Kelenteng Satu-satunya di NTT Dibersihkan Jelang Imlek 2025

Kota Kupang

Kelenteng Satu-satunya di NTT Dibersihkan Jelang Imlek 2025

Sui Suadnyana, Simon Selly - detikBali
Senin, 27 Jan 2025 21:39 WIB
Klenteng Siang Lay di Kota Kupang, NTT, dibersihkan menjelang Hari Raya Imlek 2025, Senin (27/2025). (Simon Selly/detikBali)
Foto: Klenteng Siang Lay di Kota Kupang, NTT, dibersihkan menjelang Hari Raya Imlek 2025, Senin (27/2025). (Simon Selly/detikBali)
Kupang -

Rumah Abu atau Kelenteng Siang Lay di Kelurahan Lahilai Bissi Kopan (LLBK), Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dibersihkan menjelang perayaan Hari Raya Imlek 2576 Kongzili. Rumah Abu adalah kelenteng satu-satunya di NTT.

"Setiap tahun persiapannya sama, yaitu membersihkan rumah sebelum Imlek," kata Ferry Ngahu, penjaga kelenteng tua Siang Lay, Senin (27/1/2025).

Ferry mengungkapkan pelaksanaan persembahyangan akan dilakukan sehari menjelang Tahun Baru Imlek. "Jadi, hari ini kami bersiap-siap dan besok kami akan berdoa untuk menyambut tahun yang baru. Besok adalah puncak doa karena lusa sudah berganti shio," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kongzi Siang Lay pada dasarnya adalah rumah sembahyang keluarga Lay, tetapi kelenteng ini juga terbuka bagi siapa saja yang ingin melaksanakan ibadah menjelang Imlek 2025.

Ferry menuturkan Kelenteng Siang Lay menyimpan sejarah penting sebagai tempat pertama kali masyarakat Tionghoa menginjakkan kaki di Kota Kupang. Kelenteng ini juga menjadi penanda kedatangan awal masyarakat Tionghoa di Kupang sebelum kemerdekaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Didirikan pada tahun 1865, bangunan ini menjadi satu-satunya kelenteng peninggalan keturunan Tionghoa yang tersisa di NTT. Kelenteng ini juga memiliki nilai historis yang erat kaitannya dengan perkembangan Kota Kupang.

"Kelenteng Siang Lay ini adalah salah satu bangunan bersejarah yang diwariskan oleh nenek moyang kami. Tahun ini, usianya mencapai 160 tahun karena didirikan sejak tahun 1865," jelas Ferry.

Ferry menekankan peninggalan masyarakat Tionghoa ini bukan hanya menjadi warisan budaya Tionghoa, tetapi juga bagian dari warisan budaya Indonesia, khususnya untuk masyarakat Kota Kupang. "Artinya, masyarakat Tionghoa sudah ada di Kota Kupang sejak sebelum Indonesia merdeka," katanya.

Ferry berharap Tahun Baru Imlek dengan shio Ular Kayu membawa kebaikan di masa depan. "Kami memasuki tahun baru dengan shio Ular. Harapannya, tahun ini membawa hal-hal baru dengan inspirasi yang segar agar kita menjadi lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya karena ular menggambarkan kelincahan," harap Ferry.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads