-buahan dihidangkan di atas meja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu menantu keluarga Lay, Fery Ngahu (53), menuturkan Rumah Abu didirikan pada 1865. Menurutnya, Rumah Abu merupakan penanda etnis Tionghoa berada di Kota Kupang jauh sebelum Indonesia merdeka.

"Jadi, pada 1865, keturunan orang Tionghoa sudah memiliki tempat persembahyangan seperti Siang Cung dan Siang Lay. Tapi kalau keberadaan yang masih utuh dan terawat dengan baik hanya Rumah Abu Siang Lay," tutur Fery, Sabtu.

ADVERTISEMENT

Bangunan bersejarah itu sudah mewariskan 20 keturunan dari marga Lay yang tersebar hampir di semua kabupaten NTT. "Sehingga itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi rumpun keluarga Lay," ungkapnya.

"Kami bangga karena keberadaan rumah doa ini merupakan peninggalan bersejarah yang ada di sini dan masih terawat," bebernya.

Keturunan marga Lay berupaya mempertahankan bentuk asli bangunan bersejarah tersebut. Meski begitu, beberapa bagian bangunan sempat direnovasi sehingga masih terawat,

Adapun, bagian atap Rumah Abu Siang Lay awalnya menggunakan sirap, kemudian diganti asbes, dan terakhir memakai seng. "Sudah beberapa kali direnovasi tapi tidak mengubah bentuk asli sejak awal didirikan," jelasnya.

Menurut Fery, leluhurnya mendirikan bangunan yang kokoh itu tanpa menggunakan beton. Mereka mengetahui hal itu ketika merenovasi plesteran pada bagian tembok Rumah Abu Siang Lay.

Fery menuturkan Rumah Abu Siang Lay dibangun hanya menggunakan batu yang diambil dari laut lalu dipotong menyerupai bata. "Itu yang kami temukan di bagian temboknya. Jadi ada dua lapisan batu potong di bagian sudutnya yang dipasang silang sehingga itu sangat kokoh," kata Fery.

Menurut cerita dari tetua marga Lay, bangunan ini sempat mengalami kerusakan di bagian atap dan tembok akibat bom saat terjadinya Perang Dunia II di Kota Kupang. Rumah Abu Siang Lay kemudian direnovasi. "Orang tua kami saat itu langsung memperbaikinya," terangnya.

Kini, Rumah Abu Siang Lay dijadikan sebagai tempat persembahyangan khusus keluarga Lay. Saat Hari Raya Imlek, mereka pun berdatangan. Bangunan itu juga menjadi tempat silaturahmi dan reunian setiap 10 tahun.




(hsa/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads