Mateus Wolor, warga Desa Nawakote, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), nekat membersihkan atap rumahnya yang berada di zona larangan aman penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Kamis (12/12/2024). Desa Nawakote masih masuk dalam radius zona merah karena letaknya dekat dengan kaki gunung tersebut.
Menggunakan tangga kayu, Mateus membersihkan atap seng rumahnya yang karat akibat tertutup kerikil dan debu vulkanik tebal. Ia tetap waspada dengan memantau puncak gunung yang sewaktu-waktu bisa menunjukkan tanda bahaya.
"Sore baru pulang ke tempat pengungsian. Seng hancur habis," ujar Mateus kepada detikBali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga lain, Philipus Kwuta, juga kembali ke rumahnya untuk membersihkan pekarangan dan atap yang sebagian besar rusak. "Kami hanya datang bersihkan saja. Abu tebal sampai 10 sentimeter," ungkapnya.
Sementara itu, Martina Klara Puka, warga yang lain, mengaku rindu rumahnya tetapi tetap waspada. "Rasa takut juga, tapi rindu juga lihat rumah," katanya.
![]() |
Jalanan Rusak dan Material Vulkanik Hambat Akses
Pantauan detikBali, akses jalan antara Desa Nawakote dan Desa Hewa terputus akibat material erupsi seperti bongkahan batu dan kerikil yang menutupi jalan. Kendaraan roda dua masih bisa melintas, tetapi mobil tidak dapat melewati ruas jalan tertentu.
Agnes Liwu, warga Desa Hewa, telah dipulangkan ke desanya karena lokasinya berada di luar radius bahaya. Meski demikian, ia masih merasa cemas dengan situasi Gunung Lewotobi.
"Kami tetap waspada. Masih dengar bunyi gemuruh," ujarnya.
Pengungsi Berkurang, Warga Mulai Pulang
Kepala Desa Hewa, Maria Niron, menyebut sebanyak 600 warga pengungsinya telah dipulangkan pada 7 Desember 2024 setelah penurunan radius aman Gunung Lewotobi.
"Jumlah warga kami 1.600 lebih. Yang mengungsi ada 600 orang," ujarnya.
Maria menambahkan, pemerintah memberikan bantuan logistik dan layanan kesehatan gratis dari Caritas kepada warga yang kembali. Namun, ia tak menampik bahwa masih ada kecemasan di kalangan warganya.
Informasi terbaru dari pemerintah menyebut jumlah pengungsi berkurang menjadi 9.197 jiwa, dengan sebagian besar masih tinggal di posko. Korban meninggal dunia juga bertambah menjadi 12 orang setelah Fransiskus Siku (63), warga Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, meninggal dunia akibat asma berat di Puskesmas Watubaing, Kabupaten Sikka.
Pantauan di lereng Gunung Lewotobi menunjukkan pepohonan mulai tumbuh kembali, tetapi hutan kakao tampak hangus akibat erupsi yang terjadi pada 3 November 2024. Desa-desa di sekitar lereng gunung masih sunyi tanpa penghuni.
(dpw/dpw)